Pakar Safety Driving: Hindari Jalur Contraflow Bila Tak Ada Urgensi

11 April 2024 6:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah kendaraan melintas di jalur "contra flow" di jalan Tol Jagorawi, Jakarta Timur, Jumat (24/12/2021). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah kendaraan melintas di jalur "contra flow" di jalan Tol Jagorawi, Jakarta Timur, Jumat (24/12/2021). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pakar Senior Instructor Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana mengimbau kepada para pemudik yang menggunakan mobil pribadi untuk mempertimbangkan jalur contraflow di ruas jalan tol sebagai sebuah pilihan alternatif.
ADVERTISEMENT
"Kadang kalau situasi lalu lintas tol sedang padat inginnya pasti segera melewati jalur contraflow. Harusnya, kalau melewati jalur contraflow itu sudah pasti perlakuannya dua kali lebih dari biasanya," buka Sony dihubungi kumparan, Selasa (9/4/2024).
Perlakuan dua kali maksudnya, pengemudi dituntut dua kali lebih waspada, dua kali berlaku lebih tertib saat mengemudi, hingga fokus dan cara berkendaranya lebih presisi. Makanya selain keterampilan, Sony bilang dibutuhkan kesiapan fisik pengemudi yang bugar dan prima.
"Kalau tidak siap dengan itu sebaiknya lewat jalur yang biasa saja. Contraflow itu memang menggiurkan, terutama bagi yang sedang terhambat atau kena macet. Melihat sisi jalan lainnya sedang lancar atau bergerak, sebenarnya contraflow disediakan sebagai alternatif, cuma ya itu ada syarat. Seperti yang sudah saya sebutkan tadi, jadi ini bukan jalur yang main-main," tegasnya.
Ilustrasi mengemudi di jalan tol. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
Menurutnya, ketika pengemudi sudah memutuskan untuk lewat jalur contraflow, maka sudah siap juga dengan konsekuensi yang akan dihadapi. Misalnya, tidak bisa ke rest area atau pintu keluar terdekat, jalur contraflow lebih cocok bagi pemudik yang memang sangat mengejar waktu dan dengan tujuan yang masih jauh.
ADVERTISEMENT
"Kemudian rekayasa contraflow untuk arus mudik ini tidak bisa disamakan dengan rekayasa contraflow yang biasa rutin dilakukan pada hari biasa pada ruas tol dalam kota yang umumnya dilaksanakan pagi hari, orang-orang biasanya dalam keadaan sudah siap kerja atau segar istilahnya," imbuhnya.
"Kalau contraflow luar kota seperti arus mudik atau balik itu kan dilakukan pada periode yang lebih lama dan tidak semua yang masuk ke jalur itu dalam keadaan sama. Ada yang baru masuk tol, ada yang baru istirahat dari rest area, ada juga yang durasi mengemudinya sudah lama," jelas Sony.
Sebagai panduan aman, pengemudi perlu memperhatikan beberapa hal selama melintasi jalur contraflow. Seperti menjaga kecepatan rata-rata yang konstan antara 60-70 km/jam, kemudian jaga jarak iringan dengan metode 4 detik.
Sejumlah kendaraan pemudik melintas menuju Gerbang Tol Cikampek Utama di Karawang, Jawa Barat, Jumat (5/4/2024). Foto: Aprilio Akbar/ANTARA FOTO
Sony membeberkan soal jaga jarak yang aman yakni dengan menjaga rentang waktu 4 detik dengan kendaraan yang ada di depannya. Mengapa 4 detik? Menurutnya itu sudah disesuaikan dengan reaksi manusia, ketika hendak melakukan pengereman itu butuh waktu 1 detik, kemudian saat pengereman itu butuh waktu 1 detik.
ADVERTISEMENT
“Kemudian kondisi lingkungan baik itu kelembaban, kondisi ban, dan kondisi aspal itu mewakili 1 detik, sampai sini saja sudah 3 detik,” paparnya.
Pada detik ke-4 menjadi waktu krusial karena pada momen ini pengemudi tidak dapat memperkirakan kejadian yang akan terjadi pada beberapa detik ke depan.
“Detik ke-4 itu adalah safety factor atau kondisi yang tidak bisa kita duga misalnya hujan, jalan licin atau slip dan sebagainya, sehingga jarak yang ideal adalah 4 detik dari mobil kita dengan kendaraan yang ada di depan kita,” pungkasya.
Artinya kalau jaga jarak kita kurang dari 4 detik, risiko tabrakan akan semakin besar. Sony mengatakan, yang dapat meminimalisasi risiko tabrakan ini adalah kondisi fisik dan keterampilan mengemudi.
ADVERTISEMENT
"Diharapkan tidak berpindah-pindah jalur, zig-zag, atau sampai mendahului. Pokoknya perbedaannya jauh dibanding lewat jalur biasa, cuma kita suka abai. Anggapnya mengemudi itu cuma aktivitas motorik, padahal tidak sesederhana itu," tuturnya.
***