Arkeolog Temukan Kota Kuno di Belantara Hutan Amazon

30 Mei 2022 8:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hasil pemindaian laser LIDAR mengungkap struktur kota di belantara Amazon di Boliviad. Foto: Dok. Prumers et al., Nature, 2022
zoom-in-whitePerbesar
Hasil pemindaian laser LIDAR mengungkap struktur kota di belantara Amazon di Boliviad. Foto: Dok. Prumers et al., Nature, 2022
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perdebatan apakah ada peradaban yang menghuni bagian dalam hutan Amazon —khususnya di utara Bolivia— sudah menjadi perdebatan arkeolog dan sejarawan sejak lama. Baru-baru ini, arkeolog berhasil menemukan banyak struktur bangunan di hutan Amazon, tepatnya yang terletak di negara Bolivia. Kota ini adalah milik kultur Casarabe yang hidup sekitar tahun 500 hingga 1400.
ADVERTISEMENT
Kota kuno ini tertutup hutan dan hampir tidak terlihat di luar. Arkeolog menggunakan pemindai laser LIDAR yang memungkinkan menangkap citra dari kedalaman tanah.
Kota ini terdiri dari 26 situs, di mana setengahnya sudah ditemukan sebelumnya. Penemuan ini menjadi bukti bahwa ada masyarakat kuno yang tinggal di hutan Amazon pada zaman dahulu, jauh sebelum invasi Spanyol.
Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Nature pada 25 Mei 2022, arkeolog menjelaskan, bahwa mereka memasang pemindai laser di helikopter, dan terbang di atas beberapa situs wilayah Casarabe di Amazon. Alhasil arkeolog menemukan sisa-sisa permukiman di bawah hutan lebat Amazon yang tidak terungkap sebelumnya.
Permukiman ini sekelas kota dengan kepadatan rendah, lengkap dengan konstruksi seremonial yang rumit termasuk platform berundak dan gundukan berbentuk U, semuanya berorientasi ke utara-barat laut.
ADVERTISEMENT
Menurut arkeolog Christopher Fisher dari Colorado State University, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, tanda-tanda tersembunyi dari lanskap kuno yang dimodifikasi manusia akan mengharuskan kita memikirkan ulang tentang penghuni awal di wilayah Amazon.
"Skala sisa-sisa arsitektur di situs-situs ini, yang meliputi piramida tanah yang pernah menjulang lebih dari 20 meter di atas savana di sekitarnya, tidak dapat dilebih-lebihkan dan setara dengan masyarakat kuno mana pun," tulis Fisher dalam komentar terpisah.
Kalangan ilmuwan sebelumnya mengira bahwa wilayah ini tidak mendukung tempat tinggal jangka panjang karena kualitas tanahnya yang rendah untuk agrikultur. Namun, penemuan ini membuktikan bahwa orang-orang Casarabe memiliki kapasitas agrikultur yang mumpuni sehingga bisa memanfaatkan banjir musiman untuk menyuburkan savana Amazon menjadi ladang pertanian yang produktif. Masyarakat Casarabe juga mengumpulkan makanan dengan berburu dan memancing.
ADVERTISEMENT
Para arkeolog tidak terlalu mengetahui soal bagaimana orang Casarabe membangun stuktur ritual mereka atau cara mereka mengatur permukiman mereka.
Fisher juga menjelaskan bahwa metode LIDAR yang ilmuwan gunakan pada penemuan ini memungkinkan pengumpulan data lapangan bertahun-tahun dapat dilakukan menjadi satu penerbangan helikopter.
Dalam studi tersebut, Prümers dan kolega menggambarkan dua pemukiman besar, Cotoca dan Landívar, yang merupakan pusat penghubung dari situs yang lebih kecil – total 24 – dihubungkan oleh jalan lintas yang masih terlihat yang menyebar ke lanskap selama beberapa kilometer.
"Dua situs pemukiman besar ini sudah diketahui, tetapi ukuran besar dan elaborasi arsitekturnya menjadi jelas hanya melalui survei LIDAR," tulis tim tersebut.
Mereka mengestimasi masyarakta Casarabe memindahkan total 570.000 meter kubik tanah untuk membangun struktur Cotoca, sepuluh kali lipat dari piramida Akapana, struktur yang dibangun masrayakat Tiwanaku, yang sebelumnya memegang rekor struktur terbasar yang ditemukan di dataran tinggi Bolivia.
ADVERTISEMENT