Bagaimana Cara Mengubah Pasangan?

Lex dePraxis
Love & Relationship Coach, Founder of KelasCinta.com - Check out HIGHLIGHTs in my IG instagram.com/lexdepraxis for more lessons! Follow also kumparan.com/kelascinta And get more lessons @ shor.by/lexdepraxis
Konten dari Pengguna
8 November 2019 18:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lex dePraxis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi pasangan suami istri Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi pasangan suami istri Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jika pertanyaan terpopuler kaum lajang adalah seputar bagaimana cara mendapatkan pasangan, pertanyaan terpopuler kaum berpasangan (baik pacaran atau menikah) adalah seputar bagaimana mengubah sikap buruk pasangan agar jadi hilang dan lebih baik.
ADVERTISEMENT
Kedua pertanyaan itu sepertinya tidak berhubungan, namun berdasarkan pengalaman saya, jawaban pertanyaan pertama itu akan menentukan seberapa cepat dan seberapa sering kita akan terbentur pertanyaan kedua.
Seseorang yang mencari pasangan dengan cara sembarangan (baca: jadi orang apa adanya sehingga dapat pasangan yang apa adanya juga) tentu akan bertemu jauh lebih banyak kekecewaan dan ketidakbahagiaan di sepanjang hubungan itu.
Seseorang yang menikah ugal-ugalan (baca: tanpa melalui masa pacaran yang cukup panjang) tentu akan dihadapkan dengan lebih banyak kejutan, bentrokan, dan berbagai ketidakcocokan lainnya.
Seseorang yang nekat memacari (atau menikahi) orang payah/brengsek dengan harapan bisa memperbaiki dia tentu akan dihajar realita keras bahwa kelakuan pasangan semakin lama justru semakin parah menjadi-jadi.
ADVERTISEMENT
Jadi sebelum bahas tentang bagaimana mengubah pasangan, saya ingin kita sama-sama melihat dulu apa yang sebenarnya membuat kita terjebak dalam kesesakan yang tiada akhir itu.
Kita sering kali menuding ketidakbahagiaan dan kesengsaraan kita sebagai ulah pasangan. Kita menuding kepribadian dia bermasalah. Kita menuding kelakuan dia yang negatif, childish, atau salah.
Namun seringkali, dia memang sudah begitu dari sejak awal.
Entah kitanya yang tidak melihat itu (karena tidak melalui proses seleksi yang ketat ataupun durasi pacaran yang sehat), atau karena kitanya yang menutup mata bermimpi cinta akan memperbaiki segalanya.
Saya pernah melakukan keteledoran itu. Tentu saja pada saat itu saya tidak merasa itu teledor. Perlu waktu bertahun-tahun kemudian--seiring saya mendalami ilmu tentang relasi cinta--untuk sampai pada realisasi di atas.
ADVERTISEMENT
Kemungkinan besar, Anda juga pernah atau sedang teledor begitu. Entah sudah sadar sejak beberapa waktu belakangan ini, atau bisa juga baru sadar sekarang gegara artikel ini.
Anda menderita, karena Anda sendiri yang membuka pintu lebar-lebar dan mengundang kehadiran derita itu dalam hidup Anda.
Jika kita memilih 'barang payah', ya kita akan mendapatkan performa dan kualitas yang kurang lebih payah juga. Ada kalanya kita bisa memodifikasi dan mengotak-atiknya. Kadang berhasil, kadang tidak berhasil, kadang tambah hancur.
Itu adalah analogi memperbaiki benda mati. Jika diterapkan pada memperbaiki benda/makhluk hidup, kemungkinan berhasilnya justru lebih kecil lagi. Saya akan jelaskan kenapa nanti.
Untuk sekarang, biarkan setiap paragraf di atas meresap penuh sampai ke sanubari dan sumsum tulang belakang Anda.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi pasangan. Foto: Shutterstock

Mengapa Pasangan Enggan Berubah?

Perubahan yang saya maksud dalam artikel ini bukan soal kebiasaan unik dan nyentrik, melainkan tentang perilaku buruk yang berpotensi merusak hubungan ataupun mengganggu Anda.
