KLHK: Pembangunan Sarpras di Taman Nasional Komodo Dibuat Terpusat

28 Oktober 2020 15:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengunjung melihat komodo di Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Timur.  Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung melihat komodo di Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Timur. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pembangunan sarana dan prasana di Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo tengah mendapatkan sorotan. Pembangunan tersebut dikhawatirkan dapat merusak habitat komodo, hewan eksotik khas Indonesia.
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Wiratno, menegaskan bahwa pembangunan sarana dan prasana tersebut tetap mematuhi kaidah-kaidah konservasi.
Pulau Komodo, NTT Foto: Shutter stock
"Penataan sarana dan prasarana wisata di Loh Buaya ini di Pulau Rinca, Komodo tetap patuhi kaidah-kaidah konservasi," kata Wiratno, dalam webinar yang digelar Rabu (28/10).
Lebih lanjut, Wiratno menjelaskan bahwa Taman Nasional Komodo memiliki luas 173.300 hektare dengan luas daratan mencapai 40.728 hektare atau 23,5 persen. Sedangkan luas baharinya adalah 132.572 hektare.
Dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Nasional Komodo dikelola melalui sistem zonasi yaitu zona inti, zona rimba, dan zona pemanfaatan. Sedangkan zona pemanfaatan adalah zona yang diberikan akses kelola wisata termasuk atraksi melihat komodo dan pembangunan sarana dan prasarana.
ADVERTISEMENT
"Kalau melihat zonasinya, sejak awal zonasi untuk zona pemanfaatan ini luasnya hanya 824 hektare atau 0,4 persen dari luas seluruh taman nasional. Zona pemanfaatan 0,4 persen yang di daratan. Loh Buaya ini termasuk zona pemanfaatan," ujar Wiratno.
Adapun pembangunan sarana dan prasarana di Taman Nasional Komodo sendiri meliputi pengaman pantai, pembangunan dermaga, pusat informasi, pondok ranger, pondok peneliti, hingga pondok pemandu.
"Dermaga yang saat ini yang mau dibongkar dan dibangun satu dermaga baru yang lebih cantik dengan model seperti lidah komodo bercabang Y, juga seperti tongkatnya para naturalis guide. Dengan model Y ini akan banyak kapal yang bisa bersandar dengan aman. Ini pembangunan sarpras di Loh Buaya, salah satunya adalah dermaga," lanjutnya.
ADVERTISEMENT

Pembangunan Sarana dan Prasarana di Pulau Komodo Dibuat Terpusat

Sementara itu, akan dibangun juga elevated deck yang nantinya digunakan wisatawan untuk mengamati komodo dari atas ketinggian.
"Semuanya di lokasi sarpras yang sama yang dulu, yang dulu sudah ada dibongkar dan kemudian dibangun. Ini elevated deck yang modelnya seperti ekor komodo, sehingga para pengunjung nanti akan melihat komodo dari atas, tidak boleh bersentuhan langsung dengan komodo seperti yang ada saat ini," kata Wiratno.
Pulau Komodo, NTT Foto: Shutter stock
Wiratno menambahkan bahwa pembangunan sarana dan prasarana yang ada saat ini bertujuan untuk memudahkan akses informasi di Taman Nasional Komodo yang lebih terpusat. Dengan demikian, wisatawan tidak perlu bingung saat berkunjung ke Pulau Komodo.
"Jadi disatukan kalau sekarang information center-nya di Labuan Bajo, di mana-mana memang Pulau Rinca ini didesain untuk satu atraksi melihat Komodo," kata Wiratno.
ADVERTISEMENT
"Ke depannya pengunjung kalau ke Rinca, ke Loh Buaya tidak hanya melihat komodo itu, tetapi juga bisa menikmati sejarah Pulau Komodo, perilaku komodo di information center. Jadi ini menjadi terpusat di dalam satu bangunan lain ada pondok peneliti dan seterusnya," pungkasnya.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)