Remaja Anti Vaksin, yang Gugat Aturan Wajib Vaksin, Kena Cacar Air

11 Mei 2019 18:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cacar air pada usia remaja. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cacar air pada usia remaja. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setelah wabah cacar air menyerang sebuah sekolah tingkat menengah di Kentucky, Amerika Serikat, pada Maret 2019 lalu, Departemen Kesehatan Kentucky Utara (Northern Kentucky Health Department) segera melarang seluruh siswa di semua sekolah di wilayahnya untuk masuk kelas. Larangan tersebut mutlak berlaku bagi siapa saja, terkecuali untuk mereka yang dapat membuktikan telah divaksinasi atau kebal terhadap penyakit tersebut.
ADVERTISEMENT
Setelah aturan tersebut diberlakukan, muncullah Jerome Kunkel yang menjadi berita utama pada awal tahun ini karena ia menggugat sekolahnya secara hukum. Hal ini bermula ketika Kunkel diberitahu oleh sekolah Katoliknya bahwa dia tidak boleh berpartisipasi dalam tim basket sekolah berdasarkan aturan baru dari departemen kesehatan setempat tersebut. Padahal, keluarga Kunkel keberatan divaksin, Mereka menolak divaksin dengan alasan moral.
Bill Kunkel, ayah Jerome Kunkel, mengatakan bahwa aturan yang diberlakukan oleh departemen kesehatan itu merupakan “tirani (kekuasaan yang digunakan sewenang-wenang) terhadap agama kita, iman kita, negara kita". "Dia dihukum karena dia anak yang sehat," tutur Bill Kunkel kepada Seattle Times, sebagaimana dikutip IFL Science. "Dia (Jerome) mungkin tidak akan pernah terkena cacar air.”
ADVERTISEMENT
Sialnya, ucapan ayahnya segera terbantahkan. Berselang sekitar dua bulan setelah tidak boleh bersekolah, sekarang Jerome Kunkel menderita cacar air. Dijelaskan oleh pengacara keluarga, Christopher Wiest, Kunkel mulai menunjukkan tanda-tanda terkena cacar pada pekan lalu atau awal Mei, dan berharap bisa sembuh pada pekan depan atau pertengahan Mei nanti.
Ilustrasi cacar air pada usia dewasa. Foto: Shutter Stock
Cacar air biasanya berlangsung sekitar 10-14 hari. Kabinet untuk Layanan Kesehatan dan Keluarga Kentucky mengatakan, begitu penyakit Kunkel sudah dapat dipastikan tidak akan menular, dan lesi lukanya telah terlihat sembuh sepenuhnya, dia bisa kembali masuk ke sekolah. Pelajar berusia 18 tahun itu sudah tidak masuk sekolah sejak 15 Maret lalu karena belum divaksin.
Meskipun keputusan keluarga Kunkel untuk tidak memberikan vaksin pada anaknya telah terbukti salah, keluarga Kunkel tidak menyesalinya. Bagi mereka, keputusan tersebut diambil atas dasar agama, karena beberapa vaksin berasal dari sel janin hasil aborsi yang menurut mereka mereka tidak bermoral dan haram.
ADVERTISEMENT
"Ini adalah ajaran agama yang sangat diyakini, merupakan sebuah keyakinan yang tulus," tutur Wiest, sebagaimana diberitakan NBC News pada 8 Mei kemarin. "Dari sudut pandang mereka, mereka selalu menyadari bahwa (keputusan) mereka berisiko untuk diambil, dan mereka siap menerimanya."
Bagaimanapun, meski terkesan tidak adil, larangan bersekolah bagi siswa yang tidak divaksin atau belum terbukti kebal terhadap cacar air adalah satu bentuk perlindungan keselamatan masyarakat yang lebih luas ketimbang untuk satu orang saja. Itulah mengapa melarang Jerome Kunkel datang ke sekolah sejak 15 Maret lalu terbukti tepat.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (Center for Disease Control and Prevention/CDC) telah mengatakan bahwa sangat tidak direkomendasikan untuk membiarkan anak tertular cacar air secara tak sengaja. Sebelum vaksin cacar air diperkenalkan pada 1990-an, begitu banyak orang yang percaya bahwa membiarkan anak-anak terkena cacar air sekali seumur tidaklah masalah agar mereka kebal dengan sendirinya. Mereka meyakini cacar air hanya akan menyerang seseorang sekali seumur hidup.
ADVERTISEMENT
CDC sendiri menyatakan dengan tegas bahwa cacar air adalah penyakit yang sangat berbahaya. Jadi jangan sampai membiarkan tubuh Anda dan keluarga Anda terkena cacar air apalagi sampai menularkan kepada orang lain.
"Cacar air bisa serius dan dapat menyebabkan komplikasi parah dan kematian, bahkan pada anak-anak yang semula sehat," kata CDC. Menurut mereka, dua dosis vaksin telah terbukti mempunyai efektivitas lebih dari 90 persen untuk mencegah cacar air.