Ini Bahaya Water Spout, Fenomena Alam yang Viral di Waduk Gajah Mungkur

22 Januari 2021 7:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi angin puting beliung. Foto: ANTARA FOTO/M N Kanwa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi angin puting beliung. Foto: ANTARA FOTO/M N Kanwa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah menjadi perbincangan banyak orang akibat munculnya fenomena alam yang bernama water spout. Namun, bagi orang awan yang melihat fenomena itu, menyebutnya sebagai puting beliung, padahal berbeda.
ADVERTISEMENT
Menurut peneliti Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) LAPAN, Dr. Erma Yulihastin, perbedaan water spout dengan puting beliung dapat diidentifikasi dari koneksinya dengan media air yang terdapat di bagian dasarnya. Di sisi lain, persamaan di antara keduanya adalah terjadi akibat anomali cuaca.
Angin puting beliung (small tornado) memiliki kecepatan angin dan dampak kerusakan pada kisaran di bawah skala F-2 (Skala Fujita-2) 113-157 mil per jam. Puting beliung memiliki lintasan kurang dari satu kilometer dengan durasi hidup di bawah satu jam.
Makam di Waduk Gajah Mungkur Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Sementara water spout merupakan tornado yang terkoneksi dengan air dan memiliki skala ruang yang mikro (puluhan meter), karenanya, fenomena ini hanya dapat terjadi di atas danau, tambak, sungai, bendungan, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Terbentuknya awan cumulonimbus yang sangat cepat dapat memicu cuaca ekstrem, seperti badai guruh, angin puting beliung, maupun water spout. Hal ini karena puting beliung pada umumnya terjadi, akibat pertemuan atau tabrakan antara dua angin yang memiliki karakter berbeda atau karena terjadinya geser angin (wind shear), angin ini kemudian terangkat (updraft) dan diperkuat oleh kondisi ketidakstabilan udara di sekitarnya.
"Aktivitas awan cumulonimbus atau cumulus congestus yang intens di suatu tempat juga perlu diwaspadai karena keadaan tersebut karena berpotensi membangkitkan puting beliung. Hingga saat ini, puting beliung masih sangat sulit diprediksi," jelas Erna dalam keterangan resminya.
Ilustrasi tornado. Foto: SCOTT FILLMER /via REUTERS
Lebih lanjut Erna menjelaskan sangat sedikit ditemui bahwa water spout dapat bertahan lama atau bahkan berpindah dari air menuju darat. Namun, bahayanya fenomena water spout bisa terjadi lagi di wilayah yang sama.
ADVERTISEMENT
"Karena dukungan kelembapan atau uap air yang dihasilkan oleh suatu permukaan air cenderung memiliki karakteristik yang khas, maka water spout yang pernah terbentuk di suatu area, memiliki potensi besar dapat terjadi lagi di wilayah tersebut," terangnya.
Untuk memprediksi cuaca ekstrem termasuk puting beliung dan water spout dalam satu atau dua hari mendatang masih sulit untuk dilakukan, karena harus mencari data perubahan temperatur dan pola aliran angin di atmosfer.
Model prediksi Satellite-based Disaster Early Warning System (Sadewa) LAPAN yang dikembangkan memiliki skala spasial lima kilometer dan skala waktu per satu jam sehingga tidak mungkin dapat mendeteksi fenomena puting beliung.
Meskipun demikian, Erna menyarankan masyarakat tetap dapat melakukan pengamatan secara visual untuk mengetahui potensi terjadinya cuaca ekstrem. Salah satunya yaitu dengan melihat dari tanda seperti pagi hingga siang hari suhu panas terik, kemudian memasuki sore berubah cepat menjadi mendung kelabu dan merata.
ADVERTISEMENT
Dalam situasi tersebut terdapat sirkulasi tertutup ditunjukkan oleh mendung kelabu yang dikelilingi oleh warna langit cerah atau terang di sekelilingnya. Perbedaan kontras antara mendung dan terang yang saling berdekatan, terdapat awan kelabu yang tampak tersusun berlapis secara vertikal menyerupai pohon.