Ini adalah perbaikan sikap yang sudah Anda sempat tegur secara lembut, atau angkat dalam bentuk becandaan di sela-sela menonton sesuatu. Tapi dia seperti tidak terlalu meresponinya dengan serius, padahal Anda sudah menyampaikannya berkali-kali.
Kenapa begitu?
Saya beritahu yang BUKAN jawabannya: - karena Anda kurang keren, hebat, ganteng/cantik. - karena Anda kurang pengertian dan berkorban. - karena Anda kurang sabar, tulus, atau baik. - karena Anda kurang mencintai.
Nope, pasangan enggan/sulit berubah bukan karena Anda kurang lakukan hal-hal di atas. Justru sebaliknya, dia jadi sedemikian membatu keras kepala karena Anda sudah (berlebihan) melakukan hal-hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Dia tidak merasa ada kepentingan ataupun urgency untuk memperbaiki kekurangan dirinya, karena tanpa susah payah itupun Anda sudah berkelimpahan mencintainya, memakluminya, mengorbankan diri baginya, menerimanya, dsb.
Prinsip saya begini: umumnya orang tidak berubah di dalam zona nyaman. Sepanjang masih bisa mendapatkan segala sesuatu yang dibutuhkan -bahkan diimpikan- dia akan diam saja dalam kondisi tersebut. Itu sebabnya dibilang zona nyaman.
Sekadar punya pasangan dan berada dalam hubungan saja sudah masuk zona nyaman. Apalagi jika pasangan RAJIN menyediakan berbagai kenikmatan dan kebutuhan. Itu salah satu alasan mengapa setelah pacaran serius atau menikah, kebanyakan orang yang sebelumnya baik/hebat pun jadi mengalami kemunduran dalam performa ataupun kualitas hidupnya.
Jika orang yang sukses saja bisa mengalami penurunan (karena 'dimanja' dalam hubungan), Anda bisa bayangkan orang yang kurang/buruk akan tergelincir makin parah berantakan.
ADVERTISEMENT
Pasangan tidak merasa cukup peduli (untuk berubah dan memperbaiki) karena Anda terlalu peduli padanya.
Masuk akal, 'kan?
Ilustrasi pasangan. Foto: Dok. Freepik
Yang Bermasalah Siapa, Yang Bekerjakeras Siapa
Hal kedua yang membuat pasangan enggan berubah adalah karena dia tidak (terlalu) merasakan akibat/efek negatif dari kelakuan buruknya.
Misalkan seorang suami malas bekerja dan menelantarkan tanggung jawabnya mencari uang. Sewajarnya dia akan merasa kehidupan sehari-hari yang serba sempit dan terbatas karena tidak ada uang. Namun dalam banyak kasus pernikahan yang saya tangani, dia tidak terlalu merasakan tekanan tersebut karena sang istri banting tulang berusaha mencari lebih banyak uang untuk membiayai rumah tangga.
Ada juga kasus seorang wanita yang berkali-kali ketahuan selingkuh dengan teman di dunia maya, dengan alasan merasa jenuh. Pria pasangannya masih sabar memaafkan dan beri kesempatan untuk mengembalikan kepercayaan yang sudah rusak. Tapi ternyata setiap kali dimaafkan, yang berusaha mengintrospeksi diri dan mencari-cari cara untuk menyegarkan hubungan adalah pihak pria. Sang wanita cuma berusaha sebatas minta maaf saja, tidak ada perubahan gaya hidup apa pun.
ADVERTISEMENT
Pasangan yang bermasalah, kenapa malah Anda yang susah payah memperbaiki diri dan keadaan?
Seharusnya jika dia yang bertingkah, dialah yang paling merasakan segunung dampak ulahnya tersebut. Dialah yang perlu mengambil tanggung jawab penuh atas kekeliruannya tersebut. Dialah yang seharusnya menderita akibatnya.
Kehadiran Anda meringankan hidupnya -ataupun memikul tanggung jawabnya- itulah yang membuatnya terbebas dari konsekuensi negatif kelakuannya.
