Bawa 32 Mutasi, Corona Varian Botswana Bikin Ilmuwan Khawatir

25 November 2021 17:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Partikel virus SARS-CoV-2. Foto: NIAID Integrated Research Facility (IRF) via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Partikel virus SARS-CoV-2. Foto: NIAID Integrated Research Facility (IRF) via REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah varian virus corona SARS-CoV-2 baru-baru ini menjadi sorotan para peneliti karena membawa banyak mutasi. Para ilmuwan pun khawatir bahwa varian yang disebut B.1.1.529 atau varian Botswana itu bakal mendorong penularan COVID-19.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, virus corona varian Botswana baru ditemukan dalam 10 kasus COVID-19 di tiga negara. Kendati demikian, varian tersebut memicu kekhawatiran serius di antara beberapa peneliti karena lokasi mutasinya dapat membantu virus menghindari antibodi.
Menurut Tom Peacock, seorang ahli virus di Imperial College London, Inggris, corona varian Botswana mengalami 32 mutasi pada bagian protein spike. Protein spike sendiri merupakan bagian terluar virus yang bentuknya seperti paku, dan dipakai SARS-CoV-2 untuk masuk ke dalam sel manusia.
Perubahan signifikan pada protein spike virus corona merupakan alarm bahaya bagi para ahli. Sebab, mutasi pada protein spike dapat mempengaruhi kemampuan virus untuk menginfeksi sel serta memungkinkan virus untuk lolos dari antibodi yang dibentuk oleh vaksin.
ADVERTISEMENT
Varian Botswana, seperti namanya, pertama kali diidentifikasi di Botswana pada 11 November 2021. Varian ini kemudian ditemukan juga di Afrika Selatan pada 14 November 2021.
Selain di kedua negara tersebut, corona varian Botswana juga muncul di Hong Kong pada 13 November 2021. Menurut laporan The Independent, kasus varian Botswana di Hong Kong berasal dari seorang pelancong yang baru pulang wisata dari Afrika Selatan pada 23 Oktober hingga 11 November 2021.
“Ekspor ke Asia menyiratkan ini mungkin lebih luas daripada yang disiratkan oleh urutannya saja,” kata Peacock.
Menurut laporan The Guardian, beberapa ahli virologi di Afrika Selatan sudah khawatir dengan varian tersebut. Virus corona varian Botswana tercatat mengalami peningkatan kasus baru-baru ini di kota Pretoria dan Johannesburg.
ADVERTISEMENT
Kendati khawatir, para ilmuwan masih terus mempelajari varian baru ini untuk mencari tanda-tanda apakah ia bakal menyebar lebih luas atau tidak.
Ravi Gupta, seorang profesor mikrobiologi klinis di University of Cambridge, menemukan bahwa dua mutasi pada varian B.1.1.529 terbukti meningkatkan penularan dan mengurangi perlindungan antibodi.
“Itu memang terlihat menjadi perhatian yang signifikan berdasarkan mutasi yang ada,” katanya kepada The Guardian. “Namun, properti utama dari virus yang tidak diketahui adalah daya menularnya, karena itulah yang tampaknya mendorong varian Delta. Lolos dari kekebalan hanyalah bagian dari gambaran tentang apa yang mungkin terjadi.”
Sementara itu, direktur Genetics Institute di University College London, Francois Balloux, mengatakan bahwa virus corona varian Botswana membawa "ledakan tunggal" mutasi. Ia menduga bahwa banyaknya mutasi pada varian tersebut mungkin berasal dari infeksi COVID-19 kronis pada seseorang dengan sistem kekebalan yang lemah, seperti pasien HIV/AIDS.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Balloux menyebut bahwa masih dini untuk menilai seberapa bahaya mutasi virus corona varian Botswana.
“Saya pasti berharap itu akan kurang dikenali dengan menetralkan antibodi relatif terhadap Alpha atau Delta,” katanya. “Sulit untuk memprediksi seberapa menularnya pada tahap ini. Untuk saat ini harus dipantau dan dianalisis secara ketat, tetapi tidak ada alasan untuk terlalu khawatir kecuali jika frekuensinya mulai meningkat dalam waktu dekat.”