Tradisi Arak-arakan 'Kio' di Padang

Konten Media Partner
4 Maret 2018 18:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tradisi Arak-arakan 'Kio' di Padang
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Langkan.id, Padang- Puluhan warga keturunan Tionghoa, tampak meronta-ronta sepanjang jalan di Kawasan Pondok Padang, Sumatera Barat.
ADVERTISEMENT
Mereka mengarak Kio, yang merupakan patung dewa pada perayaan Cap Go Meh. Pengarak Kio pun sepintas terlihat menakutkan. Mereka seperti kerasukan.
"Itu merupakan simbol kerja sama saja, karena Kio yang dibawa memiliki beban yang cukup berat, sehingga dibutuhkan puluhan orang untuk mengaraknya," ujar salah seorang tokoh Etnis Tionghoa di Padang, Albert.
Albert menjelaskan yang diarak itu merupakan tenda raja atau tempat patung dewa kepercayaan Tionghoa. Di dalamnya ada patung dewa sedang duduk.
"Patung dewa itu disebut dewa pelindung," ujarnya.
Kata dia, untuk menghargai perbedaan agama, arak-arakan Kio dimulai setelah salat Ashar hingga menjelang Magrib. Kembali dilanjutkan sekitar pukul 19.00 WIB hingga sebelum waktu salat Isya.
Pada malam hari, arak-karak Kio terlihat berbeda. Arak-arakan diwarnai lampu berwarna-warni. Sehingga terlihat indah. (M. Hendra)
ADVERTISEMENT