Perempuan Ternyata Lebih Terdampak Perubahan Iklim, Apa Penyebabnya?

15 Agustus 2022 17:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang perempuan berdiri di perairan sungai Yamuna sebagai bagian dari ritual untuk festival Hindu Chhat puja di tengah busa yang diciptakan oleh polusi di air di New Delhi pada 8 November 2021. Foto: Sajjad Hussain/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang perempuan berdiri di perairan sungai Yamuna sebagai bagian dari ritual untuk festival Hindu Chhat puja di tengah busa yang diciptakan oleh polusi di air di New Delhi pada 8 November 2021. Foto: Sajjad Hussain/AFP
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini, kamu mungkin banyak melihat berita mengenai bencana alam, seperti banjir, cuaca ekstrem, hingga angin kencang. Fenomena alam tersebut merupakan bukti dari perubahan iklim, masalah pelik yang tengah dihadapi oleh bumi. Tak jarang, musibah-musibah tersebut merenggut nyawa banyak orang, termasuk perempuan dan anak-anak.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, salah satu bencana alam yang menjadi perhatian masyarakat dunia adalah banjir besar yang mengadang wilayah metropolitan Korea Selatan, yakni Kota Seoul. Pekan lalu, hujan deras dengan curah yang sangat tinggi menyebabkan berbagai area kota tersebut terendam. Menurut The Guardian, musibah itu pun menewaskan setidaknya sembilan orang.
Dilansir BBC, beberapa korban tewas merupakan warga kurang mampu yang tinggal di rumah petak bawah tanah. Tiga dari mereka adalah perempuan; dua kakak beradik yang berusia 40-an dan satu remaja perempuan berusia 13 tahun. Ketiganya meninggal dunia setelah terjebak banjir yang menggenangi rumah semi-basement yang mereka tinggali.
Seorang wanita membersihkan puing-puing di toko selimut yang rusak akibat banjir setelah hujan deras di pasar tradisional di Seoul, Korea Selatan, Selasa (9/8/2022). Foto: Kim Hong-Ji/REUTERS
Organisasi-organisasi dunia, termasuk PBB dan UN Women, menekankan bahwa perempuan merupakan kelompok yang paling terdampak buruk perubahan iklim. Menurut data oleh UN Environment, 80 persen dari total warga yang tergusur dan mengungsi akibat perubahan iklim adalah perempuan. Musibah yang terjadi di Seoul tersebut hanyalah satu dari banyaknya dampak buruk perubahan iklim yang menimpa perempuan, Ladies.
ADVERTISEMENT
Lantas, mengapa perempuan yang menjadi korban dari fenomena iklim dunia ini, dan seperti apa faktanya?

Dampak perubahan iklim yang dialami perempuan

Banyak hal yang terjadi pada perempuan di dunia ketika mereka dihadapkan dengan perubahan iklim. Bahkan, masalahnya bisa merambat ke peningkatan angka kekerasan terhadap perempuan, termasuk kekerasan seksual. Apa saja dampak perubahan iklim yang dihadapi oleh perempuan dunia?

1. Lebih berisiko cedera dan terjangkit penyakit

Pengungsi korban banjir bandang beristirahat di lokasi pengungsian di aula Kantor Kecamatan Pondidaha, Konawe, Sulawesi Tenggara, Rabu (12/6). Foto: ANTARA FOTO/Jojon
Dilansir UN Women, ketika bencana alam akibat perubahan iklim terjadi, perempuan dan anak-anak lebih berisiko mengalami cedera, bahkan kematian.
Ini disebabkan oleh adanya ketimpangan gender dalam informasi, mobilitas, dan pengambilan keputusan, di mana perempuan memiliki posisi yang lebih lemah. Contohnya, perempuan yang tidak memiliki kebebasan mobilitas akan kesulitan untuk menyelamatkan diri ketika musibah terjadi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, tingginya jumlah perempuan yang hidup dalam kemiskinan, membuat perempuan yang tergusur akibat bencana seperti banjir dan longsor lebih rentan terjangkit penyakit.
Perubahan iklim juga meningkatkan risiko penyebaran penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan zika, yang berdampak buruk pada kesehatan ibu dan anak.

