Cerita Jurnalis Perempuan yang Meliput Jalanan Kabul Setelah Taliban Berkuasa

21 Agustus 2021 16:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Clarissa Ward, Jurnalis Perempuan & Kepala Koresponden Internasional CNN Foto: Instagram @clarissawardcnn
zoom-in-whitePerbesar
Clarissa Ward, Jurnalis Perempuan & Kepala Koresponden Internasional CNN Foto: Instagram @clarissawardcnn
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pasukan Taliban berhasil memasuki Kabul dan menduduki istana kepresidenan pada Minggu (15/8), ketika Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, melarikan diri dari kota itu. Peristiwa besar ini tentu tak luput dari peliputan pewarta, termasuk seorang jurnalis perempuan bernama Clarissa Ward.
ADVERTISEMENT
Kepala koresponden internasional CNN itu belum lama ini menjadi sorotan karena keberaniannya meliput kondisi Kabul setelah Taliban mengambil alih kekuasaan. Sikapnya yang berani itu lantas menuai pujian dari beberapa netizen.
Mengutip Independent UK, Clarissa Ward dilaporkan terjun ke jalanan Kabul, pada Senin (16/8) atau sehari setelah kota tersebut direbut oleh Taliban. Dalam video yang diunggah CNN, Ward yang tampil mengenakan abaya serba hitam lengkap dengan hijab itu menyusuri kota Kabul yang dipenuhi dengan pasukan Taliban yang memegang senjata. Ia juga terlihat mewawancarai beberapa warga Afghanistan dan pasukan Taliban.
“Mereka (Taliban) hanya meneriakkan ujaran ‘Death of America’, tetapi mereka tampak ramah pada saat yang sama,” kata Clarissa Ward usai mewawancarai beberapa pasukan Taliban.
ADVERTISEMENT
Saat melakukan penelusuran, Ward juga tampak menyusuri area istana kepresidenan yang dijaga ketat oleh pasukan Taliban. Dalam video itu, Ward mendekati sekelompok pasukan Taliban yang berada di pos pemeriksaan istana kepresidenan.
Namun, beberapa saat kemudian, Ward menjelaskan bahwa kehadirannya di sana sempat membuat suasana tegang. “Kehadiran saya di sana langsung menciptakan ketegangan,” terang jurnalis perempuan itu.
Ward lalu berkata, “Mereka mengatakan kepada saya untuk berdiri di samping karena saya seorang perempuan,” tambahnya.
Menurut Ward, kejatuhan pemerintah Afghanistan ini telah menyebabkan perempuan Afghanistan tak berani untuk keluar rumah. “Saya melihat beberapa perempuan, tapi jumlahnya jauh lebih sedikit daripada biasanya di jalanan Kabul,” tutut Ward.
Ward juga menyebut, banyak perempuan Afghanistan mengkhawatirkan hidupnya ketika Taliban berkuasa. Hal ini juga berlaku untuk jurnalis-jurnalis perempuan yang tinggal di Kabul. Mereka takut bahwa Taliban akan melakukan aksi pembalasan terhadap pemberitaan yang ditulis di medianya.
ADVERTISEMENT
“Ada begitu banyak jurnalis perempuan di seluruh negeri dan mereka telah melakukan peliputan yang berani dan luar biasa selama bertahun-tahun. Tapi sekarang, terlihat ada ketakutan yang sangat nyata bahwa mereka mungkin menghadapi pembalasan, atau mereka takut tidak dapat melakukan pekerjaannya lagi,” ujarnya.

Pengalaman meliput soal Taliban jadi hal yang menakjubkan

Sementara itu, dalam unggahan Instagram terbarunya, Ward sendiri sempat mengungkapkan pengalamannya saat meliput konflik di Afghanistan. Diakui perempuan yang sebelumnya sering meliput soal Taliban itu bahwa pengalaman tersebut benar-benar menakjubkan dalam kariernya.
“Meliput jalanan Kabul ketika Taliban mengambil alih kekuasaan menjadi salah satu pengalaman paling menakjubkan dalam karier saya,” tulis Clarissa dalam unggahan fotonya, pada Rabu (18/8).
“Saya menulis dalam buku saya, On All Fronts, tentang pengalaman menghabiskan waktu bersama Taliban di utara beberapa tahun yang lalu. Namun, tidak pernah saya bayangkan saat itu bahwa mereka akan merebut ibu kota dalam hitungan jam dengan hampir tidak ada tembakan,” tutup Clarissa Ward.
ADVERTISEMENT