Era Soekamto soal Pentingnya Mengenali Motif Batik: Batik adalah Doa

9 Oktober 2018 9:22 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Era Soekamto (Foto: Dok. Stephanie Elia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Era Soekamto (Foto: Dok. Stephanie Elia/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada berapa jenis batik yang motif dan maknanya Anda kenali di luar kepala?
ADVERTISEMENT
Saat dihadapkan dengan pertanyaan ini, rata-rata orang Indonesia hanya akan tersenyum malu sambil menggelengkan kepala.
Harus diakui, meski kini rajin mengenakan batik, masih banyak orang Indonesia yang tak paham apa makna yang terkandung di balik motif-motif batik yang ia kenakan. Yang dilihat hanyalah keindahan motif dan warna semata.
Kebutaan orang Indonesia terhadap batik membuat desainer sekaligus Creative Director Iwan Tirta Private Collection, Era Soekamto, turut prihatin.
Iwan Tirta di Plaza Indonesia ss18. (Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Iwan Tirta di Plaza Indonesia ss18. (Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan)
"Saya ingin orang menghargai batik enggak hanya dari visualnya saja, tapi betul-betul bisa melihat prosesnya. Dalam prosesnya, terlibat perempuan-perempuan Indonesia yang sangat sabar. Mengerjakan motif-motif yang bercerita tentang peradaban nusantara yang sangat tinggi, ada pesan-pesan tentang kemanusiaan, leadership, cinta kasih, dan sebagainya," ujarnya kepada kumparanSTYLE, saat dijumpai di Plaza Indonesia, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
"Batik itu adalah visual komunikasi, yang dikomunikasikan adalah kebaikan-kebaikan, kemanusiaan yang peradaban tinggi tapi dekat dengan Tuhan. Bagus sekali," jelasnya lagi.
Iwan Tirta di Plaza Indonesia ss18. (Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Iwan Tirta di Plaza Indonesia ss18. (Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan)
Menurut Era, sekurang-kurangnya orang Indonesia harus paham mana batik yang boleh dipakai 'sembarangan' dan mana yang tidak. Misalnya motif Parang tak boleh digunakan saat menghadiri acara pernikahan dan motif Truntum dan Sido Asih yang hanya boleh dipakai oleh pengantin.
Di mata seorang Era Soekamto, batik merupakan doa.
Barbie x Iwan Tirta Batik (Foto: Dok. Barbie x Iwan Tirta Batik)
zoom-in-whitePerbesar
Barbie x Iwan Tirta Batik (Foto: Dok. Barbie x Iwan Tirta Batik)
"Batik itu kan doa, seni sakral. Dulunya dipakai untuk mensyi'ar kepada anak-anak di kerajaan yang akhirnya bisa jadi visual komunikasi di luar kerajaan. Awalnya seperti itu," ceritanya tentang sejarah batik di Indonesia.
"Batik motif Parang tidak digunakan pada saat manten. Parang tidak dipakai di karpet, diinjak-injak. Harus diperhatikan, bukan karena kualat, tapi karena kita menghargai, itu doa. Jadi pahami dulu (makna motif) batik. Ada beberapa motif larangan atau yang dipakemkan supaya kita tahu persis (makna dan kegunaan batik), dan supaya tidak ditaruh di tempat yang salah," tegasnya lagi.
Iwan Tirta X Aguste (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Iwan Tirta X Aguste (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
Sebagai desainer yang begitu mencintai batik sebagai budaya Indonesia, Era berharap ke depannya semakin banyak orang yang bisa memahami makna komunikasi visual yang terkandung dalam batik.
ADVERTISEMENT
"Bisa jadi reminder untuk kita orang Indonesia untuk tetap inggil (menghormati) kebudayaan. Itulah yang dilakukan oleh almarhum Iwan Tirta. Dia bilang 'batik itu harus dipakai. Jadi bisa diceritakan, agar orang bisa mengerti batik itu tak cuma dipandang cantik saja'," tutup Era.