Riset: Corona Omicron Bantu Lindungi Orang dari Varian Delta

30 Desember 2021 7:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona Omicron. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona Omicron. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Antibodi dari infeksi virus corona varian Omicron mungkin dapat melindungi orang dari infeksi varian Delta, menurut tim peneliti Afrika Selatan. Temuan ini dapat berimplikasi besar bagi pandemi COVID-19: Jika varian Omicron tidak menyebabkan penyakit parah, dominasinya dalam jangka panjang bakal membuat kematian dan perawatan rumah sakit menjadi berkurang.
ADVERTISEMENT
Riset yang dipimpin oleh Alex Sigal dari Lembaga Penelitian Kesehatan Afrika itu telah diposting sebagai pra-cetak di situs pra-publikasi medRxiv. Studi ini, bagaimanapun, belum ditinjau dalam peer-review oleh rekan sejawat peneliti lain.
Dalam penelitiannya, para ilmuwan melibatkan 13 orang yang terinfeksi COVID-19, dengan 11 di antaranya terinfeksi Varian omicron. Sebanyak tujuh orang relawan riset telah mendapat vaksinasi COVID-19: tiga orang yang menerima dua dosis vaksin Pfizer dan empat orang yang lain menerima vaksin Johnson & Johnson.
Untuk mengamati respons antibodi relawan, peneliti menggunakan plasma – bagian darah yang mengandung antibodi – dari para peserta untuk menguji kemampuan antibodi untuk mengontrol Omicron dan Delta di laboratorium. Pengamatan ini dilakukan saat relawan mengalami gejala COVID-19 dan dua pekan setelah sembuh.
Partikel virus SARS-CoV-2. Foto: NIAID Integrated Research Facility (IRF) via REUTERS
Hasilnya, respons antibodi dari infeksi varian Omicron meningkat 14 kali lipat dari waktu ke waktu untuk mencegah reinfeksi. Tim peneliti juga mengamati bahwa para relawan memiliki peningkatan kekebalan terhadap varian Delta, dengan netralisasi meningkat hingga 4,4 kali lipat.
ADVERTISEMENT
Para peneliti juga menunjukkan bahwa peserta yang divaksinasi mampu meningkatkan respons penetralan yang lebih baik terhadap Delta, sedangkan respons pada peserta yang tidak divaksinasi lebih bervariasi.
Berdasarkan temuan tersebut, Sigal berhipotesis bahwa lonjakan kasus varian Omicron membuat orang memiliki kekebalan tidak hanya untuk varian tersebut, tetapi juga untuk varian Delta.
Nah, seiring dengan meningkatnya dominasi strain Omicron, orang yang terinfeksi Delta bakal memiliki lebih sedikit peluang untuk menularkan virus ke orang lain. Di sisi lain, Omicron – yang diyakini dapat lolos dari antibodi infeksi strain pendahulunya – tetap dapat menginfeksi orang yang sudah kena corona varian Delta. Namun, jika tingkat keparahan Omicron terbukti tidak terlalu parah, Sigal berspekulasi bahwa akan semakin sedikit kematian dan perawatan rumah sakit di masa depan.
ADVERTISEMENT
“Peningkatan netralisasi varian Delta pada individu yang terinfeksi Omicron dapat mengakibatkan penurunan kemampuan Delta untuk menginfeksi kembali individu tersebut,” kata Sigal dalam keterangan resminya.

Interpretasi ahli: Riset Afrika Selatan bukan ajakan untuk kena varian Omicron

Ada beberapa catatan penting yang perlu kamu pahami saat menafsirkan temuan para peneliti Afrika Selatan tersebut.
Pertama, selain belum melalui tahap peer-review, riset tersebut hanya didasarkan pada 13 orang relawan. Jumlah yang tentunya sangat kecil dan tidak dapat merepresentasikan kondisi pandemi COVID-19 yang kini telah menginfeksi lebih dari 280 juta orang di dunia yang berisi 7,9 miliar orang.
Kedua, dalam risetnya para peneliti Afrika Selatan tidak menjelaskan mekanisme di balik meningkatnya respons antibodi orang yang terinfeksi varian Omicron dalam menetralisir varian Delta. Dalam hal ini, masih belum jelas apakah peningkatan antibodi varian Omicron itu muncul hanya karena infeksi Omicron semata, atau ada peran dari vaksinasi dan infeksi sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Ketiga, bahkan jika Omicron benar-benar dapat menghapus keberadaan varian Delta, itu tidak berarti bahwa Omicron akan tetap jadi varian dominan. Selama penularan tetap terjadi, virus corona bakal terus bermutasi. Ketika orang mendapatkan kekebalan terhadap Omicron, seleksi alam mungkin mendukung mutasi yang menghasilkan varian baru yang dapat menghindari kekebalan itu.
Keempat – dan yang paling penting untuk kamu sadari – temuan tersebut bukanlah sebuah ajakan agar orang-orang kena varian Omicron, menurut interpretasi ahli.
Dicky Budiman, epidemiolog dari Universitas Griffith, mewanti-wanti masyarakat tetap waspada agar tidak terinfeksi corona varian apa pun. Dia menjelaskan, peningkatan antibodi yang dimiliki mantan pasien varian Omicron tidak menjamin bahwa orang tersebut bakal bebas dari gangguan jangka panjang long COVID-19 usai sembuh.
ADVERTISEMENT
“Ini jangan sampai menjadi dasar dari pikiran bahwa ‘Oh, ya sudah, saya terinfeksi Omicron saja supaya jadi kebal.’ Itu tidak boleh karena dampaknya, tetap, seseorang dapat mengalami kerugian jangka panjang karena kerusakan organ tubuhnya yang vital seperti hati dan paru-paru,” jelas Dicky kepada kumparanSAINS.