Warga Disarankan Seks atau Masturbasi Selama Lockdown, Ini Alasannya

9 Juli 2020 11:04 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi orgasme  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orgasme Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Peneliti di Inggris melakukan survei tentang aktivitas masyarakat selama masa lockdown akibat pandemi COVID-19. Ternyata, aktivitas seksual menjadi salah satu yang paling banyak berubah selama masyarakat melakukan segala aktivitas di rumah.
ADVERTISEMENT
Dalam survei penelitian yang melibatkan 900 warga Inggris, 40 persen di antaranya mengaku jadi lebih aktif melakukan kegiatan seksual, seperti berhubungan badan, masturbasi atau sekadar make out.
Pasangan yang menghabiskan lebih banyak waktu bersama selama masa isolasi diri cenderung lebih aktif secara seksual. Hal itu terjadi karena mereka sering merasa bosan.
Bagi perempuan yang menjalankan isolasi mandiri bisa lebih sering melakukan aktivitas seksual hingga tiga kali dibandingkan lak-laki, baik itu berhubungan seks dengan pasangan, atau masturbasi.
Menurut peneliti, seks atau masturbasi selama lockdown adalah hal yang baik. Bahkan, mereka menyarankan masyarakat untuk sering melakukan aktivitas seksual selama isolasi mandiri karena memiliki banyak manfaat.
Ilustrasi masturbasi. Foto: Shutter Stock
Ilmuwan mengatakan, aktivitas seks selama lockdown bisa menghindari seseorang dari risiko penyakit serius. Seks dan masturbasi dapat membantu meredakan kecemasan, terutama di kalangan kaum muda selama pandemi.
ADVERTISEMENT
Tim peneliti dari Prancis, Inggris, dan Austria mengatakan, lockdown telah membuat beberapa orang lebih banyak kesempatan untuk terlibat dalam aktivitas seksual. Karena kurangnya kesibukan, seperti tidak harus berada di perjalanan berangkat dan pulang kerja, mereka jadi memiliki banyak waktu bersama pasangan.
Di sisi lain, masih ada orang-orang yang lajang atau yang tidak tinggal bersama pasangan. Hal itu membuat mereka kesulitan untuk aktif secara seksual. Terlebih lagi, aplikasi kencan online seperti Tinder tidak memberikan banyak bantuan karena masyarakat tetap tidak bisa melakukan seks dengan kencan yang mereka temui di aplikasi.
Inggris sendiri telah melarang masyarakat untuk bertamu ke rumah orang lain sejak 23 Maret. Namun sejak peraturan tersebut dilonggarkan, masyarakat kini sudah boleh mengundang orang lain ke tempat tinggal mereka dan menginap.
Ilustrasi pasangan harmonis. Foto: Shutterstock
"Kehidupan seks yang sering dan bebas masalah sering dikaitkan dengan banyaknya manfaat untuk kesehatan fisik dan mental," kata ketua peneliti Dr Louis Jacob dari University of Versailles Saint-Quentin-en-Yvelines, Prancis, dalam Journal of Sexual Medicine, seperti dikutip Daily Mail.
ADVERTISEMENT
“Intervensi untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan selama pandemi COVID-19 harus mempertimbangkan pesan kesehatan seksual yang positif dengan mengurangi dampak kesehatan yang merugikan terkait dengan isolasi diri atau social distancing,” tambahnya.
Penelitian di AS menunjukkan, orang yang sering melakukan hubungan seks memiliki risiko yang lebih kecil terkena penyakit jantung, kanker, diabetes, kolesterol tinggi, dan masalah kesehatan mental. Hal ini dikaitkan dengan lebih sedikit hormon stres, sistem kekebalan yang lebih kuat dan ikatan emosional dengan pasangan.
Faktor-faktor yang membuat seseorang sering terlibat dalam aktivitas seksual lebih banyak terjadi pada pria, usia yang lebih muda, menikah atau dalam suatu hubungan, mengkonsumsi alkohol, dan jumlah hari yang dihabiskan di dalam rumah yang terisolasi sendiri.
ADVERTISEMENT
Pria melakukan mastrubasi atau berhubungan seks 3,2 kali per minggu secara rata-rata dibandingkan dengan 0,88 pada wanita. Rata-rata keseluruhan adalah 1,7 kali per minggu.
Ilustrasi menjaga gairah seks saat LDR. Foto: Dok. Shutterstock
Aktivitas seksual pada orang yang melakukan isolasi meningkat secara signifikan dari 33,5 persen dalam lima hari menjadi 47 persen setelah isolasi selama 11 hari. Meskipun begitu, ilmuwan mengatakan bahwa penelitian ini tidak mencakup strategi potensial untuk mendapatkan lebih banyak orang Inggris untuk lebih aktif melakukan aktivitas seksual.
Namun, mereka lebih menekankan pada manfaat dari aktivitas seksual untuk kesehatan, termasuk sosialisasi terkait pengetahuan bahwa masturbasi adalah aktivitas yang normal dan salah satu bagian dari seksualitas seorang manusia.
Lockdown telah membuat jutaan orang terjebak di dalam rumah tanpa interaksi fisik dengan orang lain. Tentu saja itu sangat mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan setuju kalau social distancing dapat membuat seseotang jadi lebih mudah cemas, marah, stress dan menarik diri,
ADVERTISEMENT
Berdasarkan survei yang melibatkan 5.500 orang menunjukkan, 14,3 persen populasi menderita kesepian dalam tujuh hari terakhir. Persentase itu merepresentasikan sekitar total 7,4 juta orang yang menderita hal tersebut.
Setengah dari orang dewasa di bawah 25 mengatakan, bahwa mereka merasa kesepian saat lockdown. Sementara hanya 22 persen orang dewasa berusia 55 hingga 69 tahun yang mengalami hal tersebut.
Ilustrasi wanita stres. Foto: Shutterstock
Itu karena beberapa dari mereka mayoritas masih lajang, janda, bercerai atau berpisah dari pasangan, dan merasa kesepian selama isolasi, dibandingkan dengan hanya 16,5 persen orang yang hidup dengan pasangannya.
Kondisi ini bisa menimbulkan masalah kesehatan mental karena stres dan cemas meningkat dua kali lipat di kalangan anak muda selama pandemi coronavirus, menurut para peneliti di University of Bristol. Mereka menganalisis data lebih dari 3.000 warga Inggris dan menemukan seperempat orang di bawah usia 28 tahun, diduga menderita gangguan kecemasan selama krisis, dibandingkan dengan 13 persen sebelum pandemi terjadi.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, para peneliti menemukan bahwa depresi sebenarnya telah turun dari 24 persen menjadi 18 persen. Hidup sendirian selama pandemi dikaitkan dengan depresi yang lebih tinggi, tetapi lain halnya dengan tingkat kecemasan.
Ketidakpastian dan perubahan yang silih berganti dalam kehidupan sehari-hari, terutama saat pandemi, serta kekhawatiran terhadap kesehatan, dapat menjelaskan mengapa kecemasan meningkat. Ini juga berkaitan dengan peringatan dari University of Cambridge yang mengatakan bahwa menghilangkan aktivitas interaksi sosial dari orang muda dapat memicu masalah kesehatan mental di kemudian hari.