Ilmuwan Jerman Temukan Semut Tercepat di Dunia yang Huni Gurun Sahara

18 Oktober 2019 8:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi semut. Foto: LibreShot
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi semut. Foto: LibreShot
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bicara soal binatang tercepat, pikiran kita pasti tertuju pada cheetah. Tapi tunggu dulu, pikiran kalian mungkin akan berubah jika mengenal hewan dari filum artropoda satu ini, yang baru ditemukan oleh ilmuwan Jerman.
ADVERTISEMENT
Temuan tersebut telah dipublikasikan dalam Journal of Experimental Biology pada Rabu (16/10).
Hewan yang dimaksud tak lain adalah semut perak Sahara. Serangga bernama latin Cataglyphis bombycina ini mampu melesat 33,66 inci atau 855 millimeter, nyaris satu meter, per detiknya. Ini membuat semut yang berhabitat di gurun pasir itu menjadi pemegang rekor baru sebagai semut tercepat di dunia.
Kecepatan yang dimiliki semut perak Sahara yang mencapai hampir 1 meter per detik kedengarannya memang tidak terlalu istimewa. Namun untuk ukuran serangga kecil seperti semut, hewan itu bisa bergerak sejauh 108 kali panjang tubuhnya. Sementara cheetah, per detik hanya bisa melesat jauh 16 kali panjang tubuhnya.
Cheetah, salah satu hewan tercepat di dunia Foto: tpsdave/pixabay
Jika diadu, semut perak Sahara menempati posisi ketiga untuk hewan yang memiliki kecepatang berlari tertinggi di antara kelompok serangga. Ia masih kalah dengan tungau California (Paratarsotomus macropalpis) yang berada di posisi kedua dengan kemampuan berlari sejauh 322 kali panjang tubuhnya per detik. Sementara yang bertengger sebagai jawara adalah kumbang harimau Australia (Cicindela eburneola) yang mampu melesat jauh 170 kali panjang tubuhnya per detik.
ADVERTISEMENT
Semut perak Sahara terbilang hewan yang luar biasa. Tak seperti hewan lainnya yang juga menghuni gurun Sahara, Afrika, cuaca terik di siang hari dengan suhu lebih dari 50 derajat Celcius ternyata tidak menjadi persoalan bagi semut itu untuk keluar dari sarangnya.
Gurun Sahara. Foto: Shutter Stock
Hewan itu memiliki tungkai yang lebih panjang dari jenis semut lainnya demi menjaga tubuh mereka dari panas menyengat. Dari tubuh semut perak Sahara, ada protein yang dihasilkan sebagai peredam panas. Ini bukan respons terhadap suhu udara yang amat panas di habitat mereka tinggal, karena sebelum meninggalkan sarang pun hewan ini mampu bertahan dalam suhu udara panas ekstrem.
Sinar Matahari dimanfaatkan semut-semut ini untuk memandu mereka kembali ke sarang dengan mengambil rute terpendek. Tubuhnya diselimuti bulu unik berpola penampang segitiga yang berfungsi untuk menjaga tubuh tetap dingin dengan cara memantulkan radiasi Matahari serta mengurangi radiasi termal berlebih.
ADVERTISEMENT
Semut perak Sahara memiliki pergerakan yang sangat cepat, sehingga mereka bisa keluar masuk sarang dengan menghindari cuaca terik secepat mungkin. Biasanya, mereka butuh waktu beberapa menit ke luar sarang untuk mencari bangkai hewan di tengah hamparan gurun pasir.
Cara Ilmuwan Analisis Semut Perak Sahara
Nah, untuk mengetahui seberapa cepat pergerakan semut itu sekaligus untuk mencari tahu bagaimana semut perak Sahara mencapai kecepatan menakjubkan tersebut, Sarah Pfeffer, ahli biologi dari University of Ulm, Jerman, mencoba merekamnya dengan kecepatan tinggi.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah menemukan letak sarang semut Sahara, meski ini bukan perkara mudah mengingat semut-semut itu hanya menghabiskan waktu yang singkat di luar sarang mereka. Selanjutnya, peneliti menempelkan saluran alumunium ke ‘pintu masuk’ sarang dengan umpan di ujungnya untuk memancing semut-semut itu keluar dari sarang.
ADVERTISEMENT
“Setelah semut menemukan makanannya, ulat adalah kesukaan mereka, semut-semut itu kemudian bolak balik ke saluran yang telah kami pasangi kamera untuk melihat aktivitas mereka dari atas,” ujar Sarah, seperti dikutip Science Alert.
Sarah bersama timnya bekerja cukup hati-hati untuk menggali sarang dan membawanya kembali ke Jerman. Ini mereka lakukan untuk mengamati bagaimana semut bergerak dalam suhu yang lebih dingin.
Di tengah panasnya gurun Sahara, kecepatan tertinggi semut-semut itu tercatat mencapai 855 milimeter (33,66 inci) per detik. Setelah diamati di laboratorium di Jerman yang memiliki suhu 10 derajat Celcius, kecepatan semut-semut itu melambat hanya 57 milimeter (2,24 inci) per detik.
Sebagai perbandingan, peneliti juga mengukur kecepatan Cataglyphis fortis, jenis semut yang juga tinggal di gurun Sahara dan memiliki kemiripan perilaku bertahan hidup dengan semut perak Sahara. C. fortis memiliki kecepatan tertinggi mencapai 620 milimeter per detik atau hanya 50 kali panjang tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Cataglyphis bombycina vs Cataglyphis fortis
Setelah diamati, peneliti menemukan bahwa kaki semut perak Sahara ternyata lebih pendek 20 persen dari kaki C. fortis. Lantas timbul pertanyaan, bagaimana C. fortis bisa kalah cepat dengan semut perak Sahara?
Hasil rekaman video dari kamera yang dipasang di sarang semut perak Sahara pun menjawabnya. Semut-semut itu mengayunkan kakinya dengan kecepatan 1.300 milimeter per detik, memperpanjang langkahnya dari 4,7 milimeter menjadi 20,8 milimeter saat mencapai kecepatan yang lebih tinggi.
Saat berjalan dengan kecepatan lebih dari 300 milimeter per detik, semut-semut itu dapat mencapai kecepatan penuh dengan enam kakinya sekaligus. Setiap kaki memiliki kontak dengan permukaan pasir selama 7 milidetik. Dengan kecepatan tersebut, kaki mereka tidak akan tenggelam di pasir.
ADVERTISEMENT
Untuk berikutnya, peneliti ingin melakukan riset lanjutan dengan menaruh fokus pada bagaimana otot-otot semut memungkinkan mereka bergerak dengan kecepatan yang luar biasa.