Kisah Ajeng Stephani, Tetap Berjuang Meski Tiga Kali Didiagnosis Kanker Payudara

31 Oktober 2022 10:41 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ajeng Stephani, Breast Cancer Survivor & Anggota Lovepink Indonesia. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ajeng Stephani, Breast Cancer Survivor & Anggota Lovepink Indonesia. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Kalau ditanya apa rasanya saat pertama kali (Didiagnosa kanker payudara), rasanya itu seperti akhir dari segalanya,” begitu ungkap Ajeng Stephani, Breast Cancer Survivor & Pink Squad Lovepink Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kanker payudara memang merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan. Hal ini terbukti melalui data dari Globocan di tahun 2020 jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6 persen) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia.
Jadi tentu saja Ajeng merasa dunianya seperti tak punya masa depan. Ingin menyerah dan tak mau melakukan kemoterapi pun sempat ia alami. Tapi berkat dukungan yang kuat dari keluarga dan komunitas, Ajeng berusaha untuk tetap kuat.
Bahkan ketika didiagnosa untuk kedua dan ketiga kalinya, ibu satu anak ini sudah ada pada tahap menerima. Ia berusaha menikmati dan menjalani pengobatan serta pemulihan.

Cerita Ajeng pertama kali didiagnosa kanker payudara

Ajeng Stephani, Breast Cancer Survivor & Anggota Lovepink Indonesia. Foto: Dok. Ajeng Stephani
Tahun 2018 bisa dibilang menjadi masa-masa kelam bagi Ajeng Stephani. Sebab saat usia pernikahannya masih baru dan anaknya masih kecil, ia harus menerima kenyataan. Dirinya didiagnosa kanker payudara.
ADVERTISEMENT
“Saat itu saya sedang menyusui. Saya kira itu adalah kelenjar ASI, jadi saya coba menunggu, siapa tahu benjolan tersebut hilang. Tapi ternyata seminggu berlalu, benjolannya enggak hilang juga,” ungkap Ajeng dalam bincang-bincang bersama kumparanWOMAN di program Ladies Talk.
Ia pun langsung memeriksakan diri ke dokter dan tak disangka, benjolan tersebut adalah kanker payudara. Ajeng pun kemudian menjalani perawatan lebih lanjut, hingga operasi pengangkatan payudara sebelah kiri. Selain itu, Ajeng juga menjalani kemoterapi enam kali dan radiasi 16 kali.
Usai menjalani perawatan intensif, Ajeng sempat dinyatakan ‘bersih’ dari kanker payudara. Tapi perjuangannya belum usai sebab pada 2020, kanker kembali terdeteksi.
Saat itu, benjolan kembali muncul di payudara kanan dan memang benar, Ajeng dinyatakan mengalami kanker payudara. Ia pun harus mulai lagi semua perawatan dari awal, yaitu kemoterapi 12 kali dan radiasi 30 kali.
Ajeng Stephani, Breast Cancer Survivor & Anggota Lovepink Indonesia. Foto: Dok. Ajeng Stephani
Kondisi ini pun berulang pada 2022 ini, kanker Ajeng kembali muncul di kelenjar ketiak kiri. Menurut Ajeng, kondisi kemunculan kanker yang berulang ini terjadi karena kanker payudara yang ia alami bukan disebabkan oleh hormon seperti pada umumnya.
ADVERTISEMENT
“Jadi tipe kanker saya termasuk non hormonal. Sebutannya TNBC (Triple Negative Breast Cancer). Tipe ini adalah yang ‘paling’ susah untuk dikendalikan dan dikontrol karena tidak jelas pasti penyebabnya apa,” tandas Ajeng.
Kemudian secara pemeriksaan genetik, hasilnya positif BRCA 1-2. Sel BRCA 1-2 merupakan dua gen paling umum yang terkait dengan kanker payudara dan kanker ovarium. Karena itulah, sel kanker yang ada di tubuh Ajeng semakin ‘bandel’ dan mudah untuk kambuh.
Tiga kali didiagnosa menderita kanker payudara tentu bukan hal yang mudah untuk Ajeng. Namun, ia berusaha untuk menerima kondisi yang dialami dan terus berjuang demi orang-orang yang mendukungnya.
“Saya beruntung berada di keluarga yang sangat mendukung… Jadi saya pribadi tak ingin kasih sayang dan doa mereka menjadi hal yang sia-sia. Untuk itu saya akan tetap berjuang dan enggak akan menyerah.”
ADVERTISEMENT

