Fenomena Longsor di Tata Surya

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
11 November 2019 9:59 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tahukah kamu bahwa longsor atau yang biasa disebut dengan pergerakan massa memainkan peranan penting dalam evolusi lanskap bumi dan planet lainnya?
ADVERTISEMENT
***
Sesuai dengan namanya, longsor atau pergerakan massa adalah sebuah gerakan massa tanah, batuan, dan material pembentuk lereng lainnya menuruni lereng. Longsor sendiri pada dasarnya terjadi karena material-material pembentuk lereng terganggu keseimbangannya. Beberapa pemicu yang menyebabkan terjadinya longsor yaitu adanya curah hujan yang tinggi, gempa bumi, salju yang meleleh dengan cepat, pemotongan badan lereng yang curam, dan sebagainya. Dalam proses terjadinya longsor, material longsoran seakan tertarik oleh gaya gravitasi ke arah bawah.
Planet, bulan, dan benda langit lainnya memiliki karakteristik fisik yang berbeda dengan bumi. Gravitasi yang berbeda, tekanan atmosfer yang berbeda, dan tidak ada hujan air/salju yang dapat memicu longsor. Lalu bagaimana longsor di planet lain bisa terjadi?
Longsor yang terjadi di Peru pada 2018 silam. Sumber: Wikimedia Commons
Pengamatan fenomena longsor pada benda langit di tata surya seperti Bulan, Mars, Merkurius, dan Venus telah dilakukan sejak awal tahun 70-an. Para peneliti menganalisis longsor pada benda langit dari citra satelit yang diambil oleh NASA. Citra satelit tersebut kemudian dipelajari dan disimulasikan untuk melihat penampakan longsor.
ADVERTISEMENT
Guzetti dkk. dalam penelitian yang mereka publikasikan pada tahun 2014, mencoba memetakan longsor di beberapa area permukaan Bulan, Merkurius, dan Mars. Mereka menganalisis hubungan antara keberadaan longsor dengan kondisi fisik dan lingkungan permukaan bulan/planet lain. Dengan menggunakan metode yang sama saat mereka meneliti longsor di bumi, mereka mengidentifikasi, memetakan, dan mengklasifikasikan longsor di Bulan, Mars, dan Merkurius. Selain itu mereka juga mengukur luas, volume, lebar, dan kedalaman longsornya.
Hasilnya, terlihat adanya perbedaan yang cukup signifikan antara longsor di Mars dan Bumi. Ukuran batuan yang longsor di Mars lebih besar dibandingkan dengan longsoran batuan yang ada di Bumi. Persentase luas longsor ukuran sangat besar (di atas 10 km2) di Mars pun jauh lebih tinggi daripada di Bumi. Selain itu, hasil simulasi menunjukkan bahwa longsor ukuran besar dan dalam di Mars kemungkinan hanya dipicu oleh adanya aktivitas seismik Mars, sedangkan keberadaan longsor dangkal kompatibel dengan adanya keberadaan air.
ADVERTISEMENT
Sementara itu hasil pengamatan longsor di Bulan dan Merkurius menunjukkan bahwa tingkat stabilitas lereng di Bulan lebih tinggi daripada di Merkurius. Mereka menduga hal ini disebabkan oleh tingkat gravitasi Bulan yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat gravitasi Merkurius.
Dua area longsor saling berhadapan yang teridentifikasi di Mars (kiri atas dan kanan bawah). Sumber: NASA
Selain Guzzetti, penelitian longsor pada planet juga dilakukan oleh tim peneliti lain salah satunya adalah tim dari University College London. Kelompok penelitian yang dipimpin oleh Giulia Magnarini ini meneliti longsor super besar di Mars. Longsor paling besar yang pernah diketahui manusia ini lebarnya mencapai 55 km (seperti jarak dari Stasiun Jakarta Kota ke Stasiun Bogor) dan diduga terbentuk sekitar 400 juta tahun yang lalu.
Sebagian besar penelitian-penelitian terdahulu menyatakan bahwa penyebab longsor super besar ini terkait dengan kemungkinan adanya lapisan es purba yang terkubur jauh di bawah permukaan Mars, yang menyebabkan lapisan batuan di atas es tergelincir/longsor. Pernyataan ini tentu mendapat perhatian besar karena teorinya, jika terdapat es di Mars, maka akan ada peluang adanya tanda-tanda kehidupan di Mars.
ADVERTISEMENT
Bagaimanapun, Magnarini dkk menyatakan bahwa longsor super besar ini bukan karena adanya es di lapisan bawah, namun terjadi karena adanya ”batuan yang tidak stabil dan terfragmentasi” yang menyebabkan lapisan di atasnya longsor. Rekan Magnarini, Dr. Tom Mitchell mengatakan bahwa longsor super besar itu terjadi karena adanya proses konveksi yang disebabkan oleh getaran partikel batuan. Batuan yang lebih ringan akan naik ke atas, dan batuan yang lebih padat akan jatuh. Mekanisme ini dapat mendorong aliran endapan longsor hingga 40 km dari puncak punggung gunung.
Meskipun temuan ini menentang gagasan bahwa hanya lapisan es yang bisa membentuk punggung gunung yang sangat panjang pada area longsor tersebut, namun temuan ini dapat meningkatkan pemahaman tentang longsor dan implikasinya pada pembentukan lanskap di Mars dan benda langit lainnya termasuk Bumi dan Bulan.
ADVERTISEMENT
Sumber:
http://www.irpi.cnr.it/en/focus/landslides-in-the-solar-system/
https://doi.org/10.1017/CBO9780511740367.033