Seorang Anak 12 Tahun di NTT Meninggal akibat Digigit Anjing Rabies

4 September 2019 9:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Anjing menggigit. Foto: Meli1670 via Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anjing menggigit. Foto: Meli1670 via Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang anak berusia 12 tahun di Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, meninggal dunia pada Senin (2/8) setelah terkena gigitan anjing rabies. Anak berinisial AP itu digigit oleh anjing rabies lebih dari sebulan lalu, tepatnya pada 23 Juli 2019.
ADVERTISEMENT
"Saya baru dapat informasi tersebut, dan menyayangkan hal ini karena yang bersangkutan meninggal akibat tak mendapatkan suntikan vaksin antirabies dan serum antirabies setelah terkena gigitan," kata Asep Purnama, dokter sekaligus pemerhati rabies dari Rumah Sakit TC Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, Selasa (3/9), seperti dilansir Antara.
Asep menceritakan, AP setelah terkena gigitan keesokan harinya langsung dibawa ke puskesmas setempat dengan tujuan agar bisa mendapatkan suntikan vaksin antirabies. Namun tatkala tiba di puskesmas itu, vaksin yang diharapkan ada ternyata sudah habis. AP pun kemudian dirujuk ke Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur.
Namun AP kemudian malah dibawa pulang ke rumahnya sehingga tidak ada perawatan sama sekali setelah gigitan anjing rabies tersebut. "Seandainya pemda setempat peduli dan menyiapkan vaksin pasti hal tersebut tidak terjadi seperti yang dialami oleh AP," kata Asep.
ADVERTISEMENT
Orang tua AP akhirnya sadar perilaku anaknya sudah tidak seperti biasanya lagi. AP jadi merasa takut angin dan air, sehingga pada tanggal 30 Juli 2019 ia dibawa ke RS di Ruteng.
"Korban sempat dirawat namun tak tertolong nyawanya karena virus rabies sudah menyerang ke otak anak itu," tutur Asep.
Asep berharap kejadian seperti itu tidak terjadi lagi. Ia mengimbau pemerintah daerah untuk memberikan kemudahan akses terhadap layanan VAR dan SAR (rabies center) yang juga menjadi faktor penentu dalam upaya pencegahan kematian akibat gigitan hewan penular rabies.
Menurut Asep. saat ini jumlah "rabies center" masih minim. Oleh karena itu fasilitas pelayanan kesehatan ini perlu diperbanyak sehingga lebih mudah dijangkau oleh para korban gigitan hewan penular rabies (HPR) yang membutuhkannya.
ADVERTISEMENT