Virus Corona Pernah Ditemukan pada Kelelawar di Gorontalo

27 Januari 2020 17:47 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi kelelawar. Foto: pixabay
Penyebaran virus corona yang berasal dari Wuhan, China, mulai mendapatkan titik terang. Lembaga Wuhan Institute for Virology berhasil menganalisis sumber virus mematikan tersebut. Data tersebut diambil dari 24 pasien yang terserang coronavirus di sejumlah kota.
ADVERTISEMENT
Zheng-Li Shi, pimpinan Wuhan Institute, berhasil mengidentifikasi rangkaian genetika virus corona. Ia mengungkapkan, 96 persen susunan genetika virus corona identik dengan virus yang menyerang kelelawar.
“Inang alami coronavirus Wuhan bisa jadi kelelawar, tetapi antara kelelawar dan manusia mungkin ada perantara yang tidak diketahui,” ujar peneliti dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip South China Morning Post.
Sebelum virus corona mewabah, sejumlah mahasiswa dari IPB, Universitas Sam Ratulangi, dan Universitas Negeri Gorontalo, telah melakukan penelitian terhadap kelelawar di Gorontalo. Hasil riset tersebut diterbitkan di International Journal of Tropical Veterinary and Biomedical Research pada November 2018.
Sebagai sampelnya, tim peneliti mengambil spesies kelelawar berjenis kalong hitam (Pteropus alecto). Pengambilan sampel dilakukan di Hutan Bakau Olibuu, Gorontalo, pada 2013.
ADVERTISEMENT
Sampel yang diambil di antaranya adalah, urin, tinja, dan biopsi kulit untuk mengidentifikasi genetik inang. Semua sampel tersebut lalu diekstrak kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik Consensus Polymerase Chain Reaction (PCR).
Hasil riset tersebut menunjukkan, 24 dari 95 sampel kelelawar diduga positif terkena corona (Bat CoV). Lalu, dari sampel tersebut, delapan di antaranya kembali dianalisis secara mendalam untuk dirunut susunan genetikanya.
Hasilnya menunjukkan, 3 sampel Bat Cov Kalong Hitam di Olibuu identik dengan virus corona yang pernah menyerang spesies kelelawar Dobsonia moluccensis yang tinggal di Paguyaman (Gorontalo), Surabaya, dan Yogyakarta. Peneliti menyimpulkan kemiripan kedua genetika tersebut mencapai 98 persen.
Kelelawar buah Foto: Pixabay
Sementara itu, 5 sampel lainnya 85-88 persen identik dengan Bat Cov yang berasal dari Thailand. Hasil tersebut membuat peneliti menduga spesies kalong hitam sebagai jenis kelelawar baru. Hingga akhirnya membuat kesamaan genetikanya rendah.
ADVERTISEMENT
Penelitian ini juga menunjukkan, kelelawar pemakan buah bisa menularkan penyakit ke manusia. Dengan kondisi, buah bekas gigitan kelelawar juga dikonsumsi manusia.
Meski begitu, argumentasi ini membutuhkan studi lanjutan. Sebab, virus corona yang menjangkiti kalong hitam di Gorontalo tidak menyebabkan penyakit baik secara individu maupun kelompok.