news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ini Golongan Darah yang Paling Berisiko Terinfeksi Corona

15 Oktober 2020 9:51 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak awal pandemi COVID-19, para peneliti yakin bahwa tidak ada orang yang kebal dengan virus corona. Tingkat keparahan COVID-19 yang dialami pasien pun diyakini melibatkan sejumlah faktor pendukung yang berbeda, mulai dari usia hingga penyakit bawaan yang sebelumnya diderita.
ADVERTISEMENT
Namun, baru-baru ini para peneliti menemukan golongan darah seseorang ternyata memainkan peran dalam risiko infeksi corona dan bagaimana tingkat keparahan gejala COVID-19 yang diderita pasien. Tak cuma satu studi, klaim ini didukung oleh dua penelitian yang berbeda di jurnal Blood Advances yang dipublikasi pada Rabu (14/10).
Dalam salah satu penelitian tersebut, para ilmuwan membandingkan data kesehatan 473.654 orang Denmark yang dites COVID-19 dengan data dari kelompok kontrol lebih dari 2,2 juta orang. Dari 473.654 orang tersebut, 7.422 orang di antaranya positif corona.
Peneliti menemukan, ada lebih banyak orang dengan golongan darah A, B, dan AB yang positif corona ketimbang golongan darah O. Dalam catatan mereka, golongan darah O punya risiko sekitar 13 persen lebih kecil untuk terinfeksi virus corona.
ADVERTISEMENT
Para periset pun sebenarnya telah melakukan kontrol etnis dalam penelitian mereka. Namun, hasilnya tetap menunjukkan bahwa orang dengan golongan darah O yang dinyatakan positif virus corona lebih sedikit ketimbang golongan darah lain.
Golongan darah. Foto: Pixabay
“Sangat penting untuk mempertimbangkan kelompok kontrol yang tepat karena prevalensi golongan darah dapat sangat bervariasi di berbagai kelompok etnis dan negara yang berbeda,” kata penulis studi Torben Barington, seorang dokter di Odense University Hospital dan University of Southern Denmark, dalam pernyataan resminya.
“Kami memiliki keuntungan dari grup kontrol yang kuat - Denmark adalah negara kecil yang secara etnis homogen dengan sistem kesehatan publik dan pusat registrasi untuk data lab - jadi kontrol kami berbasis populasi, memberikan temuan kami dasar yang kuat," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Di studi yang kedua, tim ilmuwan di Kanada menemukan bahwa pasien COVID-19 dengan golongan darah A dan AB dikaitkan dengan kondisi klinis yang lebih parah. Kesimpulan ini didapatkan setelah mereka mengamati 95 pasien corona yang sakit kritis di Vancouver, Kanada.
Para peneliti menemukan, 84 persen pasien corona dengan golongan darah A atau AB membutuhkan ventilasi mekanis. Angka tersebut lebih tinggi ketimbang pasien dengan golongan darah O atau B, yang hanya 61 persen di antaranya membutuhkan ventilator.
Ilmuwan menjelaskan, catatan itu menunjukkan bahwa pasien golongan darah A atau AB memiliki tingkat cedera paru-paru yang lebih tinggi akibat COVID-19. Peneliti juga menemukan lebih banyak pasien dengan golongan darah A dan AB membutuhkan terapi dialisis untuk perawatan gagal ginjal.
Petugas medis memeriksa kesiapan alat di ruang ICU Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3). Foto: ANTARA FOTO/Kompas/Heru Sri Kumoro
Studi di Kanada juga menemukan mereka yang bergolongan darah A atau AB memiliki waktu tinggal lebih lama di unit perawatan intensif (ICU) dengan rata-rata 13,5 hari. Adapun pasien COVID-19 yang bergolongan darah O atau B memiliki rata-rata perawatan ICU selama sembilan hari.
ADVERTISEMENT
Perlu dicatat, kedua penelitian tersebut adalah studi observasi. Artinya, para peneliti tidak mengkaji lebih lanjut penyebab dan bagaimana mekanisme yang dapat menjelaskan hubungan golongan darah dan risiko COVID-19 pada pasien.
Peneliti juga mengatakan, studi ini tidak dimaksudkan untuk menyederhanakan faktor risiko lain yang menentukan keparahan dari COVID-19.
"Saya tidak berpikir ini menggantikan faktor risiko keparahan lain seperti usia dan penyakit penyerta dan sebagainya," kata Mypinder Sekhon , seorang dokter perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Vancouver dan seorang penulis studi Kanada, dikutip dari CNN.
"Jika salah satu bergolongan darah A, Anda tidak perlu panik. Dan jika Anda bergolongan darah O, Anda tidak bebas pergi ke pub dan bar."

