Peneliti Dunia Sebut Orang Utan Tapanuli di Sumatra Segera Punah

2 April 2021 18:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi orang utan. Foto: International Animal Rescue (IAR) via Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang utan. Foto: International Animal Rescue (IAR) via Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Spesies kera besar orang utan tapanuli yang paling terancam punah sekarang tengah menghadapi jurang kebinasaan, begitu tulis laporan para peneliti yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One pada 4 Januari 2021.
ADVERTISEMENT
Orang utan saat ini bisa ditemukan di pegunungan Batang Toru, Sumatra Utara, di mana mereka menempati tiga persen dari habitat di sana. Diperkirakan kurang dari 800 ekor orang utan Tapanuli yang tersisa di Batang Toru dan spesies ini benar-benar terancam punah.
Jika lebih dari satu persen populasi dewasa dibunuh, ditangkap dan dipindahkan setiap tahun, maka orang utan Tapanuli akan menjadi spesies kera besar pertama yang punah di zaman modern, tulis Erik Meijaard, penulis studi yang merupakan seorang ilmuwan konservasi dan pendiri kelompok konservasi Borneo Futures, kepada The Hill.
Berdasarkan catatan sejarah di wilayah Sumatra Utara, para peneliti menemukan bahwa orang utan dibawa ke pegunungan Batang Toru oleh pemburu yang terus mencarinya, serta fragmentasi habitat mereka sebelumnya. Idealnya, orang utan harus bisa berpindah di berbagai kondisi lingkungan, termasuk dataran rendah untuk memaksimalkan peluang bertahan hidup. Sebaliknya, saat ini mereka terjebak di dataran tinggi yang tidak cocok untuk kehidupan mereka.
Orang utan di Kebun Binatang Bandung. Foto: REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana
Habitat yang terbatas ini juga terancam oleh pembangkit listrik tenaga air yang baru dibangun di Sungai Batang Toru di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. Selain itu, lahan seluas 122 hektare untuk pembangunan PLTA juga akan menghalangi habitat orang utan Tapanuli dalam bersosialisasi yang dapat menyebabkan perkawinan sedarah dan membatasi keragaman genetik spesies kera tersebut.
ADVERTISEMENT
Perusahaan PT North Sumatera Hydro Energy (PT NHSE) telah menghentikan sementara pembangunan pabrik karena pandemi COVID-19. Proyek tersebut juga kehilangan kucuran dana utama dari Bank of China sehingga konstruksi kemungkinan akan ditunda dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Meijaard dan rekannya ingin agar pengembang, pemerintah, IUCN, dan Program Konservasi Orangutan Sumatra (Sumatran Orangutan Conservation Programme/SOCP) memanfaatkan momen ini untuk melakukan penyelidikan untuk menilai seberapa besar ancaman yang dihadapi orang utan.
Sebelumnya, PT NHSE menilai bahwa pembangunan PLTA tidak akan mengancam habitat kera. Namun, International Union for the Conservation of Nature (IUCN) membantah penilaian tersebut dan menyebut pernyataan itu adalah keliru. Selain PLTA, pembukaan tambang emas dan perkebunan sawit juga mengancam kehidupan orang utan.
ADVERTISEMENT