Benarkah Rapid Test Antigen Sulit Deteksi Omicron?

31 Januari 2022 12:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga mengikuti rapid test antigen gratis di Alun-alun simpang tujuh, Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (29/5).  Foto: Yusuf Nugroho/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Warga mengikuti rapid test antigen gratis di Alun-alun simpang tujuh, Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (29/5). Foto: Yusuf Nugroho/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Virus corona varian Omicron masuk ke daftar Variant of Concern oleh WHO per November 2021 lalu. Omicron, layaknya varian lain yang membawa mutasi-mutasi tertentu, punya sifat yang berbeda dengan varian lain, mulai dari gejala, tingkat penyebaran, sampai hasil tes.
ADVERTISEMENT
“Kehadiran mutasi virus SARS-CoV-2 dalam sampel pasien berpotensi memengaruhi kinerja tes” tulis badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA) pada sebuah pemberitahuan tentang tes COVID-19 varian Omicron. “Dampak mutasi terhadap kinerja suatu tes dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain rangkaian [gen] varian, desain tes, dan prevalensi varian dalam populasi.”
Pemberitahuan yang dirilis akhir Desember 2021 lalu tersebut menjelaskan pernyataan resmi FDA terkait efektivitas rapid test antigen untuk varian baru Omicron.
Sebuah studi yang dirilis seminggu setelah pernyataan FDA tersebut menunjukkan kesimpulan yang sama. Dengan menggunakan jumlah sampel yang hanya berjumlah 30 orang, penelitian tersebut membandingkan hasil polymerase chain reaction (PCR) dan rapid test antigen nasal swab per masing-masing individu.
ADVERTISEMENT
Penelitian—yang dirilis di merRxiv dan masih pre-print—menyimpulkan “kebanyakan kasus Omicron bersifat menular selama beberapa hari sebelum dapat terdeteksi oleh tes antigen cepat”.
Peneliti mendapati bahwa rapid test antigen masih memberikan false negative atau negatif palsu sampai 3 hari setelah terdeteksi positif PCR. Dalam lingkar sampel yang diteliti, 4 dari 30 orang sudah menularkan Omicron walaupun menunjukkan hasil rapid test antigen negatif.
Petugas kesehatan melakukan tes usap polymerase chain reaction (PCR) COVID-19 pada warga di Jakarta, Selasa (2/11/2021). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO

Kenapa Omicron bisa lebih 'licin' dari varian lain?

Di akhir makalah penelitian, peneliti menulis “waktu yang lebih singkat dari paparan penyakit [ke tahap] menular dan dosis infeksi yang lebih rendah yang cukup untuk penularan” bertanggung jawab terhadap skenario ini.
Pada kasus Omicron, dosis infeksi atau viral load yang sedikit cukup untuk menularkan COVID-19 ke orang lain, namun terlalu sedikit untuk terdeteksi rapid test antigen.
ADVERTISEMENT
Namun tidak ditemukan masalah pada deteksi Omicron dengan PCR. FDA, pada pernyataan di atas menulis “Mutasi tertentu pada varian omicron SARS-CoV-2 (B.1.1.529) menyebabkan penurunan sensitivitas yang signifikan pada target genetik gen-N atau gen-S yang menutupi bagian gen tempat terjadinya mutasi”.
PCR memindai virus dengan menargetkan semua gen virus tanpa terkecuali. Sehingga perubahan di gen tertentu tidak mengubah hasil secara keseluruhan. Berbeda dengan rapid test antigen yang menargetkan antigen, struktur molekul pada permukaan virus yang kemudian akan dikenali oleh sistem imun. Mutasi memungkinkan perubahan spesifik di bagian yang ditargetkan oleh tes, sehingga mempengaruhi hasil, dan dapat memberikan hasil negative palsu, atau positif palsu.
Ketika memiliki gejala atau ada kontak erat dengan seseorang positif COVID-19, tes PCR adalah opsi paling bijak.
ADVERTISEMENT