Menelusuri Perubahan Regulasi Kompetisi Bulu Tangkis Musim 2018

26 Februari 2018 16:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Foto: PP PBSI)
zoom-in-whitePerbesar
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Foto: PP PBSI)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bulu tangkis adalah olahraga dinamis. Perubahan sejumlah peraturan yang bakal diberlakukan di musim kompetisi 2018-2021 ini adalah buktinya.
ADVERTISEMENT
Sejumlah aturan baru yang diterapkan oleh Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) sejak musim kompetisi 2018 dimulai. Mulai dari struktur turnamen, struktur poin untuk perhitungan peringkat dunia, teknis partisipasi atlet pada suatu turnamen, jumlah uang hadiah turnamen, aturan servis, hingga rencana perubahan sistem skor.
Perubahan Struktur Turnamen
Perubahan struktur turnamen untuk musim kompetisi 2018-2021 diumumkan lewat Meeting Council BWF yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 19 Maret 2017.
Sebelumnya, struktur turnamen bulu tangkis dibagi dalam empat level. Yang tertinggi adalah Kejuaraan Dunia (Olimpiade, Piala Thomas dan Uber, Kejuaraan Dunia BWF, dan Piala Sudirman). Di level kedua ada Superseries Premier, Superseries Final, dan Superseries.
Level ketiga diisi oleh Grand Prix Gold dan Grand Prix. Sementara, Turnamen Kontinental, yang terdiri dari International Challenge, International Series, dan Future Series, tercatat sebagai turnamen level keempat.
ADVERTISEMENT
Perubahan yang paling terlihat di stuktur turnamen terbaru ada di penggunaan istilah grade. Jika tadinya turnamen terbagi dalam empat level, untuk peraturan terbaru, turnamen dibagi dalam tiga grade.
Struktur turnamen BWF terbaru. (Foto: Dok. BWF)
zoom-in-whitePerbesar
Struktur turnamen BWF terbaru. (Foto: Dok. BWF)
Grade pertama terdiri dari empat turnamen: Olimpiade, Piala Thomas dan Uber, Kejuaraan Dunia BWF, dan Piala Sudirman. Sementara, perubahan turnamen grade kedua juga diikuti dengan penggantian nama Superseries menjadi World Tour.
Secara garis besar turnamen grade kedua dibagi ke dalam enam level. Secara berurutan level 1 sampai level 5 diisi oleh turnamen-turnamen yang tergolong dalam BWF World Tour: BWF World Tour Final, BWF World Tour - Super 1.000, BWF World Tour - Super 750, BWF World Tour - Super 500, dan BWF World Tour - Super 300. Untuk level 6, ada BWF Tour - Super 100 yang tergolong dalam turnamen BWF Tour.
ADVERTISEMENT
Grade ketiga menjadi bagian dari Turnamen Kontinental yang terdiri dari International Challenge, International Series, dan Future Series.
Perubahan struktur turnamen ini sendiri dipandang oleh Presiden BWF, Poul-Erik Hoyer, sebagai hasil dari eveluasi federasi terkait penyelenggaraan turnamen. Stuktur terbaru ini juga dinilai lebih padu dibandingkan dengan struktur sebelumnya. Keputusan BWF untuk mengubah struktur turnamen juga dilakukan untuk meningkatkan brand awareness yang tentunya dapat berdampak pada peningkatan daya saing kompetisi dan pendapatan.
Perubahan Poin Peringkat Dunia
Dampak paling signifikan dari perubahan struktur turnamen adalah perubahan poin yang bakal menentukan peringkat dunia. Tadinya, BWF menerapkan delapan (BWF Tournaments hingga Future Series) jenjang poin. Sekarang, jenjang poin tadi bertambah menjadi sembilan jenjang poin.
Aturan lama BWF tentang poin dan peringkat dunia. (Foto: Dok. BWF)
zoom-in-whitePerbesar
Aturan lama BWF tentang poin dan peringkat dunia. (Foto: Dok. BWF)
ADVERTISEMENT
Raihan poin di setiap capaian kompetisi juga berubah. Ambil contoh turnamen yang bakal digelar dalam waktu dekat, All England Open. Kompetisi ini bakal digelar di Birmingham, Inggris, pada 14-18 Maret 2018.
