Beatlemania untuk Milenial Indonesia

Konten dari Pengguna
17 Februari 2020 13:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Leonardus Suwandi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
The Beatles. Foto: AFP/
zoom-in-whitePerbesar
The Beatles. Foto: AFP/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sering saya berpikir mungkin saya hidup di periode yang salah. Mungkin tempat saya bukan bersama "generasi tik tok kekinian" ini. Karena justru musik yang saya digandrungi adalah musik-musik tua dengan artis-artis macam The Beatles, The Who, Led Zeppelin atau Sex Pistols (Nama terakhir mungkin nama yang paling gak mau didengar para Kids jaman now, kalau berminat mendengar nanti jangan kaget ya dengan liriknya!).
ADVERTISEMENT
Hal yang membuat saya selalu diledek oleh teman-teman saya yang memang juga dari generasi 90an hingga 2000an. Mereka yang rata-rata mendengarkan pop cengeng, Kpop, EDM atau musik-musik top 40s lainnya.
Pernah satu kejadian teman-teman saya yang memang satu aliran dan juga ngeband diundang untuk mengisi pentas yang diadakan saya dan teman-teman saya yang milenial dan kekinian itu. Teman-teman saya membawakan lagu-lagu Top 40s dan kemudian salah satu hits dari The Beatles yakni "Obladi Oblada".
Lantas apa reaksi para milenial ini?
"Ini bukannya lagu om-om ya?"
"Koq nadanya aneh sih?"
"Gak asyik ah!"
Tertawa atau celakalah sesukanya. Nanti kalian pasti akan tersihir sendiri dengan Beatlemania. Saya berbicara bukan cuma asal nyeletuk saja.
ADVERTISEMENT
Tidak usah lagi intro yang menyatakan siapa itu The Beatles atau siapa personel mereka atau hits mereka. Langsung saja mengapa suatu hari mereka bisa dapat tempat di telinga para milenial Indonesia.
Saya sempat berbicara dengan teman saya yang kebetulan juga bermain untuk sebuah band Tribute The Beatles. Kebetulan kami juga melihat sebuah pola yang sama dalam dua tahun belakangan ini, yakni banyak pusat-pusat perbelanjaan terutama di daerah Jabodetabek yang mencari band-band Tribute The Beatles.
Disini bisa terlihat The Beatles bukan hanya sekedar band saja namun juga sebuah genre tersendiri dan juga adalah gaya hidup. Memang bukan rahasia umum kalau lagu-lagu mereka layaknya buku membaca ABCD bagi para musisi di awal mereka mula menggenjreng gitar atau menarik suara. Tengok saja lagu "Yesterday" nan simple yang sering jadi lagu sejuta musisi, bahkan penyanyi yang kekinian, Billie Eilish sempat mengcover lagu ini dalam pagelaran Oscar 2020 lalu.
ADVERTISEMENT
Memasyarakatkan Beatles dan mem-Beatleskan masyarakat menurut saya bukan hal yang mustahil di lakukan, terutama kepada generasi milenial Indonesia yang terkenal agak milih-milih dalam selera musik. Kuncinya hanya satu, tidak boleh terpaku dengan keklise-an dan kesaklekan dalam membawa bendera Beatles.
Lagu-lagu mereka cukup fleksibel dan memiliki daya ambil yang luas dengan berbagai tones dan tema dari lagu yang bisa berelevan dengan kehidupan kita sebagai seseorang sehari-harinya, sehingga dengan mudahnya mereka mampu memainkan mood kita, terutama anak-anak muda yang memang sering moody.
Ambil contoh lagu "In My Life" yang menurut saya lagu paling sedih yang pernah saya dengar yang menceritakan kehilangan seorang teman akibat kematian atau lagu "Got To Get You Into My Life" yang bisa jadi lagu wajib yang cocok dimainkan ketika Senin mulai tiba dengan tonesnya yang sangat ceria. Singkat kata, The Beatles bisa memegang tangan dari para anak-anak muda berikut orang tua mereka yang mungkin sudah lama dipegang tangannya oleh mereka (I Want To Hold Your Hand).
