Erupsi Gunung Soputan di Sulut, Adakah Kaitannya dengan Gempa Palu?

3 Oktober 2018 14:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gunung Soputan di Sulawesi Utara. (Foto: Dok. BNPB)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Soputan di Sulawesi Utara. (Foto: Dok. BNPB)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gunung Soputan yang terletak 50 kilometer barat daya Manado, Sulawesi Utara, mengalami erupsi pada Rabu (3/9). Menurut laporan Pos Pengamatan Gunung Soputan milik Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), gunung itu meletus pada pukul 08:47 WITA dengan kolom erupsi mencapai ketinggian empat kilometer.
ADVERTISEMENT
Mirzam Abdurrachman, ahli vulkanologi Institut Teknologi Bandung, mengatakan bahwa ada kemungkinan erupsi Gunung Soputan terjadi karena siklus erupsi sudah mendekat dan ditambah dengan adanya Gempa Palu yang terjadi sebelumnya.
"Melihat letusan Gunung Soputan yang beberapa tahun terakhir meletus pada 2012 dan kemudian 2015 dengan interval tiga tahunan, memang diperkirakan ada letusan di 2018," ujar Mirzam kepada kumparanSAINS Rabu (3/10).
"Melihat produk letusannya yang sebagian besar hanya abu tanpa material magmatik, (ini) mengindikasikan perubahan tekanan mendadak di dalam dapur magma. Artinya, bisa jadi erupsi ini adalah akibat kombinasi antara dekatnya waktu interval letusan dan kemudian dipicu oleh gempa," tuturnya.
Mirzam kemudian menjelaskan bahwa diperlukan data serta pemantauan lebih lanjut untuk bisa mendapat jawaban yang pasti.
ADVERTISEMENT
Gempa bumi picu letusan gunung api
Dijelaskan bahwa gempa bisa saja memicu letusan gunung api. Mirzam mencontohkan letusan Gunung Agung yang terjadi beberapa menit setelah gempa bumi berkekuatan 4,9 M di selatan Bali pada Juli 2018 lalu.
Menurut Mirzam, jika gunung api dalam keadaan stabil, kecil kemungkinan gunung api mengalami erupsi akibat gempa tektonik. Ia pun mencontohkan kejadian Gempa Lombok tidak menyebabkan Gunung Rinjani erupsi meskipun lokasi gempa berada di dekat gunung tersebut.
"Rinjani siklus letusannya 26 tahun sekali. Terakhir terjadi letusan besar pada 1994, yang artinya dapur magmanya baru akan terisi penuh 2020. Selain itu, juga terjadi letusan kecil pada tahun 2004 dan 2009, yang membuat dapur magmanya menjadi kosong. Artinya secara teoritis Rinjani akan tetap stabil," ujar Mirzam pada wawancara sebelumnya.
Gunung Soputan di Sulawesi Utara. (Foto: Dok. BNPB)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Soputan di Sulawesi Utara. (Foto: Dok. BNPB)
Mirzam mengatakan bahwa berdasarkan letusan sebelumnya, dampak letusan Gunung Soputan hanya terjadi di daerah sekitarnya saja. Meski begitu, ia menjelaskan, abu vulkanik akibat erupsi kemungkinan bisa terbang sampai ke daerah yang terdampak gempa.
ADVERTISEMENT
"Letusan sekarang hanya sekitar 4 sampai 4,5 kilometer tinggi abunya. Bisa saja sampai ke daerah terdampak gempa, namun itu tergantung kekuatan angin," kata Mirzam. Meski demikian, ia menambahkan bahwa berdasarkan data yang ia dapat, abu hasil letusan Gunung Soputan hari ini tidaklah mengarah ke Palu.
"Namun abu (jikapun terbang sampai wilayah gempa) akan (bersifat) tipis saja karena jaraknya lumayan jauh. Sebagai perbandingan, saat Gunung Kelud di Jawa Timur meletus, di Bandung abu (yang sampai sana) hanya sekitar beberapa milimeter saja," imbuh dia.