Manusia Purba Homo Erectus Punah Karena Terlalu Malas

13 Agustus 2018 10:52 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Situs penemuan artefak Homo Erectus. (Foto: Australian National University)
zoom-in-whitePerbesar
Situs penemuan artefak Homo Erectus. (Foto: Australian National University)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah spesies manusia kuno yang dikenal sebagai Homo erectus mungkin punah karena mereka terlalu malas. Hal ini terungkap dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal PLOS One.
ADVERTISEMENT
Peneliti di Australian National University (ANU) menganalisis ribuan artefak, kapak, dan pisau besar di sebuah situs di Semenanjung Arab. Artefak tersebut berasal dari masa Paleolitikum sekitar 2,5 juta hingga 200 ribu tahun yang lalu.
"Mereka tampaknya benar-benar tidak mau berusaha," kata ketua penelitian, Ceri Shipton, dilansir IFL Science.
“Saya tidak mendapatkan kesan bahwa mereka adalah makhluk penjelajah. Mereka tidak memiliki rasa ingin tahu yang sama seperti yang kita miliki," imbuhnya.
Tempat hidup mereka berada di hulu dua sungai besar yang kini sudah tidak ada lagi. Mungkin karena berada di wilayah yang subur, mereka tidak banyak berpindah.
Para arkeolog menemukan singkapan batuan dalam jarak yang cukup dekat dari lokasi Homo erectus pernah tinggal, tetapi para arkeolog tidak menemukan tanda-tanda aktivitas, artefak, atau batu galian.
Situs penemuan artefak Homo Erectus. (Foto: Australian National University)
zoom-in-whitePerbesar
Situs penemuan artefak Homo Erectus. (Foto: Australian National University)
Menurut para peneliti, dalam waktu yang singkat, gaya hidup Homo erectus yang pemalas tersebut memang memberi keuntungan, namun hanya untuk sementara waktu.
ADVERTISEMENT
Karena mereka tidak mampu menguasai inovasi baru untuk bertahan hidup, pada akhirnya mereka pun punah.
Dibandingkan dengan Homo sapiens dan Neanderthal, yang mendaki gunung dan mencari alat-alat untuk mengembangkan alat dan teknologi mereka, Homo erectus tidak mengembangkan alat mereka untuk mencegahnya dari kepunahan.
Sampel batuan sedimen yang ditemukan di Semenanjung Arab menunjukkan saat wilayah Arab mengering dan menjadi gurun, mereka tidak mengembangkan teknologi ataupun alat untuk bertahan dari kondisi kering tersebut.
"Mereka tidak hanya malas, tetapi mereka juga sangat konservatif," kata Shipton.
"Tidak ada perkembangan teknologi sama sekali, dan peralatan mereka tidak pernah berubah dari yang ada di dekat sungai. Saya pikir pada akhirnya lingkungan menjadi terlalu kering bagi mereka," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Mungkin hal ini dapat menjadi pelajaran bagi kita agar tidak malas untuk terus bertahan menjalani kehidupan.