Toilet Tua di Yerusalem Ini Buktikan Betapa Joroknya Sanitasi 2.500 Tahun Lalu

29 Agustus 2023 7:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Toilet batu kapur di Armon Hanatziv.  Foto: Ya'akov Billig/Israel Antiquities Authority
zoom-in-whitePerbesar
Toilet batu kapur di Armon Hanatziv. Foto: Ya'akov Billig/Israel Antiquities Authority
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Peneliti menemukan toilet zaman besi usia 2.500 tahun di wilayah Yerusalem. Toilet batu ini mengungkap bukti tertua keberadaan parasit penyebab penyakit disentri.
ADVERTISEMENT
Tempat duduk toilet batu dari Armon ha-Natziv ini digali pada tahun 2019. Toilet ini merupakan sisa-sisa reruntuhan zaman raja Manasye yang memerintah selama 50 tahun pada pertengahan abad ke-7 masehi.
Selain menganalisis fisik toilet, peneliti juga mengamati fragmen kotoran dari toilet ini. Dari pengamatan ditemukan adanya parasit kecil penyebab diare, Giardia duidenalis.
Parasit ini dapat menyebabkan disentri, infeksi usus yang menyebabkan diare berdarah parah disertai kram perut dan demam. Penelitian baru ini diterbitkan pada 26 Mei di jurnal Parasitology.
Tim peneliti dari Universitas Cambridge, Universitas Tel Aviv dan Israel Antiquities Authority membuktikan bahwa mereka dapat mengidentifikasi keberadaan parasit penyebab diare menggunakan teknik yang disebut ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). Teknik ini dapat mendeteksi antigen atau zat yang memicu respons kekebalan manusia yang dibuat oleh beberapa organisme berbeda.
ADVERTISEMENT
Penemuan G. duodenalis di toilet Zaman Besi ini mewakili “bukti paling awal yang (parasit) pada populasi masa lalu di dunia,” catat, sang penulis penelitian, dilansir Live Science.

Bukan cuma satu

Cacing di dalam perut pria (kiri) dan telur cacing (kanan). Foto: The New England Journal of Medicine
Ternyata bukan cuma parasit, Dari situs penggalian ini, peneliti menemukan sedimen purba yang mengandung telur dari empat jenis cacing usus. Telur cacing gelang (Ascaris lumbricoides) dan cacing cambuk (Trichuris trichiura) paling banyak ditemukan di lokasi tersebut. Kedua parasit usus ini dapat menginfeksi manusia, menyebabkan malnutrisi dan komplikasi pada kasus yang paling parah.
Ini bisa menular ketika jejak kotoran manusia yang mengandung parasit atau telur tak sengaja tertelan. Ketika parasit berada di dalam usus, mereka mampu menghasilkan ribuan telur dalam sehari. Tanpa obat, penyebaran parasit di populasi yang cukup padat sangat sulit dihentikan, terutama ketika sistem pembuangan kotoran atau fasilitas kakus tidak bersih.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, keberadaan cacing gelang dan cacing cambuk di kalangan elite Yerusalem menunjukkan bahwa pengolahan dan pembuangan kotoran manusia dilakukan dengan cara serampangan. Bisa jadi dibuang ke sumber air minum atau dibuang begitu saja ke tanaman, sebelum akhirnya tertelan oleh manusia.
Cacing pita (Taenia sp.) juga ditemukan di tangki septik tank. Karena parasit ini bisa bersemayam di daging sapi dan babi, mereka mungkin telah masuk ke sistem pencernaan manusia melalui daging yang tidak dimasak dengan matang.
Telur terakhir yang ditemukan di toilet adalah cacing kremi (Enterobius vermicularis). Cacing kremi bisa menyebar melalui kontaminasi tinja di tangan, namun mereka juga bisa melayang di udara. Peneliti menduga, cacing kremi telah menginfeksi manusia sejak peradaban manusia dimulai. Namun, karena telur cacing kremi sangat ringan dan halus, mereka kerap tidak terdeteksi sehingga tidak ada dalam catatan arkeologi.
ADVERTISEMENT