Rumah Pintar dan Pelibatan Keluarga di PAUD Tunas Bangsa

Lita  Lestianti
Ibu rumah tangga yang memanfaatkan waktunya dengan menulis.
Konten dari Pengguna
11 Agustus 2018 6:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lita Lestianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Suara Keramaian di Rumah Pintar Tunas Bangsa yang berada di lingkungan ramah anak Perumahan REWWIN, Waru, Sidoarjo, ini terdengar dari luar. Terlihat ada beberapa ibu-ibu yang duduk di meja Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Bangunan Rumah Pintar tersebut adalah rumah penduduk yang tidak ditinggali dan dimanfaatkan untuk Rumah Pintar. Di dalamnya, ada Taman Bacaan Masyarakat, PAUD, Forum Anak, dan Pusat Layanan Anak di Keluarga.
Rak-rak buku berjejer di dekat pintu masuk. Banyak buku terpajang di rak buku. Koleksinya yang banyak dan masih baru sangat menarik untuk dibaca oleh anak-anak di usia dini. Koleksinya memang cukup banyak. Tak hanya untuk anak, di TBM ini juga disediakan buku-buku bacaan untuk ibu-ibu, seperti majalah wanita, parenting, kesehatan, kuliner dan banyak lagi. Permainan tradisional diletakkan di atas rak buku, seperti congkak dan beberapa mainan anak-anak.
ADVERTISEMENT
Di sudut lain, barang-barang kerajinan hasil daur ulang sampah, seperti tas, baju, topi, vas bunga, memenuhi etalase di Rumah Pintar. Berada di perumahan yang menerapkan konsep Green City membuat pengurus Rumah Pintar menambah kebun mini.
Beberapa ibu-ibu asyik mengobrol sambil menikmati hidangan sarapan mereka. Ada juga ibu-ibu yang sedang mengobrol duduk-duduk lesehan bersandar di dinding. Saat itu banyak anak-anak usia dini yang bersekolah sedang beristirahat main.
Rata-rata murid PAUD ini berusia tiga tahun. Ada juga berusia 2 tahun. Orang tua yang mengantarkan mereka juga mengawasi untuk meringankan peran guru di sekolah. Mengatur anak-anak usia dini tidaklah mudah. Apalagi sebagian dari mereka masih ada yang "mbok-mbokan" alias tidak ingin jauh dari ibunya. Sebagian besar ibu-ibu sudah saling mengenal. Rata-rata mereka dari lingkungan RW 6 sendiri.
ADVERTISEMENT
Ibu Guru pun mengumumkan agar anak-anak masuk kelas. Sebagian anak-anak mengikuti arahan guru dan langsung masuk kelas. Sebagian kecil lainnya masih asyik bermain di luar kelas. Guru-guru membujuk mereka satu per satu untuk masuk kelas. Setelah berhasil, seorang anak yang lain keluar dari kelasnya. Terlihat guru-guru PAUD ini berusaha keras agar semua masuk kelas dengan mencurahkan segala bujukan kesabarannya.
Kelas pun di mulai. Beberapa orang tua diminta untuk menunggu di ruang kelas. Seorang ibu yang memiliki anak dua tahun memasang telinganya di pintu kelas. Rupanya, ia penasaran dengan kondisi yang ada dalam kelas.
Ia pun mengungkapkan kekhawatirannya akan anaknya yang tidak mau mengikuti gurunya. Ia juga berusaha mendengar apakah anaknya menangis atau tidak. Keramaian anak-anak di dalam kelas terdengar sampai luar. Tiba-tiba, terdengar suara tangis seorang anak laki-laki. Ibu itu semakin mendekatkan telinganya ke pintu kelas. Ia menerka-nerka apakah itu tangisan anaknya atau bukan. Ia pun masuk kelas. Ternyata dia salah mendengar. Anaknya tidak menangis sama sekali! Justru ketika ia masuk kelas, anaknya menangis melihatnya tidak bersama sang anak. Ibu itu langsung ditegur gurunya karena akhirnya membuat si anak yang sudah bisa jauh dari ibunya malah menangis. Akhirnya si anak meminta digendong ibunya. Sedangkan suara tangisan pertama tadi itu berasal dari anak ibu-ibu yang lain. Ibu yang lain itu pun masuk kelas dan berusaha menenangkan anaknya.
ADVERTISEMENT
Setengah jam kemudian, beberapa anak-anak keluar dari kelas. Ibu guru pun mengejar mereka dan mempertanyakan pekerjaan mereka.
"Gambarnya sudah selesai belum?" tanya bu guru.
"Sudah," jawab anak itu polos. Bu guru tersenyum geli. Ia pun menyuruh si anak masuk kelas untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Sedangkan anak-anak yang lain dibujuk ibunya masing-masing untuk menyelesaikan tugas yang diberi bu guru. Tak hanya ibu kandungnya sendiri, beberapa orang tua yang di luar kelas juga ikut membujuk anak tersebut untuk menyelesaikan tugasnya.
