Di Balik Lari 100 Meter yang Meroketkan Lalu Zohri

12 Juli 2018 17:44 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelari Indonesia, Lalu Muhammad Zohri (tengah) menjadi juara dunia lari 100 M untuk U-20. (Foto: Charlie Crowhurst/Getty Images for IAAF)
zoom-in-whitePerbesar
Pelari Indonesia, Lalu Muhammad Zohri (tengah) menjadi juara dunia lari 100 M untuk U-20. (Foto: Charlie Crowhurst/Getty Images for IAAF)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ajang lari nomor 100 meter adalah primadona di cabang olahraga atletik. Nomor itu boleh disebut sebagai yang paling populer. Usain Bolt adalah ikonnya dalam satu dekade terakhir. Pelari asal Jamaika itu ditahbiskan jadi manusia tercepat di dunia, ya, karena berhasil memenangi nomor ini.
ADVERTISEMENT
Bolt punya rekor 9,58 detik untuk nomor tersebut dan sampai saat ini tak ada orang yang bisa lebih cepat darinya. Dan banyak pelari-pelari yang namanya meroket juga karena memenangi nomor ini.
***
"Itu sebenarnya adalah tindakan yang tidak natural," begitu ujar Craig Pickering, mantan pelari nasional Inggris, perihal bagaimana seorang atlet bisa sebegitu cepat dalam lintasan 100 meter.
"Begitu kaki menyentuh tanah, Anda mengambilnya lagi di depan tubuh secepat yang Anda bisa untuk langkah selanjutnya. Tidak ada yang terjadi di belakang tubuh," tambah dia. Pickering, kepada The Guardian, menegaskan itulah kunci untuk menghasilkan hentakan kaki yang berpresisi dan lari yang cepat.
Pelari Indonesia, Lalu Muhammad Zohri (kiri) menjadi juara dunia lari 100 M untuk U-20. (Foto: Stephen Pond/Getty Images for IAAF)
zoom-in-whitePerbesar
Pelari Indonesia, Lalu Muhammad Zohri (kiri) menjadi juara dunia lari 100 M untuk U-20. (Foto: Stephen Pond/Getty Images for IAAF)
Itu kunci untuk jadi pemenang di lari nomor 100 meter. Kaki-kaki sprinter kelas dunia itu menghabiskan kurang dari sepersepuluh detik di atas lapangan, tiga kali lebih cepat daripada rata-rata kedipan mata manusia.
ADVERTISEMENT
Aksi naluriah itulah yang membuat Bolt bisa melaju kencang dan memecahkan rekor sebagai manusia tercepat di dunia. Dr Ralph Man, mantan atlet lari Amerika Serikat, menegaskan otak adalah otot yang tak terlihat di belakang semua atlet hebat. Dan dalam lari 100 meter, itu harus bekerja dengan atopilot. Naluriah.
Jika lari 100 meter mutlak bertumpu pada teori atau catatan statistik, Lalu Muhammad Zohri mungkin tak bakal membuat kejutan. Pelari Indonesia itu sulit meraih medali emas di Kejuaraan Dunia Atletik U-20 yang dihelat di Tampere, Finlandia.
Sebab, dibanding pesaing lain, catatan Zohri tak superior. Sebelum final di Tampere, Finlandia, Rabu (11/7) waktu setempat, catatan waktu terbaik pelari asal Lombok itu hanya menyentuh angka 10,25 detik. Raihan itu berada di bawah catatan terbaik tiga pesaing utamanya, Anthony Schwartz, Eric Harrison, dan Henrik Larsson.
ADVERTISEMENT
Schawrtz yang finis di belakang Zohri pada laga final, punya catatan waktu terbaik yakni 10,09 detik. Harrison yang finis ketiga, punya catatan waktu 10,22 detik. Lalu, Larsson juga punya catatan waktu yang sama.
Lalu M Zohri berfoto bersama pelari dari Amerika Serikat. (Foto: Dok. Kemenpora)
zoom-in-whitePerbesar
Lalu M Zohri berfoto bersama pelari dari Amerika Serikat. (Foto: Dok. Kemenpora)
Namun di partai final di Tampere, Zohri menihilkan angka-angka itu. Dia berhasil berlari lebih cepat dibanding nama-nama tadi, dan mencatatkan waktu jauh lebih baik dibanding catatan waktu sebelumnya. Zohri mencatat 10,18 detik untuk jadi juara.
Heroiknya lagi, dia memulai lomba dari lane 8, lane paling pinggir. Lane paling pinggir adalah lane yang sulit bagi para pelari. Biasanya, juara juga tak lahir dari lane itu. Hanya beberapa pelari hebat saja, dan Zohri mungkin jadi salah satunya.
ADVERTISEMENT
Aksi naluriah Zohri untuk terus berlari, tak memedulikan lawan-lawannya, tak memedulikan statistik, di final itu membuatnya meraih kemenangan. Dia jadi orang Indonesia pertama yang berhasil jadi juara dunia junior atletik. Sebuah pencapaian amat gemilang.
Catatan waktu Zohri itu pun membuatnya jadi pria tercepat kedua di Asia Tenggara sejauh ini, hanya kalah 0,01 detik dari seniornya, Suryo Agung Wibowo. Yang hebat, catatan itu diraih Zohri ketika usianya baru menapak 18 tahun. Jelas bahwa dia bisa punya masa depan cemerlang.
Pelari Indonesia, Lalu Muhammad Zohri.  (Foto: Lehtikuva/Kalle Parkkinen via REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Pelari Indonesia, Lalu Muhammad Zohri. (Foto: Lehtikuva/Kalle Parkkinen via REUTERS)
Pada 2007 silam, catatan terbaik Bolt adalah 10,07 detik. Dua tahun kemudian, pemilik delapan medali emas Olimpiade itu berhasil memecahkan rekor dunia. Memang kelewat muluk membandingkan Zohri dengan Bolt, tapi di satu sisi kita bisa melihat bahwa dengan ketekunan dan peningkatan, Zohri bisa berada di level yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Pada Asian Games 2014 lalu, peraih medali perunggu hanya mencatat waktu 0,03 detik lebih cepat dari catatan waktu Zohri di final. Sementara peraih medali emas mencatatkan 0,25 detik lebih cepat dari catatan itu.
Dengan bakal tampilnya dia di Asian Games 2018 mendatang, aksi naluriah Zohri seperti di final tadi tentu bisa mengantarkannya ke podium medali. Otaknya harus bisa menambah kekuatan otot dan asa untuk menang bisa menjadi tambahan energi untuknya.
Sebab di atas lapangan atletik nanti, kecepatan saja tak cukup untuk menghasilkan kemenangan. Jadi, sudah siap untuk melesat dan meraih medali berikutnya, Zohri?