Ahli Epidemiologi Sebut Indonesia Telah Capai 1 Juta Kasus Corona

5 Agustus 2020 6:36 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wali Kota Bogor Bima Arya (tengah) menyampaikan imbauan kepada warga yang berkerumun di Pasar Anyar, Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu (17/5/2020) Foto: Antara/Humas Pemkot Bogor
zoom-in-whitePerbesar
Wali Kota Bogor Bima Arya (tengah) menyampaikan imbauan kepada warga yang berkerumun di Pasar Anyar, Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu (17/5/2020) Foto: Antara/Humas Pemkot Bogor
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada akhir Juli 2020, Indonesia resmi mencapai kasus virus corona yang ke-100 ribu, sejak kasus pertama kali diumumkan pada 2 Maret 2020. Namun, angka resmi yang dicatat pemerintah bisa jadi jauh lebih rendah dari kasus aktualnya.
ADVERTISEMENT
Menurut epidemiolog Dicky Budiman, saat ini Indonesia mungkin telah mencapai 1 juta kasus virus corona. Prediksinya didasari atas kasus tanpa gejala yang ada di Indonesia.
"Prediksi saya adalah bahwa jumlah orang Indonesia saat ini yang terinfeksi COVID-19 adalah sekitar satu juta karena mayoritas dari mereka tidak menunjukkan gejala," kata Dicky, yang saat ini sedang menjalani studi PhD atau doktor di Queensland's Griffith University, kepada The Sydney Morning Herald.
"Ini adalah masalah yang sangat serius karena tidak menunjukkan gejala bukan berarti mereka tidak memiliki penyakit di tubuh mereka. Jadi kita perlu menempatkan pencegahan sebagai prioritas utama kita. Pencegahan masih lebih baik daripada terinfeksi oleh COVID-19, " sambungnya.
Berdasarkan penelusuran kumparan, tingkat kasus virus corona tanpa gejala memang bisa lebih tinggi ketimbang kasus dengan gejala.
Kepadatan penumpang di jam sibuk di Stasiun Tanah Abang saat PSBB transisi di Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
Sebuah riset yang dibuat Wuhan University dan telah dipublikasi di jurnal JAMA Network Open pada 27 Mei 2020, misalnya, menemukan bahwa 33 dari 78 orang dari pasar basah Hunan yang positif COVID-19 adalah orang tanpa gejala. Proporsi kasus tanpa gejala ini memiliki tingkat kontribusi sebesar 42,3 persen dari jumlah orang positif virus corona yang diperiksa.
ADVERTISEMENT
Proporsi orang tanpa gejala yang lebih besar muncul dalam sebuah riset yang dibuat para peneliti Australia, yang diterbitkan dalam jurnal BMJ Thorax pada 27 Mei 2020. Dalam artikel ilmiah tersebut, para peneliti hendak melihat penyebaran penyakit COVID-19 di lokasi terbatas.
Para peneliti menemukan, dari 217 penumpang dan awak di atas kapal pesiar Antartika, 128 di antaranya positif COVID-19 di RT-PCR (59 persen). Adapun 104 di antaranya merupakan orang tanpa gejala, dengan persentase sebesar 81 persen.
Prediksi bahwa Indonesia telah mencapai satu juta kasus corona juga secara implisit dikemukakan oleh Pandu Riono, epidemiolog dan peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyatakat Universitas Indonesia (FKM UI).
Pandu, yang berkali-kali mempersoalkan jumlah tes PCR corona yang sedikit di Indonesia, menyebut bahwa kasus yang terkonfirmasi oleh pemerintah mungkin hanya menggambarkan sepersepuluh dari kasus aktual yang ada.
Petugas Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Yogyakarta mendata karyawan saat pelaksanaan rapid test acak COVID-19 di Galeria Mall Yogyakarta, Rabu (10/6/2020). Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
"(Kasus corona aktual di Indonesia) mungkin 10 kali lipat dari tingkat (laporan resmi) saat ini. Saya pikir kami masih tidak tahu, itu tergantung pada asumsi karena pengujian terbatas yang kami miliki, dan kemudian tren kasus baru meningkat," kata Pandu kepada The Sydney Morning Herald.
ADVERTISEMENT
"Ada banyak anak muda (di Indonesia), pengujian terbatas dan ketiga, penularannya masih tinggi, tingkat kepositifan adalah 10 persen atau 12 persen (orang yang diuji)," sambungnya.
Dalam sebuah wawancara dengan kumparan pada pekan kemarin, Pandu menilai bahwa tes PCR di Jakarta memang telah memenuhi standar jumlah minimum yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Namun, tingkat tes di wilayah lain di Indonesia selain Jakarta, kata dia, masih sangat rendah.
Komentar Pandu tersebut hadir setelah WHO memberikan laporan terkini terkait penanganan corona di Indonesia yang dipublikasi pada 29 Juli 2020. Dalam laporan tersebut, Jakarta memang telah jauh melampaui benchmark atau batas minimum yang ditetapkan WHO untuk menguji 1 orang suspected per 1000 populasi per pekan.
ADVERTISEMENT
Namun, benchmark serupa belum dicapai oleh wilayah Indonesia lain di luar Jakarta. Tak hanya tingkat tes yang tidak memenuhi standar, wilayah di luar Jakarta juga mencatat tingkat positif per tes (positivity rate) yang lebih tinggi.
Kamu bisa melihat detail laporan WHO soal tes PCR corona di Indonesia melalui gambar berikut.
Laporan WHO terkait tes PCR di Indonesia yang dipublikasi 29 Juli 2020. WHO membandingkan tes PCR Indonesia, khusus DKI Jakarta, dan wilayah Indonesia di luar DKI Jakarta. Foto: WHO
Indonesia sendiri saat ini masih memiliki rapor merah terkait jumlah tes PCR untuk mendiagnosis orang terinfeksi corona.
Berdasarkan laporan terakhir yang disampaikan Gugus Tugas melalui situs web covid19.go.id pada 2 Agustus 2020, Indonesia telah menguji 1.537.413 spesimen PCR. Kendati demikian, jumlah orang yang diperiksa hanya berjumlah separuhnya, sebanyak 882.352 orang.
Dengan catatan itu, Indonesia hanya menguji 3.226 orang per satu juta penduduk. Padahal, seperti yang disampaikan berulang kali oleh Pandu dan Tim FKM UI, keseriusan pemerintah dalam melakukan tes, lacak, dan isolasi itu penting untuk mengatasi pandemi corona di Indonesia, selain kedisiplinan masyarakat untuk menjalankan cara hidup pakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
ADVERTISEMENT
***
Saksikan video menarik di bawah ini.