Bosscha Tak Buka Pengamatan Super Blue Blood Moon untuk Publik

30 Januari 2018 9:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Observatoirum Bosscha, Lembang (Foto: Dok. bossch.itb.ac.id)
zoom-in-whitePerbesar
Observatoirum Bosscha, Lembang (Foto: Dok. bossch.itb.ac.id)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penduduk Indonesia siap dipukau oleh fenomena astronomi langka di ujung Januari 2018. Sayangnya, Bosscha tidak mengadakan acara pengamatan super blue blood moon alias bulan merah darah bersama bagi masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
Pada Rabu (31/1) tepatnya sekitar pukul 19.52 WIB hingga 21.08 WIB, fenomena gerhana bulan total siap menyapa Indonesia. Akan tetapi, tempat pengamatan astronomi tertua di Indonesia, Observatorium Bosscha tidak membuka kegiatan pengamatan dan penelitian untuk publik.
"Observatorium Bosscha mengimbau masyarakat untuk menikmati momen gerhana ini dari tempat tinggal masing-masing atau bergabung dengan komunitas astronomi lain yang menyelenggarakan kegiatan pengamatan gerhana bersama," tulis Bosscha melalui keterangan resminya.
Tahapan Super Blue Blood Moon. (Foto: Dok. NASA)
zoom-in-whitePerbesar
Tahapan Super Blue Blood Moon. (Foto: Dok. NASA)
Meski begitu, fenomena langka ini jangan sampai terlewatkan, sebab hanya terjadi sekali dalam 192 tahun. Terlebih lagi fenomena ini merupakan saat terjadinya blue moon dan super moon secara bersamaan.
Menurut keterangan dari Observatorium Bosscha, blue moon tidak mengacu pada penampakan gerhana berwarna biru. Bulan dapat berwarna kebiruan bila atmosfer bumi dipenuhi debu/abu berukuran lebih dari 0,7 mikrometer yang dapat menghamburkan warna merah. Sedangkan super moon merujuk pada penampakan bulan purnama yang sedikit lebih besar (hingga 14%) dan lebih terang (hingga 30%) ketimbang biasanya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, fenomena gerhana bulan total juga akan memunculkan warna merah atau dikenal dengan super blue blood moon.
"Warna merah ini muncul karena cahaya matahari dihamburkan oleh debu dan molekul di atmosfer bumi. Warna biru akan terhamburkan lebih kuat, sedangkan warna merah dapat lolos melewati atmosfer dan sampai ke permukaan bulan," jelasnya.
Gerhana Bulan. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Gerhana Bulan. (Foto: Thinkstock)
Perlu diketahui, warna bulan saat puncak gerhana tidak selalu sama. Bulan dapat berwarna merah-oranye hingga merah gelap. Perbedaan ini sendiri bergantung pada banyaknya kandungan uap air, polutan udara, dan abu letusan gunung berapi.
Fenomena gerhana bulan total sendiri akan usai pada pukul 22.11 WIB.
"Ketika bulan tidak lagi berada di dalam bayangan bumi dan gerhana bulan benar-benar berakhir. Bulan akan kembali tampak sebagai purnama yang terang," lanjutnya.
ADVERTISEMENT