Tambahkan kondisi itu dengan kebaikan hati Anda terus membahagiakan dirinya, wah lengkaplah dia total kehilangan motivasi apa pun untuk melakukan perubahan. Bagi dia, hubungan itu bukan saja nyaman, tapi juga idaman. Life is already so good, so why even bother fixing things?
Kondisi seperti itu yang terlampau sering saya temukan dalam pernikahan teman, keluarga, ataupun klien yang datang berkonsultasi.
ADVERTISEMENT
Biasanya ada satu pihak yang 'bermasalah', sementara pihak satunya lagi sudah cukup cerah cerdas berkat follow materi Kelas Cinta dan saya di Instagram. Hubungan mereka mengalami kendala akibat perilaku pihak yang bermasalah, tapi malah pasangannya saja yang rajin setiap hari baca ilmu cinta, mengevaluasi diri, bahkan datang coaching dengan saya.
Pihak yang bermasalah tidak ikutan belajar. Boro-boro mau evaluasi diri, dia biasanya malah meledek, mengabaikan, dan merendahkan pasangannya yang sedang banting tulang berusaha merekatkan hubungan mereka.
Coba renungkan perjalanan hubungan Anda saat ini. Apakah Anda merasa baik-baik saja tidak ada masalah, enak santai mengalir begitu saja tidak perlu banyak belajar, berubah, berusaha?
Jika ya, kemungkinan Anda-lah yang 'tidak becus'.. karena membiarkan segala efek negatif dan maintenance diurus oleh pasangan Anda sendirian.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, jika Anda merasa lebih banyak bekerja dan memikul tanggung jawab, kemungkinan besar Anda telah memilih pasangan yang 'tidak becus' dan membiarkan dia terus santai begitu selama ini.
Ilustrasi pasangan bertengkar. Foto: Shutterstock

Jadi Bagaimana Mengubah Pasangan?

Sesungguhnya kita tidak akan pernah bisa mengubah pasangan.
Kita bisa menciptakan kondisi-kondisi yang memicu perubahan, tapi tetap saja kita tidak bisa mengubah dia. Analoginya, kita bisa menggiring kuda ke tepi sungai, tapi kita tidak bisa memaksanya untuk minum.
Jadi bagaimana membuat seekor kuda mau minum?
Ajak dia berputar-putar satu jam sampai dia terlihat letih dan haus, barulah setelahnya kita arahkan dia ke tepi sungai. Kemungkinan besar dia akan langsung menundukkan kepala dan menjilat air yang tersedia.
ADVERTISEMENT
Strategi itu jelas mudah dilakukan pada kuda, tapi bagaimana melakukannya pada pasangan? Agak panjang prosedurnya, dan lumayan sulit melakukannya. Jujur, saya berpendapat jauh lebih mudah (dan murah!) untuk mengganti pasangan daripada mengubah pasangan. Bahasa simpelnya: bubar, putus, atau cerai.
Saya akui sebenarnya agak lucu dan miris diakui bahwa saya yang berprofesi sebagai relationship coach justru lebih sering merekomendasi pembubaran daripada memandu perbaikan.
Tentu saya bukan pendukung kawin-cerai. Saya sangat percaya bahwa setiap masalah dalam hubungan bisa diperbaiki. Semerta-merta bercerai pun tidak akan menyelesaikan masalah begitu saja, seperti Anda bisa baca dalam artikel-artikel terkait yang saya berikan di bawah nanti.
Sepanjang 13 tahun mendalami keilmuan relasi, saya menemukan ada segudang metode perbaikan yang layak dicoba. Namun semua strategi itu mandul jika tidak ada niat baik dan kesepakatan antar kedua pihak. Mau sesabar dan sepenuh hati apa pun, bertepuk sebelah tangan tidak akan menciptakan bunyi yang diinginkan.. šŸ‘
ADVERTISEMENT
Jika sepasang kekasih atau suami-istri terbukti tidak sebanding berkomitmen, saya biasanya tekan pedal rem dan banting stir balik arah. Saya berubah dari konsultan yang merekatkan hubungan jadi seolah konsultan yang menggugurkan hubungan. Saya akan mengangkat opsi wacana perpisahan, mendorong pihak yang bertepuk sebelah tangan untuk pertimbangkan masa depan dirinya.
