Tubuh 3 Bocah Ini Ada Antibodi COVID-19 Tanpa Terinfeksi Corona, Kok Bisa?

19 November 2020 21:08 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak pandemi virus corona menyebar ke seluruh dunia, para ilmuwan telah mengamati bahwa anak-anak menjadi kelompok yang justru tidak rentan. Artinya, hanya sedikit kasus corona yang menginfeksi anak-anak ketimbang orang dewasa atau lansia. Belum diketahui kenapa ini bisa terjadi.
ADVERTISEMENT
Kini, kasus tidak biasa datang dari Australia dan disebut-sebut bisa memberikan pengetahuan penting tentang misteri corona pada anak. Pengalaman ini dialami oleh sebuah keluarga yang beranggotakan lima orang asal Melbourne.
Cerita berawal ketika Leila dan suaminya terinfeksi corona saat menghadiri pernikahan antarnegara tanpa anak. Keduanya mengalami asimtomatik alias orang tanpa gejala setelah menghadiri acara tersebut.
Leila tak sadar telah membawa virus SARS-CoV-2 ke rumahnya dan berpotensi menulari corona kepada tiga anaknya. Beberapa hari tinggal di rumah, gejala corona mulai muncul, seperti batuk, hidung mampet, demam dan sakit kepala. Semua anggota keluarga kemudian dites corona. Hasilnya, Leila dan suami dinyatakan positif corona, sedangkan ketiga anaknya negatif.
"Sungguh menakjubkan karena mereka menghabiskan satu setengah minggu bersama kami sementara kami positif COVID-19," kata Leila Sawenko, kepada ABC News.
Leila dan Keluarga Foto: Murdoch Children's Research Institute
Petugas kesehatan lalu meminta mereka untuk tes ulang. Lagi-lagi, hasil tes ketiga anak Leila menunjukkan hasil negatif, meski dua anak laki-laki mengalami gejala ringan. Padahal anak bungsu, perempuan berusia 5 tahun, tidur satu ranjang bersama ibu dan ayahnya.
ADVERTISEMENT
Penasaran dengan hasil tes negatif anak-anak, peneliti meminta keluarga itu mengambil tindakan dalam penelitian, termasuk menganalisis sampel darah, air liur, tinja, urin, serta mengambil usap hidung dan tenggorokan setiap dua hingga tiga hari.
Hasilnya cukup mengejutkan, meski hasil tes PCR anak-anak menunjukkan negatif, peneliti menemukan antibodi COVID-19 dalam air liur semua anggota keluarga. Dengan kata lain, anak-anak itu sebenarnya terpapar virus corona sehingga memicu respons kekebalan tubuh yang mampu melawan infeksi corona.
"Anak bungsu, yang tidak menunjukkan gejala sama sekali, memiliki respons antibodi terkuat," kata ahli imunologi Melanie Neeland dari Murdoch Children's Research Institute (MCRI).
"Meskipun respons sel kekebalan aktif pada semua anak, tingkat sitokin, pembawa pesan molekuler dalam darah yang dapat memicu reaksi peradangan, tetap rendah. Ini sesuai dengan gejala ringan atau tanpa gejala."
Ilustrasi virus corona. Foto: NEXU Science Communication/via REUTERS
Beruntung, seluruh keluarga berhasil sembuh dan bisa kembali berkumpul di rumah tanpa perlu perawatan medis. Mekanisme di balik respons kekebalan anak-anak belum sepenuhnya dipahami. Namun mencari tahu bagaimana dan mengapa respons kekebalan anak tiba-tiba aktif dapat menjelaskan banyak hal, terutama soal kerentanan anak-anak terhadap COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Studi ini adalah langkah pertama kami untuk melihat secara mendalam sistem kekebalan anak-anak dan untuk melihat komponen apa yang mungkin merespons virus," kata Shidan Tosif, dokter anak dari Melbourne University yang merupakan penulis utama studi, seperti dikutip Science Alert.
"Fakta bahwa anak-anak ini dapat mematikan virus dan bahkan tanpa menunjukkan hasil tes yang positif menunjukkan bahwa mereka memiliki beberapa tingkat sistem kekebalan yang mampu merespons dan menangani virus secara efektif, tanpa membuat mereka menjadi sangat tidak sehat."
Para peneliti menduga, ketiga anak itu telah terinfeksi corona sehingga entah bagaimana mampu mengembangkan respons antibodi yang efektif membatasi replikasi virus dalam tubuh, tidak seperti orang tuanya. Respons kekebalan kemungkinan telah membuat viral load sangat rendah sehingga berada di bawah sensitivitas tes PCR.
ADVERTISEMENT
“Ketidaksesuaian antara hasil PCR virologi dan uji serologis klinis, meskipun terdapat respons imun yang jelas, menyoroti keterbatasan sensitivitas PCR nasofaring dan serologi diagnostik terkini pada anak-anak,” tulis para peneliti.