WHO Dukung Uji Klinis Obat Herbal untuk Pengobatan Corona

22 September 2020 8:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi obat herbal. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi obat herbal. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) akhirnya menyetujui protokol uji coba obat herbal tradisional Afrika sebagai pengobatan potensial untuk pasien COVID-19.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, COVID-19 menyebabkan penggunaan obat tradisional di seluruh dunia semakin meningkat. Kondisi ini membuat pihak WHO lantas mendorong agar obat tradisional diuji klinis khasiatnya seperti yang dilakukan pada molekul-molekul yang dikembangkan di laboratorium Asia, Eropa, dan Amerika.
Perkembangan penggunaan obat tradisional untuk COVID-19 terjadi beberapa bulan belakangan usai presiden Madagaskar, Andry Rajoelina, mempromosikan sebuah minuman jamu herbal yang berbahan artemisia yang diberi nama Covid Organics atau CVO. Artemisia sendiri adalah tanaman yang diklaim berkhasiat untuk mengobati penyakit malaria.
Presiden Madagaskar, Andry Rajoelina saat peluncuran "Covid Organics" atau CVO, di Antananarivo, Senin (20/4). Foto: RIJASOLO / AFP
Alih-alih mendapat dukungan, obat herbal yang terbuat dari artemisia ini justru diremehkan dan banyak orang mencibirnya. Pada Sabtu (19/9), para peneliti dari WHO dan rekan peneliti dari dua organisasi lain mendukung pedoman untuk uji klinis tahap III obat herbal virus corona
ADVERTISEMENT
“Kami mengesahkan protokol uji klinis pengobatan herbal tahap III untuk COVID-19, serta menyetujui kerangka acuan untuk pembentukan data dan juklak pemantauan keamanan untuk uji klinis pengobatan herbal,” kata WHO dalam sebuah pernyataan seperti dikutip AFP.
Menurut WHO, uji klinis tahap III ini sangat penting untuk menilai keamanan dan kemanjuran sebuah produk medis baru. Sementara Prosper Tumusiime, direktur regional WHO mengatakan, jika produk obat tradisional terbukti aman, berkhasiat, dan terjamin kualitasnya, maka WHO akan merekomendasikannya untuk produksi lokal berskala besar.
Pembeli mengantri untuk membeli bahan makanan di toko Pick n Pay jelang lockdown di Afrika Selatan. Foto: REUTERS / Siphiwe Sibeko
“Munculnya virus corona, seperti wabah Ebola di Afrika Barat telah menunjukkan kebutuhan penguatan sistem kesehatan dan percepatan program penelitian dan pengembangan, termasuk obat-obatan tradisional,” ujar Tumusiime.
Tumusiime tidak secara spesifik merujuk pada obat herbal COVID-19 dari Madagaskar atau CVO yang direkomendasikan oleh Rajoelina. Namun yang pasti obat CVO saat ini telah banyak didistribusikan di Madagaskar dan dijual oleh sejumlah negara di Afrika.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya pada Mei 2020, direktur WHO regional Afrika, Matshidiso Moeti mengatakan, sejak tahun 2000 pemerintah di negaranya telah berkomitmen untuk melibatkan terapi tradisional yang telah diuji klinis dalam pengobatan penyakit.
“Saya memahami kebutuhan, dorongan untuk menemukan sesuatu yang dapat membantu. Akan tetapi kami sangat ingin mendorong proses ilmiah ini di mana pemerintah juga membuat komitmen,” ungkap Moeti.