Di struktur awal, turnamen ini termasuk dalam Superseries Final. Juaranya akan mendapat tambahan 11.000 poin. Sedangkan untuk struktur yang baru, turnamen ini masuk dalam kategori World Tour - Super 1.000. Bila menilik aturan baru, pebulu tangkis yang menjuarainya akan diganjar tambahan 12.000 poin.
Aturan baru BWF tentang poin dan peringkat dunia. (Foto: Dok. BWF)
zoom-in-whitePerbesar
Aturan baru BWF tentang poin dan peringkat dunia. (Foto: Dok. BWF)
Perubahan Teknis Partisipasi Atlet
Perubahan ini pada dasarnya berpengaruh pada jumlah peserta yang bertanding di turnamen grade 2 level 2 dan level 3. Artinya, penyelenggaraan All England Open 2018 juga akan terkena dampak dari perubahan peraturan ini. Karena All England Open masuk dalam kategori BWF World Tour - Super 1.000, sehingga turnamen ini tergolong dalam kompetisi grade 2 level 2.
ADVERTISEMENT
Menghadapi musim kompetisi 2018, BWF tak hanya mengubah aturan struktur dan poin turnamen, tapi juga jumlah peserta yang mengikuti turnamen. Sebelumnya, ada 44 pebulu tangkis yang dapat mengikuti turnamen level BWF World Tour (di struktur lama, disebut dengan Superseries). Kompetisi pun dimulai dengan babak kualifikasi.
Lantas, aturan baru yang diterapkan oleh BWF menghilangkan babak kualifikasi. Artinya, jumlah peserta yang mengikuti turnamen level kedua dan ketiga di grade 2 berkurang menjadi 32 pebulu tangkis.
Perubahan kedua, ada pada jumlah turnamen yang wajib diikuti oleh pebulu tangkis. Awalnya, pebulu tangkis di semua sektor (tunggal dan ganda) yang menduduki peringkat 10 besar dunia, wajib bertanding di seluruh turnamen Superseries Premier dan setidaknya empat turnamen Superseries di periode pertama.
ADVERTISEMENT
Untuk periode kedua (Juli sebelum kompetisi BWF), perbedaannya hanya ada pada jumlah turnamen Superseries yang harus mereka ambil. Bila di periode sebelumnya empat Superseries, di periode ini hanya tiga turnamen Superseries.
Sementara untuk peraturan baru, bagi pebulu tangkis peringkat 15 besar sektor tunggal dan peringkat 10 besar sektor ganda wajib mengikuti beberapa level turnamen di grade 2.
Pebulu tangkis yang masuk dalam kategori peringkat ini pada minggu setelah berakhirnya turnamen BWF World Tour Final dan sebelum kompetisi BWF lainnya, diharuskan berpartisipasi di turnamen level 1, semua turnamen level 2 dan 3, serta minimal empat turnamen di level 4.
Namun, untuk pebulu tangkis yang masuk 15 besar tunggal dan 10 besar ganda di Kamis pertama Juli sebelum turnamen BWF, mereka wajib mengikuti turnamen level 1, turnamen level 2 dan 3 yang tersisa, dan minimal tiga turnamen di level 4.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, di musim kompetisi 2018-2021 ini, pebulu tangkis papan atas setidaknya akan mengikuti 12 turnamen dalam semusim. Sampai sekarang, keputusan ini ditentang oleh sejumlah pegiat bulu tangkis. Mereka menilai, atlet-atlet tersebut dibebani dengan hal-hal yang tidak berhubungan langsung dengan olahraga itu sendiri.
Dapat dimengerti bahwa tujuan dari perubahan perarturan ini bakal mengacu pada nilai jual kompetisi. Logikanya, semakin banyak atlet papan atas yang bertanding di satu turnamen, maka turnamen tersebut akan semakin menarik. Jika menarik, maka pendapatan sponsor dan pendapatan lainnya juga bakal meningkat.
