Mengenal Kepribadian Pasif-Agresif dan Kiat Menghadapinya

26 September 2021 17:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi seseorang dengan kepribadian pasif-agresif dan kiat menghadapinya. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seseorang dengan kepribadian pasif-agresif dan kiat menghadapinya. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ladies, kalian mungkin sering mendengar istilah pasif-agresif. Namun, apakah kalian benar-benar memahami artinya? Mengutip Mind Body Green, seorang terapis asal Amerika Serikat (AS), Alicia Muñoz, LPC mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kepribadian atau perilaku pasif-agresif menunjukkan kemarahan mereka dengan cara yang terselubung dan tersembunyi.
ADVERTISEMENT
Terapis pernikahan dan keluarga yang juga berasal dari AS, Weena Cullins, LCMFT mengatakan hal serupa tentang perilaku pasif-agresif. Menurutnya, perilaku pasif-agresif bisa berupa apa saja yang menghindari konfrontasi langsung tetapi tetap mengekspresikan emosi negatif. Ia menambahkan bahwa hal ini, tentu saja memberikan sinyal beragam kepada orang yang menerima perilaku pasif-agresif, yang pada akhirnya membingungkan, frustrasi, dan menyebabkan ketidakpercayaan emosional.
Sayangnya, Muñoz mengatakan bahwa sulit untuk membuktikan seseorang bersikap pasif-agresif. Namun, ada beberapa perilaku yang termasuk dalam pasif-agresif, mulai dari ghosting, sering terlambat, dan lainnya. Berikut ini penjelasan mendetail soal beberapa perilaku yang menunjukkan pasif-agresif.

1. Ghosting

Muñoz mengatakan bahwa ghosting merupakan perilaku pasif-agresif yang klasik. Istilah ghosting sendiri digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tiba-tiba menghilang dan meninggalkan pasangan tanpa alasan.
ADVERTISEMENT
Ketimbang mengatakan bahwa mereka tidak ingin lagi berbicara dengan kamu, orang yang pasif-agresif lebih suka membiarkan semua tidak terucapkan.

2. Merasa superior

Terkadang orang menunjukkan perilaku pasif-agresif melalui ucapan, termasuk membuat komentar yang merendahkan. Mereka mungkin meremehkan kecerdasan kamu dengan mengatakan, “Apakah kamu paham dengan apa yang aku maksud?”
Apa pun yang membuat mereka tampak superior sehingga kamu berada di posisi inferior, ini bisa jadi merupakan perilaku pasif-agresif.

3. Melontarkan pendapat atau saran yang tidak diminta

Menurut Muñoz, opini yang tidak diminta seputar topik pribadi bisa menjadi tanda perilaku pasif-agresif. Mirip dengan komentar yang merendahkan, seseorang dengan perilaku pasif-agresif mungkin akan mengatakan sesuatu seperti ini, "Kalau aku jadi kamu, aku akan fokus menurunkan beberapa kilogram."
ADVERTISEMENT

4. Datang terlambat

Orang dengan kepribadian pasif-agresif akan berulang kali datang terlambat. Alasan mereka melakukan ini, yaitu bila ada sesuatu yang tidak ingin dilakukan oleh orang yang pasif-agresif, mereka akan menundanya sampai detik terakhir daripada mengungkapkan keengganan mereka.

5. Bahasa tubuh yang negatif

Cullins mencatat bahwa bahasa tubuh juga bisa menjadi tanda dari perilaku pasif-agresif. Mereka mungkin akan cemberut, menyilangkan tangan, atau memutar mata. Mereka tanpa sadar melakukan ini saat enggan mengatakan hal-hal yang mengganggu mereka.

Bagaimana menghadapi orang pasif-agresif?

Ilustrasi seseorang dengan kepribadian pasif-agresif dan kiat menghadapinya. Foto: Shutterstock
Setelah memahami beberapa perilaku yang menunjukkan pasif-agresif, lantas bagaimana cara menghadapi orang-orang seperti ini? Jika seseorang bertindak pasif-agresif, Muñoz mengatakan bahwa pertama-tama, kamu harus memperhatikan apa pun yang dikatakan atau dilakukan orang tersebut yang membuat kamu salah paham.
ADVERTISEMENT
Muñoz mengatakan, "Anda dapat melakukan ini dengan mengajukan pertanyaan sederhana kepada mereka atau dengan memusatkan perhatian pada apa yang telah dilakukan."
Dia menyarankan pertanyaan seperti “Bisakah kamu mengulangi apa yang baru saja kamu katakan?” atau “Apakah kamu baru saja menawarkan saran yang tidak diminta tentang berat badan, penampilan, atau status hubungan aku?”
Saat melakukan ini, kamu sebenarnya sedang menantang mereka untuk memperhatikan kata-kata dan tindakan mereka, dan bagaimana hal itu telah memengaruhi kamu. "Intinya bukan untuk mencoba membuat siapa pun mengakui bahwa mereka pasif-agresif. Ini untuk memastikan Anda tidak kehilangan suara atau hak Anda untuk memberikan batasan," tambah Muñoz.
Dengan begitu, orang yang berkepribadian atau berperilaku pasif-agresif memiliki kesempatan untuk memahami motif dan perasaan mereka sendiri, demikian juga kamu. Sementara itu, Cullins mengatakan bahwa penting untuk memastikan orang tersebut mengetahui perilaku pasif-agresif.
ADVERTISEMENT
Hal ini dapat mengarah pada diskusi yang jujur tentang perasaan dan keinginan mereka. Kamu juga dapat membuat mereka sadar tentang bagaimana perilaku mereka memengaruhi kamu.
"Misalnya, Anda mungkin berkata, 'Membingungkan ketika Anda memberi tahu saya bahwa Anda baik-baik saja tetapi wajah Anda terlihat marah. Itu membuat saya tidak nyaman karena saya tidak tahu perasaan Anda yang sebenarnya atau apa yang Anda butuhkan," saran Cullins.