Jamur Zombie Ini Jadi Tanaman Obat Termahal Di Dunia, Harga Rp 2,3 Miliar per Kg

7 April 2024 16:21 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ophiocordyceps sinensis yang menginfeksi ulat digunakan sebagai obat herbal di China. Foto: PattyPhoto/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ophiocordyceps sinensis yang menginfeksi ulat digunakan sebagai obat herbal di China. Foto: PattyPhoto/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jika di serial film The Last of Us jamur Cordyceps digambarkan sebagai parasit yang bisa menyebabkan manusia menjadi zombie dan wabah mematikan, maka di dunia nyata, jamur ini ternyata memiliki harga yang sangat fantastis, bahkan lebih mahal dari emas.
ADVERTISEMENT
Jamur zombie Cordyceps sinensis sangat berguna untuk keperluan pengobatan dan merupakan sumber pendapatan bagi beberapa orang. Namun, akibat perubahan iklim dan perburuan berlebih, jamur ini menjadi semakin langka.
Cordyceps sendiri berkembang dengan menyerang inangnya, memanipulasi sistem saraf sehingga korban berperilaku aneh tapi bermanfaat dalam menyebarkan spora. Salah satu hewan yang biasanya menjadi inang jamur zombie Cordyceps adalah ngengat hantu dengan nama ilmiah Hepilus fabricius.
Larva ngengat hantu menjadi hewan yang paling sering terinfeksi jamur zombie. Mereka bisa ditemukan di ketinggian 4.500 meter di atas permukaan laut di Bhutan, China, India, dan Nepal. Larva yang terinefksi Cordyceps dikenal sebagai yartsa gunbu atau DongChongXiaCao, diterjemahkan menjadi cacing musim dingin.
Ketika larva ngengat terinfeksi, spora jamur zombie akan menyerang tubuh ulat, mengarahkannya ke permukaan tanah tempat mereka mati. Cordyceps akan tetap berada di dalam tubuh larva selama musim dingin, mereka kemudian keluar dari kepala ulat menuju sinar Matahari pada musim semi.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi jamur Cordyceps, jamur The Last of Us. Foto: Tomasz Czadowski/Shutterstock
Setelah itu, jamur akan menyebarkan spora di lingkungannya, dan menginfeksi lebih banyak ulat. Benda yang menonjol seperti tongkat yang keluar dari kepala larva ngengat dulunya diduga cacing, tapi sebenarnya itu adalah tubuh buah Cordyceps sinensis.
Untuk satu kilogram jamur zombie yang sudah dipanen dibanderol sekitar 150.000 dolar per kilogram atau setara Rp 2,37 miliar. Nilai pasar global mencapai 11 miliar dolar. Dengan begitu, yartsa gunbu punya nilai yang sangat besar. Namun, memanennya tidaklah mudah. Sebab orang harus mencari mereka di ketinggian yang hampir sama dengan basecamp Everest.
Dengan jangka waktu panen yang terbatas yakni dua bulan, banyak orang yang menggantungkan pendapatannya pada Cordyceps. Namun, akibat perburuan berlebihan dan perubahan iklim, jumlah jamur zombie di alam liar terus berkurang, dan kini semkain langka.
ADVERTISEMENT
Dari tahun ke tahun, makin sulit untuk menemukan ulat yang terinfeksi parasit jamur Cordyceps, sehingga menyebabkan siklus cacing musim dingin berubah. Ini juga membuat jamur semakin mahal.
Sejumlah perusahaan kini berencana untuk membudidayakan Cordyceps secara artifisial karena berdasarkan penelitian ditemukan bahwa kandungan nutrisinya serupa dengan Cordyceps liar yang langka.
Meski begitu, sampai saat ini sebagian besar petani masih mengandalkan jamur zombie di alam sebagai penghasilan. Mereka belum memikirkan untuk budidaya artifisial jamur zombie karena selain buat penghasilan, ini juga terkait tradisi yang telah berlangsung selama ribuan tahun.