Perubahan Uang Hadiah Turnamen
Terkait uang hadiah, perubahan signifikan ada pada distribusi hadiahnya. Khusus untuk turnamen di grade 2 level 1, tidak ada perubahan terkait pendistribusian uang hadiah.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, yang berhak menerima uang hadiah hanya pebulu tangkis yang mencapai babak 16 besar. Namun, menurut peraturan terbaru, mereka yang masuk 32 besar di turnamen grade 2 level 2 dan 3 pun berhak membawa pulang uang hadiah.
Lantas, karena mulai tahun ini turnamen di kedua level tersebut menghilangkan babak kualifikasi dan hanya diikuti oleh 32 peserta, dapat dipastikan bahwa semua peserta akan mendapatkan hadiah. Hal lain yang harus digarisbawahi, jika pebulu tangkis mengikuti turnamen grade 2 level 4 sampai level 6, maka uang hadiah bakal didapat jika mencapai babak 16 besar.
Perubahan Aturan Servis
Yang berubah dalam peraturan bulu tangkis terbaru bukan hanya soal penyelenggaraan turnamen, tetapi teknis dalam pertandingan. Aturan servis pun menjadi sorotan. Pasalnya, aturan terbaru ini seperti dua sisi mata uang berbeda. Ia bisa merugikan pemain jangkung dan menguntungkan pemain berpostur pendek ataupun rata-rata.
ADVERTISEMENT
Pada peraturan sebelumnya, shuttlecock harus berada di bawah pinggang pelaku servis saat dipukul. Tak ada ukuran baku bagi pemukul dalam memegang shuttlecock saat melakukan servis. Tepatnya, tinggi maksimum adalah mengacu kepada bagian terendah tulang rusuk seorang pelaku servis.
Sedangkan di peraturan terbaru, shuttlecock tidak boleh lebih dari 115 sentimeter dari permukaan lapangan pada saat dipukul oleh pelaku servis. Aturan yang mengharuskan batang dan kepala raket harus mengarah ke bawah saat melakukan servis pun sudah dihapus.
Presiden BWF,  Poul-Erik Hoyer. (Foto: MOHD RASFAN / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden BWF, Poul-Erik Hoyer. (Foto: MOHD RASFAN / AFP)
Aturan servis ini rencananya akan diberlakukan pada gelaran All England Open 2018. Yang menjadi kekhawatiran sejumlah pegiat bulu tangkis adalah sempitnya waktu adaptasi. Perubahan aturan, sekecil apa pun itu, dinilai mengubah kebiasaan atlet.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari adanya pemain yang diuntungkan dan dirugikan, peraturan servis terbaru ini juga dinilai memiliki beberapa kelemahan. Di antaranya, kepastian penempatan alat pengukur servis dan hakim servis. Penempatan ini dianggap bisa memengaruhi sudut pandang. Belum lagi masalah technical error yang bukannya tidak mungkin terjadi saat pertandingan berlangsung.
Perubahan Sistem Skor
Selain aturan servis, perubahan aturan terkait teknis pertandingan ada di sistem skor. Untuk peraturan terbaru, reli poin 21 diubah menjadi 11 poin dikali lima gim.
Artinya, seorang pebulu tangkis dapat menyelesaikan satu gim jika mengantongi 11 poin. Setting terjadi pada kedudukan 10-10 dan maksimal gim di angka 15. Jadi, kalau terjadi angka imbang 14-14, maka kedudukan akhir adalah 15-14 untuk si pemenang.
ADVERTISEMENT
Perpindahan sisi lapangan terjadi di gim kelima saat kedudukan angka 6. Sesi coaching oleh pelatih diberikan maksimal dua kali dalam lima gim tersebut.
Berbeda dengan perubahan aturan yang mulai dilakukan di gelaran All England Open 2018, perubahan sistem skor ini rencananya bakal diuji coba pada Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang. Namun, sampai sejauh ini, perubahan sistem skor masih sebatas rencana. BWF sendiri sempat mengeluarkan pernyataan bahwa keputusan perubahan sistem skor berikut uji cobanya baru akan ditetapkan di Annual Meeting Council BWF yang bakal digelar pada 19 Mei 2018 di Bangkok, Thailand.
