Saran Dokter Paru untuk Masyarakat dalam Menghadapi Polusi Udara

31 Juli 2019 21:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Menghadapi Polusi Udara Jakarta. Foto: Nunki Lasmaria Pasaribu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Menghadapi Polusi Udara Jakarta. Foto: Nunki Lasmaria Pasaribu/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagi mereka yang hidup di kota besar, seperti Jakarta, paparan polusi udara sulit dihindari. Bahayanya, ada sederet masalah kesehatan yang bisa menyerang mereka yang sering terpapar polusi.
ADVERTISEMENT
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengungkap bahwa paparan polusi udara jangka pendek berhubungan dengan masalah pernapasan, seperti batuk, sesak napas, serangan asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Sedangkan dampak paparan polusi udara jangka panjang lebih parah lagi.
Menurut PDPI, ada hubungan antara paparan polusi udara jangka panjang dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penurunan fungsi paru, peningkatan risiko terkena asma, PPOK, dan kanker paru.
Konferensi Pers Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dalam rangka memperingati Hari Kanker Paru Sedunia, Rabu (31/7). Foto: Farida Yulistiana/kumparan
PDPI punya beberapa saran bagi masyarakat dalam menghadapi polusi udara. Mereka mengatakan bahwa sebaiknya masyarakat menghindari beraktivitas, terutama melakukan aktivitas berat, di luar ruangan ketika kualitas udara, berdasarkan Air Quality Index, sedang buruk.
"Hindari aktivitas berlebihan pada saat kualitas udara tidak bagus. Termasuk olahraga," ujar Ketua Umum PDPI, Agus Dwi Susanto, di acara Konferensi Pers yang diadakan PDPI dalam rangka memperingati Hari Kanker Paru Sedunia di Jakarta Timur, Rabu (31/7).
ADVERTISEMENT
"Ketika olahraga dilakukan saat kualitas udara sedang buruk, maka (itu) meningkatkan jumlah polutan yang masuk ke dalam tubuh dan ini tentu memberi dampak yang tidak baik," jelasnya.
com-Campina, jalan-jalan atau olahraga di ruang terbuka Foto: Dok. Shutterstock
Agus menyarankan masyarakat untuk memilih waktu-waktu ketika kualitas udara sedang baik bila ingin melakukan olahraga di luar ruangan. Selain itu, Agus juga mengimbau agar masyarakat sebaiknya menghindari kawasan dengan kualitas udara tidak sehat dan berbahaya.
Jika memang terpaksa bepergian ke daerah seperti itu, Agus menyarankan agar masyarakat menggunakan masker. Pemakaian masker berguna untuk mengurangi masuknya partikel halus dari polusi udara ke dalam saluran napas dan paru.
"Yang paling ideal adalah masker yang dapat memfiltrasi partikulat atau partikel itu. Mau itu tipe masker bedah atau tipe respirator. Kemampuan filtrasinya yang paling penting," kata Agus.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, masker yang disarankan adalah masker jenis N95 yang mampu menyaring PM 2,5 sampai 95 persen. Greenpeace Indonesia pernah menyarankan masyarakat Jakarta untuk menggunakan masker N95 juga karena mampu menyaring PM 2,5 di udara.
Sejumlah pejalan kaki menggunakan masker di Jakarta, Kamis (25/7). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Lebih lanjut, Agus juga menyarankan bahwa masyarakat sebaiknya menghindari merokok, menyalakan lilin, atau menggunakan lilin. Selain itu, masyarakat juga disarankan untuk menanam tanaman dalam ruangan yang punya kemampuan menyaring udara.
Memiliki pola hidup bersih dan sehat juga bisa membantu tubuh menghadapi polusi udara. "Dimulai dengan makanan yang bergizi, sesuai dengan anjuran praktisi kesehatan, istirahat yang cukup, kemudian melakukan aktivitas fisik secara teratur. Tidak mengonsumsi alkohol, tidak mengonsumsi berlebihan makanan yang kurang sehat," imbaunya.