ADVERTISEMENT
Selain itu lupakanlah hits-hits yang klise macam "She Loves You" "Hey Jude" "Let It Be" atau "Yesterday". Ada beberapa lagu-lagu underrated The Beatles yang menurut saya jika di aransemen dengan tepat bisa merebut hati anak-anak milenial. Apalagi, mungkin saking underratednya anak-anak millenial yang memang terkenal suka mengeksplor akan lebih penasaran untuk mengetahui ini lagu siapa sih? Kok enak banget. Mungkin mereka bakal kaget kalau tahu yang membawakan lagu-lagu ini.
Ada dua lagu underrated yang menurut saya bisa masuk pada milenial Indonesia. Lagu pertama adalah "Anytime At All" yang berasal dari album A Hard Days Night. Nadanya yang cukup cepat dan cara John Lennon membawakan lagu ini sedikit mengingatkan saya dengan corak musik-musik Anisong ala Jepang. Jika diaransemen dengan baik mungkin musik ini bisa jadi tidak asing bagi telinga-telinga milenial yang memang lebih suka musik dengan hentakan.
ADVERTISEMENT
Lagu kedua yang menurut saya juga cukup bisa masuk namun underrated berjudul "I Will", mungkin bisa dibilang ini adalah versi manis dari "Yesterday" yang sama-sama dinyanyikan oleh Paul McCartney.
Nah, untuk yang ini mungkin bakal sangat digemari, lagu akustikan sederhana dengan lirik super gombal mengenai seorang pria jatuh cinta secara random pada seorang wanita yang bahkan tidak tahu dia siapa dan si pria tidak tahu namanya. Tak usah banyak ditanya lagi mengapa, ini lagu dari tema dan alunan musiknya sudah pas untuk diberikan kepada para milenial galau.
Untuk urusan band tributenya sendiri mungkin di Jabodetabek sudah sangat banyak. G-Pluck mungkin merupakan band Tribute Beatles yang bisa dibilang sekarang wara-wiri di percaturan musik nasional. Dengan gaya khas yang benar-benar menjiplak Ringgo Starr dkk mulai dari setelan, kostum panggung, hingga wig rambut gaya poni yang memang jadi ciri khas The Beatles di tahun 1960-an. Bahkan baru-baru ini mereka sempat membikin rekonstruksi dari konser legendaris The Beatles di Shea Stadium, New York pada tahun 1965 di Stadium Gelora Bung Karno.
Band Tribute Beatles, Beat'one sedang membawakan tembang-tembang The Beatles di Qbig Mall, BSD City, Tangerang
Selain itu ada pula band tribute yang digawangi oleh Abadi Soesman, sosok senior di permusikan nasional Indonesia yang juga adalah Keyboardist dari band legendaris God Bless. Untuk yang ini saya sering mendatangi reguler shownya di pusat perbelanjaan Summarecon Mall Serpong, Gading Serpong yang kebetulan dekat dari rumah saya. Ada ketakjuban dari saya karena shownya selalu mulai pada pukul 10 malam dan di hari Senin.
ADVERTISEMENT
Hari-hari rawan terutama bagi mereka yang masih produktif bekerja, namun selalu ramai dihadiri banyak lintas generasi, baik yang tua maupun yang muda dan makin malam, lewat sesi rock and rollnya, para penikmat lantas maju dan berjoged lewat alunan musik Beatles yang bercorak rock and roll macam "I Saw Standing There" atau "Roll Over Beethoven" yang adalah cover dari lagu Chuck Berry.
Hal yang bikin takjub karena beliau membuat banyak orang membuang frasa "I hate Monday" dan malah membuat hari Senin jadi hari yang ditunggu-tunggu terutama bagi para Beatlemania.
Jadi, untuk para Tik Tokers, Kpopers, Normies, Sobat Ambyar dan kamu yang kekinian, sudah siapkah dibuai kembali dengan Beatlemania?
ADVERTISEMENT