'Mumi Lumpur' Ditemukan, Penampakannya Mirip Kepompong

5 Februari 2021 9:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peti mati yang dihias dengan indah ini (kanan) bukan milik mumi terbungkus lumpur yang tidak biasa (kiri) yang ditemukan di dalamnya. Foto: PLOS ONE/Sowada
zoom-in-whitePerbesar
Peti mati yang dihias dengan indah ini (kanan) bukan milik mumi terbungkus lumpur yang tidak biasa (kiri) yang ditemukan di dalamnya. Foto: PLOS ONE/Sowada
ADVERTISEMENT
Pertama kalinya, para arkeolog menemukan mumi Mesir kuno langka yang dibungkus oleh cangkang aneh. Bukan kain, cangkang itu diduga adalah lumpur mengeras yang menutupi seluruh tubuh mumi.
ADVERTISEMENT
Disebut Mud Carapace atau 'mumi lumpur', ia menjadi salah satu penemuan fantastis di dunia arkeologi. “Mumi lumpur telah mengungkapkan perawatan kamar mayat yang belum pernah didokumentasikan sebelumnya dalam catatan arkeologi Mesir,” tulis peneliti dalam jurnal PLOS One, sebagaimana dikutip Live Science.
Peneliti menduga, bungkus lumpur yang membuat si mumi tampak seperti kepompong digunakan untuk menstabilkan mumi karena rusak. Namun, ada kemungkinan lain lumpur digunakan untuk meniru cara perawatan mayat yang dilakukan oleh masyarakat kelas atas, yang terkadang dimumikan dengan bahan berbasis resin selama periode akhir kerajaan baru hingga Dinasti ke-21 atau sekitar 1294 SM hingga 945 SM.

Kenapa mayat itu tertutup lumpur? Kenapa tidak memakai resin?

"Lumpur adalah bahan yang lebih terjangkau," kata Karin Sowada, ketua peneliti yang merupakan peneliti di Departemen Sejarah dan Arkeologi, Macquarie University, Sydney, Australia.
ADVERTISEMENT
Cangkang lumpur bukanlah satu-satunya keanehan, mumi tertanggal 1207 SM itu diduga rusak setelah mati dan ditempatkan di peti mati yang salah yang digunakan untuk wanita dari periode berbeda.
Berikut adalah gambar CT 3D-render dari orang mumi, yang menunjukkan karapas lumpur. Foto: Chau Chak Wing Museum/Sowada
Mumi lumpur sendiri pertama kali ditemukan pada tahun 1800-an. Mumi itu dijual kepada Sir Charles Nicholson, seorang kolektor dan politikus Inggris-Australia. Nicholson membawa mumi ke Australia dan menyerahkannya ke University Sydney pada tahun 1860. Kini mumi berada di university’s Chau Chak Wing Museum. Tampaknya, si penjual telah menipu Nicholson dengan menempatkan mumi pada peti yang bukan tempatnya.
"Pedagang lokal kemungkinan menempatkan tubuh mumi yang tidak terkait di peti mati untuk menjual 'set' yang lebih lengkap, sebuah praktik terkenal dalam perdagangan barang antik lokal," tulis para peneliti.
ADVERTISEMENT
Adapun peti mati bertuliskan nama seorang wanita, Meruah atau Meru (t) ah, berasal dari sekitar 1000 SM. Artinya, peti mati memiliki usia 200 tahun lebih muda dari mumi di dalamnya. Meski jasad dalam peti bukanlah Meruah, namun mumi tersebut dipastikan berjenis kelamin perempuan yang meninggal antara usia 26 hingga 35 tahun.

Kecurigaan peneliti terhadap peti mati

Arkeolog pertama kali mencurigai ada keanehan mumi berusia 3.400 itu pada 1999, ketika pemindaian CT (computed tomography) mengungkapkan sesuatu yang aneh di dalamnya. Untuk menyelidiki lebih lanjut, peneliti mengekstraksi beberapa sampel pada mayat dan menemukan bahwa cangkang itu berupa lumpur berpasir.
Ketika tim memindai ulang mumi pada tahun 2017, mereka menemukan detail yang belum pernah diketahui sebelumnya tentang karapas, terutama ketika fragmen lumpur diperiksa ulang secara kimiawi. Peneliti mengatakan, setelah dia meninggal, wanita itu dimumikan dan dibungkus dengan tekstil. Lutut dan kaki bagian bawah jenazah mengalami kerusakan, kemungkinan oleh perampok makam yang kemudian mencoba memperbaikinya.
Gambar CT menunjukkan mumi dari berbagai sudut. Karapas dapat dilihat sebagai garis putih tipis (panah). Foto: Chau Chak Wing Museum/Sowada
Orang yang memperbaiki mumi itu menempatkan lumpur, pasir, dan jerami di antara lapisan pembungkus linen. Bagian bawah campuran lumpur memiliki lapisan dasar pigmen berbasis kalsit putih, sedangkan bagian atasnya dilapisi oker, pigmen mineral merah.
ADVERTISEMENT
“Lumpur itu ternyata diaplikasikan dalam lembaran saat masih lembab dan lentur,” ujar peneliti. "Jenazah dibungkus dengan kain linen, dibungkus dengan karapas, dan kemudian dibungkus lagi di atasnya."
Belakangan, mumi kembali rusak. Kali ini di leher dan kepala sebelah kanan. Karena kerusakan ini mempengaruhi semua lapisan, termasuk karapas berlumpur, sehingga mendorong penyisipan pin logam untuk menstabilkan daerah yang rusak pada saat itu.
"Mumi lumpur ini bukanlah satu-satunya mumi Mesir kuno yang dapat diperbaiki; Tubuh Raja Seti I dibungkus lebih dari sekali, begitu pula sisa-sisa Raja Amenhotep III (kakek Raja Tut),” kata para peneliti.
“Mumi lumpur yang ditemukan kali ini adalah penemuan yang benar-benar baru dalam mumifikasi Mesir," tambah Sowada. "Studi ini membantu dalam membangun gambaran yang lebih besar dan lebih bernuansa tentang bagaimana orang Mesir kuno memperlakukan dan mempersiapkan jenazah mereka."
ADVERTISEMENT