Sampah Plastik, Jangan Sampai Laut Tanpa Airnya

Lidia Pratama Febrian
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta Tertarik pada penulisan opini, lifestyle, self motivated
Konten dari Pengguna
23 Juli 2023 15:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lidia Pratama Febrian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Sampah plastik salah satu limbah yang mencemari lautan

Ilustrasi sampah yang mengapung di lautan. Foto: Pixels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sampah yang mengapung di lautan. Foto: Pixels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap tahunnya ada sekitar 8 juta metrik ton sampah plastik yang terbawa ke laut. Tak terbayang bagaimana lautan tercinta kita dipenuhi oleh sampah plastik yang akan terus mengambang sampai ratusan tahun kedepan, juga tak terbayang bagaimana kehidupan aku, kamu, dan kita semua akibat mengerikannya dampak dari sampah plastik.
ADVERTISEMENT
“Tanpa tindakan yang signifikan, kelak bakal lebih banyak plastik ketimbang ikan di samudra” tutur ketua World Economic Forum dalam “The New Plastic Economy: Rethingkink The Future of Plastic”.
Permasalahan plastik di lautan telah mencapai keadaan yang kronis dan mematikan di Indonesia serta dunia. Laut mungkin sudah meronta kesakitan dan tak kuasa menahan gencaran dari sampah-sampah plastik. Akan banyak kerugian dalam berbagai sektor kehidupan jika sampah-sampah plastik terus berkeliaran dengan buas di laut. Dikutip dari geotimes, dalam seluruh sampah di pantai, diperkirakan sebesar 57 persen merupakan sampah plastik, sungguh sebuah ironi yang menakutkan tentunya.
Mungkin sebagian dari kita beranggapan bahwa menyelesaikan permasalahan sampah plastik semudah menerapkan daur ulang, Faktanya bahwa permasalahan ini sudah mengakar dari skala terbesar hingga skala terkecil dan membutuhkan sebuah penanganan dari segala pihak mulai dari pemerintah, parlemen, pemangku kepentingan, industri, hingga tatanan paling dasar yaitu masyarakat.
ADVERTISEMENT
Bahkan, permasalahan sampah plastik di Indonesia bukan lagi menjadi masalah domestik Negara, namun sudah melampaui lintas batas Negara karena banyaknya temuan sampah plastik dalam beragai biota laut di Indonesia yang menggambarkan betapa sampah plastik menjadi sebuah masalah besar yang harus segera diselesaikan.
Botol plastik di tepi pantai. Foto: Pixels
Betapa Mematikannya Plastik
Seekor paus sperma di Wakatobi ditemukan mati terdampar dan di dalam perutnya ditemukan 5,9 kg sampah plastik, Menurut Koordinator Nasional Konservasi Spesies Laut WWF-Indonesia, Dwi Suprapti, sampah plastik yang ada dalam perut paus sperma tersebut diduga kuat menjadi penyebab kematiannya. Peristiwa kematian paus sperma di Wakatobi ini menjadi sebuah sorotan bahwa betapa membahayakannya sampah plastik yang berada di lautan.
Keberadaan partikel plastik kecil atau mikroplastik ini tentu menjadi ancaman yang serius bagi kesehatan pangan yang berada di laut. Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) Reza Cardova menyatakan bahwa, mikroplastik yang berada di dalam air laut Indonesia diperkirakan berkisar 30 hingga 960 partikel./liter. Hal ini tentu menjadi ancaman, selain bagi organisme yang berada di laut juga bagi manusia karena mengonsumsi pangan yang berasal dari laut.
ADVERTISEMENT
Plastik ialah sebuah produk yang cukup ringan, kuat, lalu fleksibel, dan relatif juga murah. Dengan semua kemudahan tersebut, membuat semua sektor bernafsu memakai plastik dalam berbagai hal. Namun dibalik kemudahannya, terdapat jutaan organisme di laut yang terncam kelangsungan hidupnya karena sampah yang berasal dari plastik tersebut. Plastik memiliki sifat yang sulit terurai, plastik membutuhkan ratusan tahun untuk dapat terurai, hal tersebutlah yang membuat plastik menjadi berbahaya ketika tidak berada dalam tempat pembuang yang tepat.
Ilustrasi kematian ikan akibat sampah plastik. Foto:Pixels
Hasil penelitian dari Sekretariat Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati pada 2016, menyebutkan bahwa sampah yang ada di lautan sudah membahayakan lebih dari 800 spesies. Kemudian dari 800 spesies itu, 40% merupakan spesies mamalia laut dan 44% ialah spesies burung laut. Dibalik kemudahannya, plastik menyimpan segudang ancaman bagi keberlangsungan berbagai sektor kehidupan. Namun, jumlah sampah plastik justru makin bertambah tiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
World Economic Forum menuturkan sebanyak 150 juta ton plastik ada di lautan saat ini. Jika sudah seperti ini, bagaimana nasib kehidupan anak cucu kita bertahun-tahun kedepan yang harus menanggung efek negatif dari plastik. Segala sektor pemerintahan dan juga parlemen tentu harus segera melakukan tindakan tepat untuk permasalahan ini.