Seorang anak laki-laki masih asyik bermain puzzle yang kemudian seorang anak perempuan mencoba ikut bermain dengan mengambil beberapa potongan puzzle. Anak laki-laki itu marah dan merebut kembali potongan puzzle dari kawannya. Ibu itu membujuk anak laki-laki untuk bermain bersama. Anak perempuan itu mengalah. Adanya pengawasan orang tua ini menjadi salah satu bentuk pencegahan terhadap pengaruh negatif atau tindakan kekerasan yang mungkin saja terjadi pada anak.
ADVERTISEMENT
Penulis melihat orang tua masih berperan besar terhadap jalannya pendidikan di PAUD Tunas Bangsa. Orang tua bekerja sama dengan guru agar penyelenggaraan pendidikan dapat berjalan. Tak hanya itu, selain orang tua atau masyarakat juga ikut berperan dalam mensukseskan penyelenggaraan pendidikan di sekolah PAUD tersebut.
Dalam Tri Sentra Pendidikan, ada tiga elemen yang dapat mensukseskan pendidikan anak yaitu keluarga, masyarakat, dan satuan pendidikan. Setiap elemen akan saling bekerja sama sehingga seorang anak didik bisa memperoleh manfaat yang besar.
Keterlibatan orang tua yang kuat pada pembelajaran di satuan pendidikan PAUD tersebut merupakan bentuk kemitraan orang tua pada pendidikan. Peran orang tua ini dapat membentuk karakter anak seperti kepercayaan diri, kedisiplinan anak dalam pendidikan.
ADVERTISEMENT
Seperti yang diungkapkan Harris Iskandar, Ditjen PAUD dan Dikmas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, manfaat pelibatan orang tua dalam pendidikan anak adalah meningkatkan perilaku positif, prestasi belajar anak, minat untuk melanjutkan pendidikan, mencegah tindakan kekerasan dan mencegah pengaruh negatif dari lingkungan.
Apalagi keluarga adalah pendidik pertama dan utama yang mempengaruhi kehidupan anak. Keluarga berperan untuk mewujudkan 3A yaitu Asah, Asih, Asuh. Maksudnya Asah adalah keluarga melakukan stimulasi pada aspek perkembangan anak. Asih adalah keluarga memberikan kasih sayang pada anak dengan menciptakan rasa aman, nyaman serta memberikan perlindungan dari pengaruh negatif dan tindak kekerasan.
Menurut Nelson (2000), perkembangan otak anak paling besar itu terjadi sebelum umur 5 tahun sebesar 90%. Di usia emas seperti itu Tri Sentra Pendidikan sangat berperan besar menentukan arah perkembangan anak terutama lagi dari pelibatan keluarga dalam pendidikan baik di rumah maupun sekolah.
ADVERTISEMENT
Setelah beberapa waktu, akhirnya murid-murid PAUD itu masuk kelas walaupun masih ada satu murid yang menangis dalam pelukan ibunya.
Ibu-ibu yang menunggu anak-anaknya sekolah memang tidak terlihat ada yang membuka buku yang disediakan TBM Rumah Pintar. Dua orang ibu muda memanfaatkan permainan yang disediakan oleh Rumah Pintar tersebut seperti main bekel. Seorang ibu-ibu sambil berbincang kepada ibu lainnya, ia membuka-buka buku tentang kuliner Penulis sendiri memilih menemani anaknya bermain yang ada di Rumah Pintar setelah membacakan beberapa buku bergambar kepada anaknya.
Sebenarnya Taman Bacaan Masyarakat ini sangat membantu bagi keluarga dalam meningkatkan budaya literasi. Tanpa harus keluar uang banyak, masyarakat terutama anak kecil bisa mendapat pengetahuan yang banyak dari buku yang disediakan TBM tersebut. Tinggal orang tuanya saja yang aktif memanfaatkan TBM tersebut agar anak semakin suka membaca buku.
ADVERTISEMENT
Tak hanya PAUD dan TBM, Rumah Pintar ini juga menyediakan psikolog bagi keluarga yang ingin berkonsultasi mengenai permasalahan anak atau keluarga. Untuk berkonsultasi perlu membuat janji dengan psikolog tersebut.
Rumah Pintar ini sangat mendukung program lingkungan ramah anak di Perumahan REWWIN RW 06 sehingga memudahkan orang tua, masyarakat dan guru PAUD saling bekerjasama dalam pendidikan keluarga di satuan pendidikan. Tak hanya lingkungan yang aman dan nyaman untuk tinggal anak tapi juga memfasilitasi perkembangan anak mulai dari usia emas.