Burung di Indonesia Berisiko Alami Kepunahan Tertinggi di Dunia

20 Mei 2022 8:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses pengobatan pada seekor burung kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) di Pusat Penyelamatan Satwa, Animal Sanctuary Trust Indonesia (ASTI), Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (4/3/2022). Foto: Arif Firmansyah/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Proses pengobatan pada seekor burung kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) di Pusat Penyelamatan Satwa, Animal Sanctuary Trust Indonesia (ASTI), Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (4/3/2022). Foto: Arif Firmansyah/Antara Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia menjadi negara dengan jumlah spesies burung terancam punah terbanyak, mencapai 12 persen dari keseluruhan burung terancam punah di dunia.
ADVERTISEMENT
Hal ini diungkap oleh Achmad Ridha Junaid dari Biodiversity Officer Burung Indonesia. Hingga awal 2022, Indonesia sendiri punya sekitar 1818 spesies burung. Data yang dihimpun pada 2022 terdapat 177 spesies burung masuk dalam kategori terancam punah.
Jumlah ini terdiri dari 96 spesies dalam kategori Rentan (Vulnerable/VU), 51 spesies dalam kategori Genting (Endangered/EN), dan 30 spesies dalam kategori Kritis (Criticaly Endangered/CR), termasuk salah satunya adalah kakatua sumba (Cacatua citrinocristata) yang merupakan hasil pemecahan dari kakatua-kecil jambul-kuning yang berstatus Kritis.
Berdasarkan data-data tersebut, Indonesia menjadi negara dengan jumlah spesies burung terancam punah terbanyak, mencapai 12 persen dari keseluruhan burung terancam punah yang ada di dunia.
“Setiap tahunnya BirdLife International dan International Union for Conservation of Nature (IUCN) melakukan kajian ulang status keterancaman sejumlah spesies menanggapi perubahan tingkat ancaman, perubahan populasi, revisi taksonomi, maupun adanya data-data terbaru terkait spesies yang dikaji,” kata Ridha sebagaimana dikutip burung.org.
Spesies baru burung kacamata diberi nama Zosterops Meratusensis (Kacamata Meratus). Foto: Dok. BRIN
Dari sekian banyak burung Indonesia yang terancam punah, salah satunya adalah puyuh sengayan. Burung ini diperkirakan telah menurun 30 persen dalam tiga generasi terakhir akibat hilangnya habitat dan aktivitas perburuan liar.
ADVERTISEMENT
Selain puyuh, burung pergam hijau (Ducula aenea) juga semakin mengkhawatirkan karena penurunan populasi yang disebabkan hilangnya tutupan hutan sehingga masuk dalam kategori Mendekati Terancam (Near Threatened/NT).
Meski banyak burung yang terancam punah, Ridha bilang, sejak awal 2021 hingga 2022 ditemukan penambahan spesies burung sebanyak 8 spesies. Tiga di antaranya belum pernah dideskripsikan.
Tiga spesies yang baru dideskripsikan adalah sikatan kadayang (Cyornis kadayangensis), kacamata meratus (Zosterops meratusensis), dan burungbuah satin (Melanocharis citreola). Sikatan kadayang dan kacamata meratus merupakan dua spesies burung populasinya sangat terbatas di Pulau Kalimantan.
Keduanya bisa dijumpai di Pegunungan Meratus di atas ketinggian 1.000 mdpl yang saat ini dikelilingi hutan tanaman sekunder atau bentang alam perkebunan pada elevasi yang lebih rendah. Meski keduanya disebut cukup melimpah, namun kehilangan habitat dan perburuan mengancam populasi mereka.
Burungbuah Satin genus Melanocharis. Foto: Dok. LIPI
Sementara burungbuah satin adalah spesies baru yang hidup di Papua dan populasinya sangat terbatas. Burung ini ditemukan saat peneliti melakukan ekspedisi ornitologi pada 2014 dan 2017 di Papua Barat, tepatnya di Pegunungan Kumawa dan Pegunungan Fakfak.
ADVERTISEMENT
Dua penambahan spesies lain adalah kancilan ekor-hitam (Pachycephala melanura) dan tepus-permata mahkota (Ptilorrhoa geislerorum). Kedua burung ini memiliki persebaran utama di luar batas Indonesia, namun dari catatan hasil pengamatan terbaru membuktikan bahwa keduanya juga ada di Indonesia.
Kancilan ekor-hitam tersebar di Australia dan Papua Nugini. Di Indonesia, burung itu ditemukan melalui catatan pengamatan yang dikumpulkan melalui platform sains warga (e-Bird) dengan lokasi pengamatan berada di wilayah Pulau Komolom, Papua Barat. Untuk tepus-permata mahkota ditemukan di Pulau Yapen, Papua.
Terakhir adalah Kangkok ranting (Cuculus optatus), sikatan tanajampea (Cyornis djampeanus), dan kakatua sumba.