Memprihatinkan, Hilangnya Sopan Santun dalam Menulis E-mail

20 Juli 2017 12:08 WIB
Ilustrasi menulis email (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menulis email (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Miris. Mungkin ini adalah kata yang tepat untuk menggambarkan sikap sopan-santun masyarakat di era modern dengan teknologi super canggih saat ini.
ADVERTISEMENT
Tak lagi dianggap sebagai modal utama dalam bersikap di depan publik, banyak orang yang menomorduakan tata krama sebagai suatu sikap yang tak lagi dijunjung tinggi. Khususnya dalam surat-menyurat secara elektronik, atau e-mail.
Penulisan e-mail dianggap menjadi hal yang kini 'digampangkan' oleh para pelamar kerja. Jika dahulu menulis e-mail adalah perkara sulit, tetapi kini justru banyak orang yang tidak memperhatikan etika dalam menulis e-mail. Apakah kamu termasuk salah satunya?
Tak hanya masalah melamar pekerjaan saja, banyak kasus serupa juga terjadi pada beberapa figur publik Ibu kota, seperti yang dialami oleh penulis kondang Dewi Lestari beberapa waktu lalu.
Perhatikan tata cara menulis email (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Perhatikan tata cara menulis email (Foto: Thinkstock)
Penulis buku Rectoverso ini sempat menumpahkan kekesalannya pada mereka yang diangap sudah tak lagi memiliki etika dalam menulis e-mail dalam blog pribadinya. Mereka mengirimkan e-mail dengan bahasa yang sangat kasual, jauh dari kata profesional. Kurang lebih seperti ini:
ADVERTISEMENT
"Ini manajemen dewi lestari? kita mau ngundang jadi pembicara. boleh tahu brp biaya? trmksh."
"ass. kl kmi mw minta mba dewi ngisi acara di kampus gmn caranya? bls ea."
Tulisan Dewi tersebut pun menimbulkan keprihatinan masyarakat akan pudarnya budaya sopan-santun yang kini sudah dirasa tak dijunjung lagi.
Beberapa tahun silam, penulis novel Sitta Karina juga pernah menuliskan hal serupa di Twitternya. Hal itu terjadi ketika ia akan diwawancarai sebagai nara sumber, namun permohonan wawancara via e-mail tersebut menurutnya dianggap kurang sopan karena isi e-mail yang memintanya agar cepat-cepat membalas pertanyaan wawancara lantaran tenggat waktu yang sangat singkat.
Padahal, komunikasi secara profesional bisa menunjukkan sikap profesionalitas seseorang. Dilansir Business Email Etiquette, penilaian terhadap seseorang tak hanya dilihat dari segi visual saja namun juga dilihat dari tata cara dalam berkomunikasi baik verbal ataupun non-verbal.
Ada etika dalam menulis email (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ada etika dalam menulis email (Foto: Thinkstock)
Bentuk komunikasi melalui e-mail juga menjadi penentu penilaian yang bisa menentukan orang tersebut berkualitas atau tidak. Kesan pertama juga akan terlihat dari e-mail yang mereka tulis. Sama seperti berkomunikasi tatap muka secara langsung, komunikasi melalui e-mail sejatinya juga perlu memiliki etika dan sopan-santun meski kamu tidak bertemu.
ADVERTISEMENT
Jika kesan buruk sudah diperlihatkan dari awal mengirim e-mail, bukanlah hal yang mustahil jika kamu tidak akan dipertimbangkan. Baik sebagai calon pelamar kerja atau rekan bisnis.
Oleh karena itu, etika mengirim e-mail pun perlu diperhatikan mengingat hingga saat ini tata krama masih menjadi kunci utama dalam mencari sebuah pekerjaan dan menjalin hubungan dengan rekan bisnis untuk memperluas koneksi.
Bagaimana pendapatmu?