Pihak yang bertepuk sebelah tangan itu tidak bisa terus sabar dan menunggu saja, membebaskan pasangannya bersikap buruk atau seenak hati tanpa konsekuensi.
Itulah yang saya maksud dengan menggiring pasangan, sama seperti analogi menggiring kuda tadi.
Anda perlu menciptakan ketidaknyamanan dalam hubungan agar menguji dan memicu pasangan bergerak keluar dari kepasifannya. Anda perlu dengan tegas menyatakan kemarahan, kekecewaan, ketersinggungan, kenyerian yang disebabkan oleh pelanggaran dan kekurangan dia. Konflik tidak dapat diredam, justru wajib diangkat agar ditemukan solusi.
ADVERTISEMENT
Anda perlu dengan berani menghentikan banyak kenikmatan, membatasi kebaikan Anda, menunda 'pelayanan' Anda pada pasangan. Bahkan sampai di titik Anda bersedia berpisah apabila pasangan terbukti tetap tidak termotivasi berubah setelah sekian lama dalam hubungan yang tidak nyaman itu.
āœ… Pihak yang disakiti perlu MENARIK KEMBALI KEKUATAN yang pernah dia serahkan dan MENOLAK PERLAKUAN BURUK.
āœ… Pihak yang dilanggar perlu tegas beritahu dimana BATAS dari kebesaran hatinya dan apa KONSEKUENSI bila area itu ditembus.
āœ… Pihak yang ditindas perlu secara verbal mengingatkan KESIAPAN ATAU KESEDIAAN BERCERAI jika pasangan bersikap mengabaikan dan menyakiti.
āœ… Pihak yang menyakiti perlu MERASA, MELIHAT, MENDENGAR pasangannya tidak lemah dan tidak tergantung padanya.
āœ… Pihak yang melanggar perlu DIINGATKAN bahwa pasangannya bisa saja melangkah pergi demi kesejahteraan diri (dan anak).
ADVERTISEMENT
āœ… Pihak yang menindas perlu DISADARKAN bahwa dirinya beresiko rugi dan kehilangan pasangan/hubungan jika dia terus berlaku buruk.
Kalau saya boleh tekankan, justru KETIDAKSEDIAAN ANDA UNTUK BUBAR itu hampir selalu jadi faktor-x yang MENDORONG PASANGAN TERUS BERTINGKAH!
Baca poin-poin berikut dengan bersuara agar bisa didengar oleh telinga Anda sendiri:
ADVERTISEMENT
Ketergantungan Anda, ketakutan Anda, kesetiaan Anda, kelemahan Anda-lah yang membuat pasangan terus menyakiti Anda dan semakin lama semakin menjadi-jadi.
Bagi dia, tidak ada insentif apa pun untuk bersusah payah memperbaiki diri/hubungan KARENA DIA TAHU ANDA AKAN SELALU ADA MENGURUS SEMUA MASALAH ITU.
Kelembutan hati Anda malah mengeraskan hati dia.
Ketiadaan harga diri Anda akan menyakinkan dia untuk bebas berbuat apa saja yang dia sukai.
Sekali lagi, ketidaksediaan Anda untuk meninggalkan dia-lah yang MEMACU DIA TERUS BERMASALAH. Ya dia yang salah, brengsek, dan menyakiti, tapi ANDA-LAH YANG MENGIZINKAN DIA BERULANG KALI LAKUKAN ITU.
Maaf saya harus memberikan pil pahit ini. šŸ’Š
Tapi itulah realitanya, dan kebenaran memang tidak selalu menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Every relationship has its own power dynamics. I believe if you let your partner be ignorant without any consequences, you're giving away your power and he/she will use or abuse you with it. Power corrupts, indefinite power corrupts indefenitely.. that's why your partner will continue walking over you indefinitely.
Anda terus bersabar tidak akan membuatnya jadi tersadar. Anda terus mengalah tidak akan membuatnya jadi berubah. Anda terus memaklumi tidak akan pernah membuatnya jadi bangkit memperbaiki.