2. Anak perempuan kehilangan akses ke pendidikan

Wanita dan anak-anak membawa wadah berisi air di sebuah tambang batu yang ditinggalkan di desa Chipiya Abhaypur di negara bagian utara Uttar Pradesh, India, Rabu (4/5/2022). Foto: Ritesh Shukla/REUTERS
Dikutip dari United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), anak-anak perempuan lebih berisiko kehilangan akses ke pendidikan akibat perubahan iklim. Contohnya, di wilayah yang mengalami cuaca ekstrem, banyak anak perempuan yang tidak mampu berangkat sekolah, sehingga membatasi waktu dan kesempatan mereka untuk belajar.
Kemudian, tak sedikit anak perempuan yang hidup di lingkup kemiskinan diberikan kewajiban untuk membantu ibunya menjalani tugas rumah tangga, seperti mencari sumber air hingga kayu bakar.
ADVERTISEMENT
Tugas-tugas tersebut menjadi semakin berat karena perubahan iklim, dan pada akhirnya membuat anak-anak perempuan tidak memiliki pilihan selain keluar dari sekolah.

3. Meningkatnya kekerasan terhadap perempuan

Salah satu pengungsi menggendong bayi di tenda pengungsian di Tondo, Manila, Filipina usai di terjang Topan Goni. Foto: Eloisa Lopez/Reuters
Dilansir Office of High Commissioner of Human Rights UN (OHCHR), ketika bencana alam akibat perubahan iklim terjadi, perempuan dihadapi dengan risiko kekerasan, termasuk kekerasan seksual.
“Ketika perempuan tidur, mencuci, mandi, atau berganti pakaian di tenda pengungsian atau kamp, risiko kekerasan seksual menjadi kenyataan tragis yang harus dihadapi sebagai pengungsi atau imigran,” tegas Komisioner Tinggi HAM PBB, Michelle Bachelet, dikutip dari laman resmi OHCHR.
Dikutip dari UNFCCC, perubahan iklim bahkan berdampak pada peningkatan angka pernikahan dini, Ladies. Di Bangladesh, Ethiopia, dan Kenya, pernikahan dini menjadi salah satu cara bagi orang tua untuk bisa mengamankan dana atau aset.
ADVERTISEMENT
Mereka juga memanfaatkan itu untuk menanggulangi kerugian akibat bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim seperti kekeringan, banjir besar, dan badai.

Mengapa perempuan menjadi korban terdampak paling buruk?

Besarnya dampak yang dialami oleh perempuan akibat perubahan iklim disebabkan oleh dua faktor besar, yakni kemiskinan dan ketidaksetaraan gender dalam peran masyarakat. Bagaimana bisa?
Kekeringan di Ethiopia. Foto: WORLD FOOD PROGRAMME via Reuters

1. Kemiskinan

ADVERTISEMENT
Dilansir laman resmi PBB, 70 persen dari 1,3 miliar manusia yang hidup dalam kemiskinan adalah perempuan. Di wilayah perkotaan, 40 persen dari rumah tangga yang paling miskin justru dikepalai oleh perempuan.
Kemiskinan membuat perempuan menjadi lebih rentan ketika dihadapkan dengan perubahan iklim. Contohnya, tiga perempuan korban banjir besar Seoul tewas akibat kondisi rumah tinggalnya yang kurang layak.
Kemudian, anak-anak perempuan yang putus sekolah karena membantu rumah tangga dan perekonomian keluarga, mereka juga datang dari keluarga yang tidak mampu.
ADVERTISEMENT

2. Ketidaksetaraan gender dalam masyarakat

Dilansir UN Women, ketidaksetaraan gender di masyarakat menyebabkan disparitas atau ketimpangan dalam segi informasi, mobilitas, pengambilan keputusan, serta akses ke sumber daya.
Perempuan dan anak perempuan memiliki akses yang lebih rendah terhadap bantuan dan kesempatan. Sehingga kans mereka untuk keluar dari kemiskinan serta menciptakan kehidupan yang lebih baik menjadi semakin kecil.