Pecandu Media Sosial Terbukti Suka Julid dan Ghibah, Ini Risetnya

23 Juli 2020 10:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gosip, nyinyir, julid. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gosip, nyinyir, julid. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Studi terbaru mengungkap kelompok orang-orang yang biasanya rentan kecanduan media sosial, seperti Facebook dan Snapchat. Berdasarkan riset yang rilis pada Juli 2020, mereka adalah orang-orang yang suka julid, ghibah, dan bully terhadap orang lain di media sosial.
ADVERTISEMENT
Orang-orang yang kecanduan Facebook dan Snapchat cenderung yang suka mempermalukan, dan mengeluhkan orang lain. Kesimpulan ini diambil berdasarkan survei terhadap 472 mahasiswa yang menilai penggunaan media sosialnya sehari-hari, termasuk preferensi sosial lainnya.
Peneliti meminta para partisipan mengisi kuisioner untuk mengukur interaksi mereka di media sosial yang paling menyenangkan, termasuk penggunaan untuk berghibah dan julid. Mereka penyebutnya dengan ‘penggunaan bermasalah’.
Defisini dari penggunaan bermasalah pada media sosial ialah ketika pengguna menunjukkan gejala yang mirip dengan kelainan-kelainan pada penggunaan media sosial. Misal, keinginan untuk tiba-tiba berhenti menggunakan media sosial.
Ilustrasi kecanduan media sosial. Foto: Shutter Stock
Interaksi di media sosial di antaranya ialah kekaguman dengan konten dan pendapat orang lain, kepasifan dalam menanggapi isu di media sosial, interaksi pro-sosial, hubungan seksual, kemampuan bersosialisasi dan tidak memiliki potensi sosial.
ADVERTISEMENT
“Kami melihat korelasi antara penggunaan bermasalah di kedua platform (Facebook dan Snapchat) dengan potensi sosial negatif, yang merupakan keinginan orang untuk menjadi kejam, tidak berperasaan dan menggunakan orang lain untuk keuntungan pribadi," kata Dr. Dar Meshi dari Michigan State University, seperti dikutip DailyMail.
Potensi sosial sendiri artinya adalah kapasitas menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain didasari atas kemampuan belajar kemampuan. Ketika seseorang tidak memiliki potensi sosial, sulit bagi mereka untuk beradaptasi dengan orang-orang di media sosial.
“Pengguna media sosial yang problematik biasanya menunjukkan penyimpangan dalam pengambilan keputusan seperti fungsi dan struktur otak yang berikaitan dengan dengan feedback yang baik,” tulis peneliti soal risetnya di jurnal ilmiah Addictive Behaviors Reports.
Ilustrasi buka media sosial. Foto: Shutterstock
Pengguna Snapchat yang bermasalah biasanya terkait dengan potensi sosial yang negatif, menginginkan kekaguman dari orang lain, dan kemampuan bersosialisasi. Sementara di Facebook, pengguna yang bermasalah hanya tertutup pada masalah potensi sosial negatif.
ADVERTISEMENT
Studi menunjukkan, bahwa pengguna media sosial Facebook dan Snapchat yang bermasalah terobsesi menggunakan platform untuk tujuan mengutarakan hal-hal yang kejam dan tidak berperasaan.
Peneliti juga mencatat bahwa aktivitas obsesi seperti ini erat kaitannya dengan narsisme dan psikopati. Kedua hal itu memang sering kali dikaitkan dengan penyebab seseorang kecanduan media sosial.
Mereka juga menuliskan bahwa tanpa disadari, media sosial memang menjadi wadah untuk orang-orang melakukan kekerasan verbal pada konten-konten yang disediakan. Inilah yang memicu cyberbullying dan berbagai perilaku agresif.