Menyoal sistem skor, perubahan ini bukan pertama kali. Sistem skor bulu tangkis yang pertama kali dikenal adalah 3x15. Konon, sistem ini dipakai sejak tahun 1873.
ADVERTISEMENT
Di sistem 3x15 ini, setiap gim berlangsung hingga seorang pebulu tangkis meraih 15 poin, baik di sektor tunggal maupun ganda. Perbedaannya hanya ada pada tunggal putri. Gim akan berakhir bila pebulu tangkis mencapai angka 11.
Pada sistem tradisional, bila seorang pemain melakukan kesalahan maka poin secara otomatis bakal menjadi milik lawan. Namun, ini hanya terjadi di sektor tunggal.
Untuk ganda, jika servis pertama gagal, maka kesempatan bakal diberikan kepada tandem sang pemain (servis kedua). Poin akan menjadi milik lawan bila pelaku servis kedua juga melakukan kesalahan.
Sistem tradisional ini bertahan sampai tahun 2002. Setelahnya, BWF menerapkan sistem skor baru, yaitu 5x7. Durasi pertandingan menjadi perhatian utama. Alasan lainnya, kecepatan permainan dinilai dapat meningkatkan daya tarik komersial suatu kompetisi.
ADVERTISEMENT
Sistem 5x7 ini tidak digunakan dalam waktu lama. Ia hanya bertahan sampai gelaran Commonwealth Games 2002, yang digelar pada 2 Juli hingga 4 Agustus 2002. Setelahnya, BWF kembali menerapkan sistem tradisional. Lantas, mulai dari 2005 sampai sekarang, sistem skor yang digunakan adalah 3x21.
Perubahan sistem skor itu direncanakan karena BWF menilai bahwa durasi pertandingan dengan sistem 3x12 berlangsung terlalu lama. Pertandingan dianggap kurang seru karena para pemain tidak dipaksa untuk bermain secepat mungkin.
Marcus/Kevin luar biasa (Foto: PP PBSI)
zoom-in-whitePerbesar
Marcus/Kevin luar biasa (Foto: PP PBSI)
Namun, sejumlah pegiat bulu tangkis justru menyayangkan rencana perubahan sistem skor ini. Mereka justru menilai bahwa keseruan pertandingan bulu tangkis bisa terjadi dalam reli yang cukup panjang seperti sekarang. Dengan peraturan seperti ini, seorang pebulu tangkis mungkin saja bisa membalikkan keadaan dari walaupun ia sudah tertinggal cukup jauh.
ADVERTISEMENT
Misalnya, apa yang terjadi pada Firman Abdul Kholik di Kejuaraan Beregu Asia 2018 lalu. Awalnya, ia unggul 13-7 di gim ketiga. Namun, Lee Dong Keun yang menjadi lawannya berhasil membalikkan keadaan sehingga ia tertinggal 14-20. Bukannya menyerah, Firman justru berhasil memenangi pertandingan dengan meraih delapan poin berturut-turut. Pertandingan pun berakhir dengan skor 22-20 untuk kemenangan Firman.
-------
Terlepas dari penilaian-penilaian tadi, perubahan sistem ini memang masih membutuhkan waktu untuk uji coba. Bila menyangkut kompetisi profesional, keputusan-keputusan yang diambil memang tidak hanya bertujuan untuk menyenangkan satu pihak, termasuk dalam turnamen bulu tangkis.
Di satu sisi, keputusan memang harus menguntungkan dari segi daya jual turnamen di pasaran. Namun, di sisi lain, para atlet yang bertanding pun tetap harus mendapat perhatian. Jangan sampai keputusan yang ada memperhatikan aspek komersial, tapi mengesampingkan para atletnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai federasi yang menaungi bulu tangkis, termasuk kepentingan para atletnya, hal macam inilah yang harus dipikirkan BWF. Bagaimanapun juga, kompetisi dengan sistem sehebat dan semenarik apa pun tidak akan pernah berhasil tanpa keberadaan atlet.