Yang ada justru Anda yang semakin berinvestasi dan terikat.
Ilustrasi pasangan bertengkar. Foto: Shutterstock

Berpisah Adalah Langkah Terakhir

Ultimatum bubar, putus, cerai bukan pernyataan yang bisa seenaknya diucapkan begitu saja. Jadi saya tidak merekomendasi Anda untuk cepat-cepat mengutarakan begitu, apalagi menggunakannya sebagai ancaman belaka.
ADVERTISEMENT
Strategi yang saya bahas di atas adalah last resort alias upaya terakhir yang dilakukan seteah sekian bulan gagal mencoba berbagai cara lain, mulai dari berusaha bujuk follow saya di Instagram, ajak diskusi, menegur, persuasif membujuk, dan mengajaknya konsultasi profesional.
Seiring perjalanan, bila semua itu dimentahkan begitu saja, barulah perlahan-lahan Anda coba mengurangi semua kenikmatan dan kenyamanan hubungan. Alihkan sumber daya hidup Anda hanya untuk mengurusi dan membahagiakan diri sendiri. Kurangi hal-hal yang dia sukai, abaikan permintaan dia, taruh dirinya jadi prioritas nomor kesekian dibanding urusan pribadi Anda.
Sambil melakukan itu semua, mulailah mempertimbangkan opsi perpisahan. Perhatikan, di titik ini Anda tidak perlu mengancam bubar. Anda hanya mempertimbangkan matang-matang di dalam hati. Bedakan antara MEMPERTIMBANGKAN BUBAR dan MEMUTUSKAN BUBAR.
ADVERTISEMENT
Mempertimbangkan adalah sikap hati yang menyadari bahwa Anda bukan pihak yang bermasalah ataupun pihak yang bertanggung jawab untuk masalah hidup pasangan Anda. Itu adalah sikap mempedulikan, melindungi, dan menghargai diri sendiri ketika pasangan terbukti menelantarkan tanggung jawabnya.
Itu adalah keyakinan bahwa diri Anda terlalu berharga dan layak bahagia, sehingga jika pasangan tidak pernah bisa menyadari itu, mau tidak mau Anda harus melangkah pergi demi memenuhi kebahagiaan di tempat lain.
Ada jarak waktu yang cukup panjang antara mempertimbangkan (alias berpikir tentang) bubar hingga akhirnya memutuskan (alias menetapkan hati) bubar. Di sepanjang durasi tersebut, Anda otomatis akan jadi lebih cuek, jauh, dingin, absen, ataupun asyik dan sibuk dengan hidup Anda sendiri. Di sepanjang durasi tersebut, Anda fokuskan untuk meningkatkan kualitas diri, mengasah kemampuan baru, menambah pertemanan, menggali passion, dsb.
ADVERTISEMENT
Pada durasi itulah -periode hubungan yang terasa tidak menyenangkan bagi pasangan- biasanya mata (hati) dia jadi agak terbuka. Kemandirian Anda berbahagia sendiri dan ketidakhadiran Anda dalam hidupnya akan membangkitkan kesadaran dan motivasi dia untuk memperbaiki diri.
Manusia baru menyadari setelah kehilangan, begitu kata orang-orang bijak. Ketika pasangan melihat Anda tidak bergantung padanya, bahkan mampu melangkah pergi, dia akan menyadari betapa berharganya KEPRIBADIAN ANDA dan betapa pentingnya HUBUNGAN KALIAN. Di titik nyaris kehilangan dan rugi inilah dia akan tersentak, bergerak, berusaha keras berubah agar Anda tidak pergi.
Itu alasan kenapa sebaiknya Anda tidak terburu-buru menyatakan putus/cerai kapanpun Anda stres melihat sikap buruknya. Pernyataan pisah harus diucapkan sebagai ultimatum setelah Anda benar-benar yakin.. bukan sekedar trik untuk menekan menakut-nakuti.
