Apakah Streaming Online Menjadi Ancaman Industri Televisi Indonesia?

Nurul Rizky Amelia
Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran
Konten dari Pengguna
11 Desember 2023 10:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurul Rizky Amelia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Keluarga sedang menonton televisi di ruang keluarga. Foto : iStock
zoom-in-whitePerbesar
Keluarga sedang menonton televisi di ruang keluarga. Foto : iStock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Media penyiaran adalah organisasi yang menyebarluaskan pesan-pesan budaya atau informasi yang memengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat. Sebagaimana halnya politik atau ekonomi, media massa, terutama media penyiaran, menjadi suatu sistem yang independen yang tergabung dalam sistem sosial yang lebih besar (Morrisan, 2008: 13- 14).
ADVERTISEMENT
Fungsi media khususnya penyiaran televisi adalah sebagai penyebaran informasi yang mampu menjangkau banyak khalayak dengan serempak dan cepat.
Dunia pertelevisian merupakan salah satu industri yang sangat berpengaruh dalam kehidupan kita. Televisi telah menjadi jendela bagi kita untuk melihat dunia, menghibur, dan memberikan informasi. Dalam era informasi yang berkembang ini, televisi masih setia menemani kita sebagai salah satu media populer di Indonesia.
Di satu sisi, televisi memberikan akses yang luas terhadap informasi dan hiburan. Program-program televisi sebagian masih menyediakan tontonan yang mendidik, mulai dari berita yang memberikan pemahaman mendalam tentang peristiwa global, hingga tayangan hiburan yang mampu menginspirasi dan menghibur.
Sayangnya, di sisi lain ada beberapa kekhawatiran terkait dengan dunia pertelevisian. Salah satunya adalah isi yang disajikan. Persaingan setiap stasiun televisi akan terus dikejar dalam segi apapun untuk mendapatkan banyak penonton.
ADVERTISEMENT
Ada stasiun televisi yang memang khusus pemberitaan saja, ada yang memang isinya hanya acara hiburan. Mereka sebisa mungkin menciptakan acara atau konten yang berkualitas, menghibur, mendidik, dan tentunya yang sedang trending di media sosial. Banyak televisi yang kalah bersaing dan harus memberhentikan salah satu program acaranya karena sedikitnya peminat penonton.
Menurut saya permasalahan kurangnya minat para penonton untuk menonton di TV terjadi bukan hanya karena persaingan antar stasiun TV saja, melainkan juga karena hadirnya platform-platform streaming online. Untuk itu penting bagi pengelola stasiun televisi untuk melakukan analisis SWOT agar dapat mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada. Permasalah tersebut selaras dengan adanya ancaman (threats) yang dialami oleh pertelevisian Indonesia.
Gambar Netflix, Laptop, Earphone. Foto : Pixabay, dari Tomasi
Berdasarkan data dari Nielsen sebagai website data dan analitik pembentuk masa depan media, pada agustus 2023 secara keseluruhan, total jumlah penonton siaran TV turun 3,6% untuk mengakhiri bulan agustus di angka 20%, yang merupakan titik terendah baru. Secara tahun ke tahun, penggunaan siaran TV turun 5,4%. Penayangan melalui kabel juga merosot, kehilangan satu poin pangsa penuh untuk mendapatkan 29,6% dari TV di bulan Juli.
ADVERTISEMENT
Banyaknya penyediaan konten yang tersedia secara online membuat audiens lebih cenderung untuk menonton melalui internet. Kegiatan tersebut sering saya lakukan, terlebih lagi saya merasa sudah tidak memerlukan TV untuk mencari informasi dan hiburan. Dengan demikian, ini dapat mengubah lanskap cara menonton konten dan menyebabkan penurunan jumlah pemirsa yang menonton tayangan langsung di TV.
Alasan saya sudah mulai berpindah streaming online adalah lebih mudah dan praktis hanya dengan menggunakan telepon genggam. Tak hanya itu, menurut data dari databoks tidak banyak iklan, secara konten pilihan filmnya lebih beragam, mudah digunakan, menawarkan film terbaru, biaya yang terjangkau, dan bisa digunakan secara mobile.
Salah satu contohnya semakin banyak orang yang memilih untuk menonton konten mereka melalui layanan streaming seperti Netflix, Amazon Prime, atau YouTube. Hal ini menuntut industri pertelevisian untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut dan harus menawarkan konten yang sesuai dengan preferensi konsumen modern.
ADVERTISEMENT
Masih dilansir dari data Nielsen bahwa tingkat penayangan yang tinggi mendorong pangsa TV streaming online menjadi 38,7%, sebuah rekor baru, dengan Amazon Prime Video, Netflix, dan YouTube yang mencapai titik tertinggi sepanjang masa.
Sehubungan dengan ntara Mei 2021 dan Mei 2022, penggunaan streaming meningkat lebih dari 21%. Pertumbuhan itu memungkinkan streaming untuk menangkap 5,6 poin saham tambahan: streaming menyumbang hampir 32% dari total waktu TV pada Mei 2022, naik dari 26% satu tahun lalu.
Menurut saya terkait hal tersebut, untuk tetap kompetitif dan mempertahankan pangsa pasarnya, televisi harus mengembangkan inovasi serta menawarkan pengalaman menonton yang lebih menarik. Selain itu, perubahan dalam regulasi pemerintah juga dapat mengancam televisi. Modifikasi aturan penyiaran dan peraturan yang ada bisa berdampak pada operasional dan pendapatan televisi.
ADVERTISEMENT
Dalam menghadapi berbagai ancaman ini, industri pertelevisian perlu melakukan adaptasi yang cepat dan inovatif. Saran saya, fokus pada konten yang berkualitas, responsif terhadap kebutuhan pasar, dan tetap memperhatikan aspek etika dan keamanan menjadi kunci untuk menjaga relevansi dan keberlanjutan industri televisi di era yang terus berubah.
Dunia pertelevisian memiliki peran yang signifikan dalam budaya kita, baik dari segi hiburan maupun informasi. Mungkin langkah-langkah seperti meningkatkan regulasi konten, meningkatkan keragaman representasi, dan mengutamakan kualitas dapat menjadi langkah penting untuk meningkatkan dampak positif dari dunia pertelevisian.