Golongan darah menentukan nasib pasien COVID-19?

Kedua studi dari Blood Advances menambah jejak riset corona tentang bagaimana golongan darah memengaruhi pasien COVID-19. Sebelumnya, pada awal Maret 2020, sebuah penelitian dari China yang belum melalui proses peer-review menemukan, orang dengan golongan darah A lebih rentan terhadap COVID-19.
Ilustrasi golongan darah. Foto: Pixabay
Setelah itu, berdasarkan catatan Forbes, perusahaan bioteknologi 23andMe merilis data awal pada Juni 2020 yang menemukan bahwa orang dengan golongan darah O memiliki kemungkinan 9-18 persen lebih kecil ketimbang golongan darah lain untuk positif corona. Kesimpulan ini didapatkan setelah mereka mengamati lebih dari 750 ribu partisipan studi.
ADVERTISEMENT
Masih pada Juni 2020, penelitian lain menyebutkan pasien COVID-19 dengan golongan darah A berisiko lebih tinggi mengalami kegagalan pernapasan, sementara pasien golongan darah O disebut memiliki efek perlindungan. Kesimpulan ini didapatkan para peneliti setelah mengamati 1.610 pasien Covid-19 di Spanyol dan Italia.
Menurut riset tersebut, pasien COVID-19 dengan golongan darah A memiliki risiko 45 persen lebih tinggi untuk mengembangkan gejala parah COVID-19 jika terinfeksi corona, sedangkan mereka dengan tipe O memiliki risiko 35 persen lebih rendah. Peneliti juga menemukan kalau banyak pasien yang memiliki gejala berat COVID-19 itu memiliki varian yang sama pada gen yang menentukan golongan darah. Artinya, ada kemungkinan genetik seseorang berhubungan dengan risiko keparahan COVID-19.
Meski demikian, ada juga penelitian yang membuktikan kalau golongan darah tidak ada hubungannya dengan risiko COVID-19.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan Forbes, sebuah studi yang dibuat para peneliti Harvard Medical School di Massachusetts, AS pada Juli 2020 tidak menemukan hubungan antara golongan darah dan risiko COVID-19. Kesimpulan yang sama juga disampaikan studi yang dilakukan Columbia University di New York, yang dipublikasi pada situs pra-publikasi ilmiah MedRxiv pada September 2020.
Wujud asli virus corona SARS-CoV-2 yang terlihat melalui mikroskop. Foto: National Institute of Allergy and Infectious Diseases via flickr (CC BY 2.0)
Melihat tren studi semacam itu, Amesh Adalja, peneliti senior di Johns Hopkins University Center for Health Security, menyebut perlu penyelidikan lebih lanjut yang membahas hubungan golongan darah dan risiko COVID-19.
"Meskipun kami belum sampai pada titik di mana ini sangat ketat, ini jelas sugestif, dan kami belum melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan ini. Pola yang sama juga muncul dengan golongan darah O yang cenderung menonjol," kata Adalja, dikutip dari CNN.
ADVERTISEMENT
"Kami mulai melihat cukup sekarang bahwa saya pikir ini adalah pertanyaan penelitian yang penting untuk dijawab. Ada lebih banyak sains yang harus dilakukan di sini, tetapi menurut saya ada lebih banyak bukti yang terkumpul untuk hipotesis ini," pungkasnya.