Mengenal 4 Tradisi Waisak di Indonesia, dari Magelang hingga Pekanbaru
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Tahun ini, Waisak jatuh pada Rabu 26 Mei 2021. Waisak adalah hari untuk memperingati kelahiran Siddharta Gautama yang merupakan pendiri agama Buddha. Waisak juga merayakan tiga peristiwa penting dalam kehidupan Buddha, yakni kelahiran, pencapaian pencerahan yang sempurna, serta kematiannya.
Biasanya pemeluk Buddha, khususnya di Indonesia, punya cara dan tradisi sendiri dalam memperingatinya. Berikut kumparan rangkum, tradisi Waisak yang dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia.
1. Kirab Agung Amisa, Yogyakarta
Hari Raya Waisak di Yogyakarta disambut dengan Kirab Agung Amisa. Budaya Jawa ini mengarak replika Sang Buddha sambil membawa bermacam sajen persembahan ke salah satu vihara terdekat.
Nantinya, aneka sajen yang meliputi nasi tumpeng, air Waisak, dan api akan disemayamkan di pelataran Vihara Giriloka. Biasanya, arak-arakan tersebut akan dimulai di Desa Gunung Kelir, Girimulyo.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan tradisi ini bertujuan untuk mengenang ajaran Guru Agung Buddha Gautama. Selain itu, selama proses arak-arakan, rombongan yang mengikuti kirab akan melantunkan doa dengan mengenakan pakaian adat Jawa.
Usai melakukan kirab, umat Buddha akan melaksanakan puja bakti (sembahyang) dan pembacaan paritta suci Waisak (buku suci) hingga menjelang Waisak. Rangkaian puncak Waisak sendiri akan ditutup dengan perayaan darma sakti pada Hari Waisak.
2. Trisuci Waisak, Magelang
Dilansir laman resmi Kemdikbud, Candi Borobudur akan menggelar prosesi sakral yang dihadiri umat Buddha di seluruh Indonesia. Saat puncak Waisak, peserta Trisuci Waisak akan mengikuti kirab dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur sejauh 3 kilometer.
Rombongan akan membawa berbagai perlengkapan puja bakti Waisak, seperti replika sang Buddha, air berkah, api dharma, dan kitab suci Tripitaka. Kemudian para peserta akan melakukan Pradaksina, yakni mengelilingi Candi Borobudur searah jarum jam sebanyak tiga kali sembari membaca doa.
ADVERTISEMENT
Dalam ritual Pradaksina, peserta akan mengelilingi candi sambil membawa bunga teratai, diiringi lagu Buddhang Saranang Gacchami. Konon, mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali memiliki arti sebagai bentuk penghormatan dan merenungkan segala sifat luhur dari tiratana, yaitu Buddha, Dharma, dan Sangha.
3. Festival Candi Muaro di Jambi
Perayaan Waisak di Jambi selalu diselenggarakan di kompleks Candi Muaro Jambi. Ratusan umat Buddha memadati area sekitar candi untuk melaksanakan berbagai ritual Waisak yang rutin dilakukan setiap tahunnya.
Ritual akan dimulai dengan mengitari kompleks candi, sembahyang, sampai semedi yang dipimpin oleh biksu. Setelah ritual usai, rangkaian perayaan Waisak akan diakhiri dengan pelepasan lampion pada dini hari di Candi Muaro.
Kemeriahan Festival Candi Muaro terbuka bagi masyarakat umum dan bisa dikunjungi oleh siapa saja. Tradisi perayaan Waisak di Jambi, menjadi perayaan terbesar kedua setelah Candi Borobudur.
ADVERTISEMENT
4. Waisak di Pekanbaru
Hari Raya Waisak di Pekanbaru, dimeriahkan dengan tradisi unik berupa pawai Waisak. Biasanya, dalam prosesi tradisi tersebut, ribuan umat Buddha di Pekanbaru akan memadati sejumlah jalan protokol untuk memeriahkan pawai Waisak.
Pawai yang dilakukan sore hari ini biasanya diikuti peserta dari berbagai lembaga keagamaan Buddha, lembaga pendidikan, ormas Tionghoa, hingga sekolah. Beragam arak-arakan juga menyemarakkan pawai, seperti atraksi barongsai dan naga, replika Buddha, serta mobil hias.
Pelaksanaan pawai Waisak merupakan salah satu cara untuk menghormati Sang Buddha. Pada pawai tersebut, berbagai simbol suci agama Buddha dan sarana puja turut dibawa dalam iring-iringan.
Sama seperti tradisi Waisak lainnya, arak-arakan akan dilakukan sambil melantunkan doa dan pujian dengan harapan bangsa dan negara ini selalu diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa, para Buddha, dan dewa.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona ).