Penampakan Beruk Tanpa Kaki Terekam Video di Gunung Leuser

30 Agustus 2022 15:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Beruk. Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Beruk. Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seekor beruk berhasil terekam video di Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh. Penampilannya menjadi perhatian karena ia bertahan hidup hanya kedua tangannya
ADVERTISEMENT
Dalam video yang diunggah di Instagram Taman Nasional, terlihat beruk (Macaca nemestrina) tersebut sedang berjalan mengelilingi Gunung Leuser. Menariknya beruk tampak tak memiliki sepasang kaki. Ia mengandalkan kedua tangannya sebagai tumpuan ketika bergerak.
“Beruk (Macaca nemestrina), ekornya pendek seperti ekor babi. Warna gelap di rambutnya ibarat mahkota,” tulis Taman Nasional di akun Instagram mereka.
Ekor beruk disebut seperti babi karena area ekornya yang mencuat dengan bentuk dan ukuran seperti ekor babi. Ekor ini nyaris tidak ditumbuhi bulu.
Penampilannya sendiri umumnya berwarna coklat dengan punggung berwarna lebih gelap. Bagianbawah tubuhnya berwarna lebih terang. Tubuh beruk punya bobot antara 5 dan 15 kilogram.
Satwa mamalia ini merupakan bagian dari ordo primata dan dikenal sebagai satwa asli Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Beruk sendiri termasuk binatang terestrial, di mana ia menghabiskan banyak waktunya di darat.
ADVERTISEMENT

Penyebab fisik beruk yang tanpa kaki

Belum diketahui secara jelas alasan utama kenapa beruk di Taman Nasional tak memiliki kak. Namun hal ini tak luput dari perhatian warganet yang bertanya penyebab penampilan tak biasa beruk tersebut.
“Itu kenapa ya min? Apa mungkin Krena manusia?,” tanya salah satu warganet di kolom komentar.
Namun Taman Nasional menjelaskan jika penampilan tersebut bisa juga karena faktor bawaan lahir.
Jumlah beruk diketahui hanya ada sekitar 900.000 ekor di alam liar. Rendahnya populasi inidiperkirakan karena hilangnya habitat akibat deforestasi hutan.
Tak heran hewan ini masuk daftar IUCN (International Union for Conservation of Nature) digolongkan sebagai satwa dengan status konservasi Rentan (VU).