Tantangan menjaga kesehatan mental di tengah vonis penyakit mematikan

Ajeng bercerita saat waktu pertama kali didiagnosa menderita kanker payudara, ia mengaku masih sangat sulit menerima keadaan. Ia juga tidak siap menghadapi proses pengobatan yang panjang, mulai dari operasi hingga kemoterapi.
“Ada tahapan kaget, sedih dan takut kalau payudara diangkat. Lalu harus lanjut kemoterapi dan takut rambut harus rontok. Ini yang membuat saya sempat takut tidak mau kemoterapi dan mau pura-pura tidak tahu saja,” jelasnya.
Tapi pada akhirnya, Ajeng menyadari bahwa kemoterapi menjadi salah satu cara untuk sembuh dari kanker payudara. Ia pun berusaha untuk mengubah pola pikirnya menjadi lebih positif.
“Pikiran-pikiran negatif itu muncul bahkan saat saya belum mulai kemoterapi. Akhirnya saya mencoba untuk kemoterapi dan saya menyadari bahwa saya tidak bisa selalu menolak proses ini. Setelah itu, rasa semangat pun muncul untuk melakukan serangkaian pengobatan yang harus dijalani,” imbuh Ajeng.
ADVERTISEMENT
Ajeng merasa bahwa hal terberat yang dilalui ketika didiagnosis tiga kali mengalami kanker payudara adalah dirinya sendiri. Ia masih merasa sulit menerima keadaan dan merasa takut akan kondisinya.
Ajeng Stephani, Breast Cancer Survivor & Anggota Lovepink Indonesia. Foto: Dok. Ajeng Stephani
“Jadi diri saya sendiri yang bikin down. Saya benar-benar jadi orang yang pengecut, tidak berguna. Padahal sebenarnya setelah saya lewati dan dijalani enggak sejelek itu juga ya keadaan ini. Ternyata hal yang ditakutkan itu bisa diubah jadi misalnya jadi lebih menyenangkan,” imbuh Ajeng.

Dukungan keluarga dan mengubah pola pikir jadi kunci bertahan

Ajeng Stephani merasa bersyukur karena memiliki lingkungan yang suportif. Karena hal itu, Ajeng pun berusaha untuk tetap terus kuat berjuang untuk menghadapi kondisi ini.
“Justru di lingkungan sekitar itu support banget, mulai dari suami, orang tua, kakak kakaknya suami bahkan adikku semuanya. Jadi saya melawan rasa takut itu dengan diri saya sendiri,” ucap Ajeng.
ADVERTISEMENT
Cara lain yang dilakukan untuk membuatnya bertahan adalah menjalani kemo dengan cara yang menyenangkan. Ajeng beranggapan setiap kali ingin melakukan kemo, ia sedang melakukan treatment di klinik kecantikan.
“Setiap kemo saya memiliki pikiran ‘okay aku mau kesini itu mau beauty treatment, pasti pulang dari sini saya jadi cantik’. Sampai akhirnya dokter dan perawat pada ngomong kok nggak keliatan kayak mau kemo. Sudah pada tahu kalau saya ke rumah sakit bukan untuk kemo tapi untuk beauty treatment,” cerita Ajeng.
Ajeng Stephani, Breast Cancer Survivor & Anggota Lovepink Indonesia. Foto: Dok. Ajeng Stephani

Cerita Ajeng bergabung dengan Lovepink

Selain mendapat dukungan dari keluarga, Ajeng juga bergabung dengan komunitas. Hal itu bisa membuat Ajeng bisa bertukar informasi mengenai pengobatan kanker payudara dan juga bisa saling menguatkan saat menjalani pengobatan.
ADVERTISEMENT
“Saat terdiagnosa suatu penyakit yang tidak biasa gitu, ya bergabunglah dengan komunitas. Saat ini saya bergabung dengan komunitas breast cancer yang bernama Lovepink Indonesia, organisasi yang berisi pasien, survivor dan warrior kanker payudara,” katanya.
Ajeng melanjutkan, “Jadi saat bergabung dengan Lovepink disitu aku merasa bahwa saya nggak sendiri. Jadi dukungan dari komunitas itu sangat berarti. bahwa yang saya jalani sekarang, mereka pun menjalani.”
Ajeng Stephani, Breast Cancer Survivor & Anggota Lovepink Indonesia. Foto: Dok. Ajeng Stephani
Tidak hanya untuk para pasiennya. saat ini Lovepink juga jadi rumah bagi pendamping pasien payudara. Untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi Instagram @lovepinkindonesia.
“Jadi sekarang pendamping maupun pasien bisa hidup bersama-sama menuju kebahagiaan,” tutup Ajeng.