ADVERTISEMENT
Pasangan bisa merasakan bila Anda hanya gertak sambal. Pernyataan pisah Anda akan terasa lemah dan tidak ada bukti action jika Anda selama ini memang tidak bisa kemana-mana, hanya nempel bersama dia saja, tidak punya keberdayaan dan aktivitas di luar rumah.
Ingat bahwa bukan gertakan dan ancaman cerai yang menggiring dia untuk berubah. Hilangnya keamanan dan kenyamanan dalam hidupnya-lah yang berpotensi mendorong dia berubah. Apalagi jika selama beberapa bulan terakhir dia sering lihat Anda menikmati hidup yang lebih puas dan bahagia tanpa melibatkan dirinya.
Ingat, manusia tidak berubah dalam zona nyaman.
Manusia berubah setelah merasa sangat tidak nyaman.
Dalam artikel lainnya, saya akan bahas tentang apa yang perlu dilakukan ketika pasangan sudah mau bergerak keluar dari zona tidak nyamannya, dan melakukan perubahan.
ADVERTISEMENT

Sebentar.. Kalau Dia Tetap Tidak Berubah?

Seperti saya bilang di atas, kita tidak bisa mengubah orang lain. Kita hanya bisa menciptakan kondisi-kondisi yang normalnya membuat orang merasa tidak nyaman sehingga mau berubah.
Apabila Anda sudah sekian lama bersabar dan memaklumi, sekian lama tegas meminta perubahan, sekian lama keras mengabaikan kebutuhan pasangan dan dia tetap tidak tergerak berubah, itu artinya dia memang tidak menginginkan Anda ataupun membutuhkan hubungan tersebut.
Silakan Anda memutuskan bubar, dan menyatakan itu pada pasangan. Hubungan, apalagi pernikahan, adalah pekerjaan dua orang. Anda boleh mengundurkan diri, jika dia tidak bekerja lagi.
Lebih baik Anda berpisah dan menikmati kebahagiaan di tempat lain, dibandingkan harus banting tulang membahagiakan orang yang tidak mampu menghargai ataupun membalas.
ADVERTISEMENT
Boro-boro mempedulikan, Anda dianggap ada saja tidak.. makanya dia tidak merasa tersiksa ketika Anda cuek atau menjauh beberapa bulan sebelumnya.
Walau berat melangkah pergi, Anda tahu persis bahwa bertahan di sana akan terasa puluhan kali lebih berat. Perpisahan itu adalah bagian tersulit yang akan segera terasa indah dan melegakan.
Kenapa demikian?
Karena selama berbulan-bulan kemarin pun Anda sudah belajar hidup mandiri, asyik dengan aktivitas sendiri, bebas merawat dan membahagiakan diri. Anda sebenarnya sudah lajang dan menikmati berbagai kelepasannya sejak sekian bulan yang lalu, jadi momen bubar kali ini bukan hal baru lagi.
Statusnya saja yang baru. Tapi realita kehidupan sehari-harinya sudah sangat familiar dijalani sejak lama. Bahkan lebih bebas dan enak, karena kini Anda benar-benar tidak punya batasan lagi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pengalaman saya, orang-orang yang mengambil langkah akhir tersebut berhasil menemukan banyak kebahagiaan baru lagi. Seiring waktu, mereka menikmati banyak hubungan baru, menemukan pasangan baru, dan menikah lagi dalam kondisi yang jauh lebih baik.
Tapi saya akui, strategi dalam artikel ini cukup berat. Tidak sembarang orang bisa ataupun berani melakukannya. Hanya mereka yang sudah sadar bahwa dirinya berharga.
Mayoritas orang lebih pilih mengalah dan bertahan dalam derita, bahkan bersedia menderita sampai mati daripada berusaha menghargai diri dan menciptakan perubahan. Itu sebabnya kita sering mendengar kisah rumah tangga miris di sekeliling kita.
Saya rasa itu juga sebabnya orang yang sudah berumahtangga rajin mendorong orang lain untuk segera menikah juga: supaya mereka tidak sedih/sengsara sendirian. Seperti kata orang bule, misery loves company.. šŸ˜
ADVERTISEMENT
[ARTIKEL TERKAIT]