Kenapa Ada Banyak Varian Baru COVID-19? Ini Kata Peneliti

19 Januari 2021 16:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah negara telah melaporkan munculnya varian baru virus corona yang saat ini mewabah di seluruh dunia. Strain baru COVID-19 ini setidaknya dilaporkan di Afrika Selatan dan Inggris. Pekan ini, peneliti berhasil mengidentifikasi dua varian baru di AS, yang salah satunya dikenal sebagai strain Columbus.
ADVERTISEMENT
Peneliti menyebut, mutasi adalah bagian alami dari siklus hidup virus, termasuk SARS-CoV-2, virus corona penyebab penyakit COVID-19. Selama pandemi berlangsung, sudah ada ribuan varian SARS-CoV-2 yang bermutasi halus di mana sebagian besarnya tidak berbahaya.
Namun kini, beberapa varian baru corona mulai menunjukkan mutasi yang berpotensi menjadi ancaman. Peningkatan kasus corona yang sangat cepat bisa menjadi pertanda mutasi yang lebih berbahaya sedang atau akan terjadi. Menurut Dr Lucy van Drop, peneliti senior di UCL Genetics Institute, ada banyak faktor yang memicu terjadinya mutasi atau peningkatan kasus corona di dunia.
Ilustrasi COVID-19. Foto: Dado Ruvic/Reuters
“Ini adalah pengamatan yang menarik bahwa kami melihat beberapa varian baru muncul pada titik waktu sama. Mungkin sekarang ada sedikit perbedaan pada virus dibandingkan sebelumnya. Seperti apakah itu beberapa tingkat kekebalan dalam populasi, tekanan mutasi pada virus, atau mungkin perubahan iklim. Meskipun varian yang berpotensi mengkhawatirkan telah terdeteksi di Belahan Bumi Utara dan Selatan,” katanya sebagaimana dikutip IFL Science.
ADVERTISEMENT
Varian Inggris dianggap sebagai mutasi yang bertanggung jawab atas melonjaknya jumlah kasus di negara tersebut. Ini tak lain karena ada beberapa bukti yang mengatakan bahwa varian Inggris lebih menular ketimbang varian COVID-19 lain. Sama seperti varian Inggris dan varian Afrika Selatan, strain Columbus di Ohio juga memiliki mutasi baru yang memengaruhi mahkota yang menempel di permukaan virus.
Ini menyebabkan kekhawatiran bahwa varian Columbus akan lebih menular dan dapat mengurangi efektivitas vaksin corona yang saat ini telah mendapatkan izin edar di beberapa negara. Beruntung, sejauh ini tidak ada bukti varian baru corona lebih mematikan ketimbang varian terdahulu.
Seorang pria yang mengenakan masker wajah dan sarung tangan berjalan di Westminster Bridge, London, Inggris, (19/3). Foto: REUTERS/Hannah McKay
Dr van Dorp mengatakan, alasan ditemukannya lebih banyak varian tak lain karena negara dan otoritas terkait telah melakukan pengawasan dan pemantauan yang lebih ketat dari sebelumnya. Salah satunya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS yang meningkatkan pengawasan strain berbasis urutan sehubungan dengan varian baru yang muncul.
ADVERTISEMENT
"Mungkin juga ada beberapa efek dari peningkatan pengawasan untuk mendeteksi varian baru dalam pengamatan saat ini," jelas Dr van Dorp. "Misalnya, menandai mutasi 501Y dalam garis keturunan B.1.351 (pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan) mungkin telah berkontribusi pada konsorsium sekuensing Inggris yang mendeteksi garis keturunan B.1.1.7 yang juga menyimpan mutasi ini meskipun telah berevolusi secara independen."
“Mungkin tidak mengherankan bahwa garis keturunan B.1.1.7 terdeteksi di Inggris karena upaya pengurutan yang sangat besar dilakukan.”