Ilustrasi sampah plastik yang bertebaran di tepi pantai. Foto:Pixels
Pemerintah Lawan Plastik
Sampah plastik di laut menyebabkan banyak kerugian ekonomi pada bidang perikanan, perkapalan, hingga pariwisata, tentu hal tersebut berpengaruh besar pada Indonesia yang bergantung pada keberadaan laut dan hasil laut. Lama kelamaan laut kita akan habis ditelan plastik jika hal ini terus dibiarkan. sampah plastik di laut Indonesia juga telah mendapat banyak sorotan di berbagai pertemuan dunia, mulai dari Marine Debris Summit kedua di Virginia, Worlds Ocean Summit keempat di Bali, dan G20 Summit di Bonn. Selain itu juga, Indonesia merupakan kontributor sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah tiongkok.
ADVERTISEMENT
Upaya pemerintah dalam permasalahan sampah plastik sejauh ini tidak memberikan dampak signifikan. Pasalnya, menurut Universitas Of Georgia, persen sampah plastik yang tidak terkelola di daratan Indonesia mencapai 83%, mengingat 80% sampah di laut berasal dari aktivitas manusia di daratan. Belum lagi, pemerintah daerah yang belum meprioritaskan permasalahan sampah, terlihat dari dana operasional dan perawatan sampah yang masih jauh di bawah 1% PAD. Ditambah lagi, Menurut data KLHK tahun 2015, hanya 570 dari 1900 fasilitas bank sampah terbangun yang beroperasi. Melihat masih kurang maksimalnya penanganan sampah plastik, pemerintah tak tinggal diam. Pemerintah berkomitmen mengurangi sampah plastik dengan target 70% pada 2025.
Ilustrasi tumpukan botol plastik. Foto: Pixels
Seperti yang dilontarkan Presiden Jokowi pada G20 Summit di Bonn, “Indonesia akan mengurangi limbah dengan 3R (reduce-reuse-recycle) hingga 30% sampai 2025, sementara target penguranganan sampah plastik sebanyak 70% pada 2025”. Untuk mempertegas komitmen tersebut, dikeluarkan Pepres No. 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga.
ADVERTISEMENT
Namun, berkaca dari berbagai upaya yang telah dilakukan sebelumnya , pemeritah harus lebih menguatkan fondasi peraturan terkait pengelolaan sampah plastik di laut, juga memaksimalkan anggaran untuk pengelolaan sampah, sebab, sejauh ini sebagian besar program masih bersifat sukarela dan bukan kewajiban sehingga sulit memastikan pengelolaan sampah plastik di laut akan berjalan dengan baik. Pemerintah juga harus segera membuat peta pengelolaan sampah plastik yang baik, agar sampah plastik di laut dapat terkordinir.
Ilustrasi masyarakat peduli lingkungan dengan memilih sampah dan membuah pada tempatnya. Foto: Pixels
Masyarakat Harus Disadarkan
Pemerintah memiliki kewajiban mengkordinir masyarakat dalam upaya penanggulangan sampah plastik. Dalam hal ini pemerintah dapat melakukan berbagai program untuk menyadarkan masyarakat terkait penanggulangan sampah plastik, mulai dari meluncurkan serangkaian kampanye peningkatan kesadaran masyarakat dan juga meluncurkan program-program praktik pengelolaan sampah yang baik di sekolah-sekolah. Namun tak bisa dimungkiri, kesadaran harus berasal dari dalam diri kita masing-masing, permasalahan sampah platik juga menjadi tanggung jawab setiap individu karena permasalahan ini bukan hanya tentang pemerintah dan parlemen, tetapi tentang aku, kamu, dan kita semua.
ADVERTISEMENT
Banyak upaya-upaya yang bisa dilakukan masyarakat dalam penanggulangan sampah plastik, mulai dari hal kecil yang sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya, dan mengurangi pemakaian plastik sekali pakai. Masyarakat juga bisa memulai gerakan pembersihan sampah di laut dengan sukarela secara rutin, masyarakat juga harus paham dan mengaplikasikan prinsip 3R (reduce-reuse-recycle) seperti yang sudah dicanangkan oleh pemerintah. Kini sudah saatnya kita sadar akan bahaya yang terus menghantui dari sampah plastik di laut.
Sampah plastik di lautan Indonesia. Foto: istockphoto.com
Permasalahan sampah plastik di lautan Indonesia harus segera diselesaikan. Sudah sepatutnya pemerintah memperbaiki dan memaksimalkan kinerja serta program yang berkaitan dengan permasalahan sampah plastik. Parlemen juga perlu berkomitmen dan menjalankan setiap fungsinya terkait dengan permasalahan ini. Bukan hanya pemerintah dan parlemen, diperlukan juga kesadaran masyarakat tentang permasalahan sampah plastik yang sudah sedemikian parah ini.
ADVERTISEMENT
Setiap aspek kehidupan perlu bergerak dan berkomitmen dalam penanggulangan sampah plastik. Plastik wajib diperangi mulai detik ini, karena dibalik kemudahannya plastik menyimpan segudang masalah yang akan terus menghantui jika tidak segera diselesaikan. Jangan biarkan laut kita diserang habis-habisan oleh sampah plastik, andai saja laut bisa mengungkapkan rasa, mungkin dia tengah meringis kesakitan akibat sampah plastik. Dan jangan sampai laut di Indonesia menjadi “Laut Tanpa Airnya”.