3 Peneliti Raih Nobel Ekonomi 2019 Berkat Riset Tentang Kemiskinan

15 Oktober 2019 13:59 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pemenang hadiah Nobel Ekonomi 2019. Foto: Nobel Media.
zoom-in-whitePerbesar
Para pemenang hadiah Nobel Ekonomi 2019. Foto: Nobel Media.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Michael Kremer, Abhijit Banerjee dan Esther Duflor baru saja dianugerahi Nobel di bidang ilmu ekonomi untuk tahun ini. Kremer berasal dari Universitas Harvard di Cambridge, Inggris sementara Banerjee dan Duflo sama-sama berasal dari Massachussetts Institute of Technology yang juga terletak di Cambridge.
ADVERTISEMENT
Ketiga ekonom itu diganjar Nobel berkat peran mereka memberantas kemiskinan dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat kelas bawah. Mereka mencetuskan sebuah konsep yang disebut ‘randomista’ menggunakan metode uji coba medis yang cukup ketat.
Dalam praktiknya, mereka memilih responden secara acak. Para responden terpilih kemudian akan menerima beberapa intervensi tertentu atau pengobatan standar. Baru setelah itu diikuti dengan intervensi sosial yakni meningkatkan mutu pendidikan, demikian laporan Nature.
Kremer dan timnya memulai perjalanan mereka di sebuah pedesaan Kenya pada 1990 silam. Mereka hendak mencari tahu apakah siswa berprestasi mampu meningkatkan kemampuan akademisnya ketika diberikan sejumlah intervensi, seperti buku pelajaran dan makanan gratis. Peneliti kemudian menemukan bahwa intervensi ini ternyata tidak memiliki pengaruh sama sekali.
ADVERTISEMENT
Secara terpisah, Banerjee dan Duflo melakukan riset di India dengan memberikan intervensi berbentuk bimbingan belajar kepada siswa. Hasilnya menunjukkan, intervensi semacam ini terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa dengan kebutuhan pendidikan khusus.
Beralih pada intervensi kesehatan global, yang juga menjadi fokus Kremer cs dalam mengembangkan konsep randomista.
Dalam penelitiannya, Kremer bersama timnya menemukan bahwa para orang tua di negara berpenghasilan rendah, sangat kecil kemungkinannya memberikan obat cacing kepada anak-anak mereka secara rutin, meski pemerintah memberikan subsidi untuk jenis obat tersebut. Kondisi sebaliknya terjadi saat obat cacing tersebut dibagikan secara cuma-cuma alias gratis.
Memasuki tahun 2015, Bnerjee dan Duflo kembali menggagas sebuah riset yang melibatkan 10 ribu rumah tangga berasal dari enam negara berpenghasilan rendah dan menengah. Hasil temuan mereka menunjukkan, intervensi berupa pemberian paket bantuan dana selama dua tahun yang meliputi uang tunai, makanan, layanan kesehatan serta pelatihan keterampilan masyarakat mampu meningkatkan mata pencaharian mereka selama setidaknya satu tahun, setelah intervensi ditarik kembali.
ADVERTISEMENT
Menurut Komite Nobel, jerih payah Kremer cs selama ini telah membuahkan hasil karena sudah lebih dari 5 juta anak-anak India memperoleh manfaat dari program bimbingan belajar yang mereka canangkan di beberapa sekolah berpenduduk padat tersebut.
Menurut Dean Karlan, seorang ekonom dari Northwestern University di Evanston, Illinois, Amerika Serikat, Kremer dan kawan-kawannya telah menciptakan sebuah gebrakan melalui gerakan yang berhasil mengubah dunia.
Sebagai apresiasi terhadap upaya yang mereka lakukan selama ini, Kremer, Banerjee dan Duflo diganjar hadiah senilai 910 ribu dollar AS atau setara Rp 13 miliar yang akan dibagi rata. Sebagai informasi, Duflo merupakan wanita kedua setelah Elinor Ostrom yang memenangkan Nobel ekonomi pada 2009.