Eks CEO Google: Metaverse Facebook Bukan yang Terbaik bagi Manusia

2 November 2021 15:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mark Zuckerberg perkenalkan Meta sebagai nama brand baru Facebook. Foto: Facebook
zoom-in-whitePerbesar
Mark Zuckerberg perkenalkan Meta sebagai nama brand baru Facebook. Foto: Facebook
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Facebook mengubah nama perusahaan induknya dari Facebook Inc. menjadi Meta Platforms Inc. atau disebut Meta. Rebranding ini diikuti dengan fokus baru perusahaan membangun dunia virtual yang disebut 'Metaverse'.
ADVERTISEMENT
Soal Metaverse, rencana tersebut dikritik oleh Eric Schmidt, mantan CEO Google periode 2001-2011. Schmidt yang juga pernah menjabat Executive Chairman Google (2011-2015) dan induk Alphabet Inc. (2015-2017) mengatakan, meski dia yakin teknologi tersebut bakal segera tiba dan ada di mana-mana, inovasi itu belum tentu menjadi hal terbaik untuk masyarakat.
"Semua orang yang berbicara tentang metaverse berbicara tentang dunia yang lebih memuaskan daripada dunia saat ini – Anda lebih kaya, lebih tampan, lebih cantik, lebih kuat, lebih cepat," kata Schmidt kepada The New York Times.
Metaverse sendiri merupakan istilah yang diciptakan dalam novel dystopian "Snow Crash" yang dipublikasi pada tiga dekade lalu. Istilah metaverse merujuk secara luas pada gagasan tentang dunia virtual bersama yang dapat diakses oleh orang-orang yang menggunakan perangkat yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Sementara metaverse, menurut Facebook, adalah dunia virtual di mana orang-orang terhubung sebagai avatar dan dapat bertemu di versi digital dari berbagai tempat dan periode waktu.
Schmidt memandang teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), yang digunakan Meta untuk menjalankan sebagian besar algoritma platformnya, sebagai ‘dewa raksasa palsu’ karena dapat menciptakan hubungan interaksi masyarakat yang tidak sehat dan parasosial.
"Seperti apa rupa teman dekat dengan AI? Dan seperti apa rupa perang dengan AI? Apakah AI melihat aspek realitas yang tidak kita lihat? Mungkinkah AI akan melihat hal-hal yang tidak dapat dipahami manusia?," cecar Schmidt.
Mantan CEO Google, Eric Schmidt (kiri). Foto: REUTERS/Mike Segar
Kritik pada teknologi AI Metaverse tak hanya muncul dari Schmidt. Beberapa pebisnis besar, misal, CEO Tesla Elon Musk juga menyuarakan hal yang sama.
ADVERTISEMENT
Kepercayan Musk "tidak tinggi" dalam transparansi dan keamanan AI, bahkan di dalam perusahaannya sendiri. Beberapa analis juga mengatakan augmented reality menimbulkan lebih banyak risiko penyalahgunaan daripada media sosial.

Popularitas Facebook semakin meredup

Sejak menjadi pusat kritik dalam beberapa pekan terakhir gara-gara dokumen internal yang bocor mengungkap praktik bisnis dan teknologi kontroversial perusahaan, Facebook semakin menekankan misi Metaverse-nya dalam upaya menjauhkan diri dari kontroversi.
Namun hal ini dibantah CEO Facebook Mark Zuckerberg. Ia mengatakan "konyol" bagi orang-orang yang berpikir bahwa dia mengubah nama Facebook menjadi Meta karena reaksi seputar dokumen yang bocor.
"Mulai sekarang, kami akan Metaverse dulu, bukan Facebook dulu," kata Zuckerberg, seperti dikutip The Verge. "Seiring waktu, Anda tidak perlu menggunakan Facebook untuk menggunakan layanan kami yang lain."
ADVERTISEMENT
Menurut survei yang dilakukan perusahaan investasi Piper Sandler, penggunaan Facebook di kalangan populasi yang berusia lebih muda sudah berkurang. TikTok dan Snapchat disebut menjadi media pengganti bagi pengguna remaja.
Sebanyak 81 persen remaja yang disurvei mengatakan mereka menggunakan Instagram – persentase tertinggi dari semua platform. Sementara 77 persen mengatakan mereka menggunakan Snapchat dan 73 persen mengatakan mereka menggunakan TikTok. Hanya 27 persen responden yang mengatakan mereka menggunakan Facebook, platform yang paling sedikit persentasenya.