TikTok Jadi Aplikasi Non-Game Pertama Total Belanja Pengguna Tembus Rp 156 T

17 Januari 2024 9:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi TikTok. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi TikTok. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
TikTok meraih pencapaian baru sebagai aplikasi non-game pertama yang berhasil mencatat total belanja penggunanya sebesar 10 miliar dolar AS atau sekitar Rp 156 triliun. Data tersebut terungkap dari laporan analisis terbaru yang dilakukan data.ai, perusahaan riset dan intelijen aplikasi.
ADVERTISEMENT
Biasanya hanya aplikasi game yang sanggup menghasilkan total pengeluaran konsumen 10 miliar dolar AS. Candy Crush Saga dari King/Activision Blizzard, misalnya, yang mencatat 12 miliar dolar AS (setara Rp 187 triliun), kemudian disusul Honor of Kings dari Tencent, Monster Strike dari XFLAG/Mixi, dan Clash of Clans dari Supercell.
TikTok, menurut data.ai, sudah mencatat total belanja pengguna lebih dari 6,2 miliar dolar AS (sekitar Rp 97 triliun) ketika memasuki 2023, dan bertambah 3,8 miliar dolar AS (setara Rp 59 triliun) sepanjang tahun atau tumbuh 61 persen. Angka yang tercatat sepanjang 2023 juga 15 persen lebih tinggi dibandingkan periode 2022 yang jumlahnya 3,3 miliar dolar AS (sekitar Rp 51 triliun).
Sebagai catatan, laporan data.ai hanya mencakup pengeluaran pengguna TikTok melalui Apple App Store dan Google Play Store, belum termasuk toko aplikasi Android pihak ketiga di China. Jadi, ada kemungkinan total belanja konsumen TikTok bisa lebih besar lagi dari analisisnya data.ai.
Total pengeluaran pengguna di TikTok dari tahun ke tahun. Foto: data.ai
Pengeluaran pengguna TikTok sebagian besar berasal dari coin (koin). Aplikasi menjualnya dalam sejumlah paket, mulai dari 5 koin seharga Rp 1.200 sampai 17.500 koin seharga Rp 4.350.000.
ADVERTISEMENT
Koin ini semacam mata uang virtual di dalam aplikasi yang biasa digunakan untuk tip atau membeli gift (hadiah) ke kreator konten. Tip atau hadiah yang diterima kreator bisa diuangkan, dengan TikTok menerima komisinya 50 persen.
TikTok gak cuma menghasilkan pendapatan dari pembelian di dalam aplikasi. Mereka juga mencatat pendapatan dari ikan dan fitur e-commerce TikTok Shop (di Indonesia menjadi Shop | Tokopedia berkat kerja sama TikTok Indonesia dan Tokopedia), tapi ini tidak masuk dalam analisisnya data.ai.
Pengguna TikTok di AS dan China (pengguna TikTok versi iOS) menjadi penyumbang terbesar dalam total belanja konsumen 10 miliar dolar AS, masing-masing 30 persen atau 60 persen jika digabung. Penyumbang lainnya adalah pengguna TikTok di Arab Saudi, Jerman, Inggris, dan Jepang yang totalnya 13 persen.
ADVERTISEMENT
Dengan catatan ini, TikTok menjadi satu-satunya aplikasi non-game yang menghasilkan pengeluaran belanja pengguna mencapai 10 miliar dolar AS. Aplikasi non-game terdekatnya ada Tinder dan YouTube, tapi selisihnya sangat jauh karena keduanya hanya sanggup meraih antara 2 sampai 3 miliar dolar AS (sekitar Rp 31 triliun sampai Rp 47 triliun).
Jumlah belanja pengguna di aplikasi non-game. Foto: data.ai
data.ai memprediksi pendapatan TikTok masih akan terus tumbuh pada 2024, dengan total belanja konsumen mencapai 15 miliar dolar AS (setara Rp 234 triliun).
"TikTok siap menjadi aplikasi seluler dengan penghasilan tertinggi yang pernah ada —mendekati angka 15 miliar dolar AS pada 2024," kata Lexo Sydow, Kepala Tim Insights di data.ai, dalam pernyataan resmi.
"Konsumen menghabiskan lebih dari 11 juta dolar AS per hari untuk memberi tip kepada kreator konten favoritnya, mendorong TikTok melewati game mobile paling menguntungkan di dunia hingga saat ini: Game adiktif Candy Crush Saga tercinta."
ADVERTISEMENT
Sydow menambahkan, TikToker (sebutan pengguna TikTok) diprediksi bakal menghabiskan 40 jam kerja seminggu setiap bulan di aplikasi pada akhir 2024. Angka tersebut naik 22 persen dari 2023 lalu.