Ini Cara Menjaga Keseimbangan Gizi di Masa Pandemi COVID-19, Menurut Dokter Gizi

Konten Media Partner
25 Januari 2021 21:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sayur dan buah. | Sumber : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sayur dan buah. | Sumber : Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lampung Geh, Bandar Lampung - Menjaga keseimbangan gizi adalah salah satu upaya menjaga imunitas. Terlebih di masa pandemi COVID-19 yang belum bisa dipastikan berakhir. Namun, aktivitas tetap berlangsung untuk memenuhi kebutuhan hidup.
ADVERTISEMENT
Keseimbangan gizi tidak lepas dari tubuh yang sehat. Mengapa perlu sehat? Sebab sehat itu adalah untuk pondasi mengerjakan semuanya. Saat beraktivitas butuh energi, berpikir pun butuh energi. Energi ini akan berproses mana kala gizi yang kita miliki seimbang dan imunitas kita kuat. Menjaga imunitas berguna supaya tidak mudah sakit, menjaga kekuatan otot, menjaga daya tahan tubuh, dan sebagainya.
Ketua Pengembangan dan Pengabdian Profesi IDI Bandar Lampung, Tutik Ernawati, menjelaskan gizi terdiri dari 2 zat. Ada zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Zat gizi mikro adalah vitamin dan mineral. Banyak zat tersebut harus seimbang antara zat gizi makro dan mikro dan itu ada hitungannya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana cara menjaga nutrisi di era pandemi ini? Cara yang pertama adalah harus tahu kebutuhan tubuh masing-masing.
"Kebutuhan gizi itu digeneralisasikan ke semua orang antara orang satu dengan yang lainnya beda. Kebutuhan harus ada hitungannya. Bisa dihitung oleh ahli gizi atau dokter gizi," kata Tutik.
Faktor adanya perbedaan kebutuhan gizi itu sebab usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan latar belakang penyakit.
Salah satu yang harus diperhatikan adalah kebutuhan protein di dalam tubuh manusia.
"Protein untuk menjaga imunitas, regenerasi sel, harus memiliki sumber protein yang kualitasnya bagus. Protein hewani punya daya yang lebih banyak guna meningkatkan kemampuan beraktivitas. Hewani lebih banyak dibandingkan nabati. Tetapi kalo hewani banyak kolesterol, sehingga harus diseimbangkan dengan protein nabati yang nggak ada kolesterol," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu konsumsi sayur dan buah sangat diperlukan. Pada sayur dan buah ada namanya zat fitokimia. Zat itu hanya ada di makanan asli tidak ada di suplemen dan itu berperan untuk metabolisme zat gizi.
"Makanya banyak di bahan-bahan alami, sayur dan buah, tidak ada di suplemen," katanya.
Bagaimana jika tidak suka sayur? Apa bila tidak menyukai karena pahit, banyak cara yang bisa menjadi alternatif.
"Kalo sekarang ilmu itu kan udah. Ada juga yang memiliki gen yang sensitif dengan rasa pahit. Biasanya sayuran memiliki rasa pahit. Pilihlah sayuran yang rasanya tidak pahit," ujar Tutik.
"Tapi kalo asal nggak suka, gak jelas, berarti bagaimana memasukan sumber sayur ke makanan yang disukai. Contoh suka dadar telur, yaudah sayuran itu bisa diparut atau diiris tipis-tipis campur kedadar telur. bagaimana hidangan itu dimodifikasi sedemikian rupa, supaya sayur dan buah bisa masuk. Kalo gak suka makan buah, tapi suka jus, silakan dijus. Tetapi jangan banyak gulanya," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Kebutuhan air juga sangat diperhatikan. Zat gizi tidak optimal bekerja jika kurang air. Jadi butuh cairan. Pada umumnya kebutuhan gizi 30-35 ml per kg berat badan kita.
"Jadi kalau berat badannya 50 kg, maka kalikan dengan misalnya 30ml. 50x30=1500. Jadi kebutuhan bagi orang yang berat badannya 50 kg minimal butuh 1.500 ml air," lanjutnya.
Air yang dibutuhkan setiap berat badan berbeda-beda. Kalo kelebihan berat badan tapi dalam kondisi badan sehat tidak masalah, sebab tubuh kita apa bila kelebihan zat cair maka akan banyak buang air kecil. Tapi untuk kondisi tertentu, orang punya penyakit tertentu mungkin jantung, gagal ginjal, ada batas tertentu.
Oleh karena itu, mengetahui kebutuhan gizi diri sendiri sangat penting. Satu orang dengan yang lain berbeda. Ketika ingin mengetahui gizi yang dibutuhkan, bisa membaca buku tentang gizi. Namun, lebih akurat apabila konsultasi ke Ahli Gizi atau Dokter Spesialis Gizi. (*)
ADVERTISEMENT