LIPI Temukan Spesies Baru Katak Super Langka Asli Pantai Selatan

31 Juli 2021 11:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Spesies katak baru Chirixalus pantaiselatan. Foto: LIPI
zoom-in-whitePerbesar
Spesies katak baru Chirixalus pantaiselatan. Foto: LIPI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengumumkan penemuan spesies baru katak langka dari Pantai Selatan. Penemuan katak tersebut, yang diberi nama ilmiah Chirixalus pantaiselatan sp. nov., telah diterbitkan di jurnal Raffles Bulletin of Zoology pada 5 Juli 2021.
ADVERTISEMENT
Meski baru diumumkan pada Juli 2021, katak yang juga diberi nama katak-pucat pantaiselatan ini sebenarnya pertama kali ditemukan pada 2017 lalu.
Katak ini pertama kali ditemukan di hutan dataran rendah di Kabupaten Garut, Jawa Barat, dalam sebuah acara penelitian sains warga bertajuk Gerakan Observasi Amfibi Reptil Kita (Go ARK). Sebagai informasi, tim Go ARK terdiri dari mahasiswa dan komunitas penelitian yang melakukan pengamatan amfibi dan reptil di sepanjang Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Sulawesi.
Peneliti mengatakan, katak Chirixalus pantaiselatan sp. nov. merupakan kelompok katak Rhacophorid kecil dengan panjang tubuh jantan antara 25,3-28,9 mm.
Spesies katak baru Chirixalus pantaiselatan. Foto: LIPI
Setelah dilakukan analisis morfologi, DNA mitokondria dan suara kawin, peneliti tak menemukan kecocokan katak tersebut dengan jenis dari marga yang sudah ada. Oleh karena itu, katak yang mereka temukan pun dideskripsikan sebagai spesies baru.
ADVERTISEMENT
Peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI sekaligus salah satu penulis dalam penelitian ini, Amir Hamidy, menyatakan bahwa Chirixalus pantaiselatan sp. nov. secara morfologi paling mirip dengan Chirixalus nongkhorensis yang hidup di Chonburi, Thailand.
“Pola warna punggungnya serta secara genetik paling dekat dengan Chirixalus trilaksonoi yang juga berasal dari Jawa Barat,” jelas Amir dalam keterangan resminya.
Sayangnya, meski baru ditemukan, katak Chirixalus pantaiselatan langsung mendapat status hewan langka. Para peneliti menduga, populasi katak ini masuk ke dalam golongan kritis.
"Berdasarkan International Union for Conservation of Nature (IUCN) kriteria Daftar Merah Spesies Terancam tingkat kemunculannya <100 km2, luas huniannya <10 km2, dan hanya ditemukan di satu lokasi, yang kualitas habitatnya menurun,” kata Misbahul Munir, salah satu kontributor utama dari penemuan ini.
ADVERTISEMENT
Para peneliti mengatakan, data yang mereka punya masih belum cukup untuk memasukkan katak Chirixalus pantaiselatan ke dalam status Daftar Merah IUCN. Oleh karena itu, mereka membutuhkan survei intensif.
Spesies katak baru Chirixalus pantaiselatan. Foto: LIPI
Selain menemukan Chirixalus pantaiselatan sp. nov., para peneliti juga menemukan jenis katak lain yang belum pernah dilaporkan dari Jawa, yakni Polypedates macrotis (Katak-panjat telinga-hitam). Sebelumnya, di Indonesia, jenis ini hanya tercatat dari wilayah Kalimantan dan Sumatra, sehingga kehadirannya di Jawa merupakan catatan baru.
Temuan kedua katak tersebut semakin menegaskan pentingnya kolaborasi masyarakat dan peneliti untuk memantau keanekaragaman hayati di Indonesia.
Kurangnya informasi keanekaragaman hayati seperti distribusi, populasi, dan informasi habitat dari spesies adalah masalah serius dalam program konservasi keanekaragaman hayati di negara berkembang seperti Indonesia. LIPI berharap, partisipasi publik yang dikelola dengan baik akan dapat membantu menyelesaikan masalah ini di masa depan.
ADVERTISEMENT
“Pengetahuan dan keterlibatan masyarakat dapat memberikan data empiris tentang skala spasial yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ujarnya.