Masa Depan Mobil Hidrogen di Indonesia

16 Februari 2024 19:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengunjung melihat desain mobil berbasis hidrogen. Foto: Dok: Pertamina
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung melihat desain mobil berbasis hidrogen. Foto: Dok: Pertamina
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko), Airlangga Hartarto menjelaskan soal masa depan teknologi mobil hidrogen atau fuel cell electric vehicle (FCEV) untuk mobil di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Hidrogen masih lama karena kita harus punya source energi green atau energi hijau. Salah satunya melalui PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) hydro power," buka Airlangga di JIExpo Kemayoran, Jakarta (15/2/2024).
"Hydro power sekarang di Kalimantan dua-duanya sedang proses detail engineering design dan AMDAL," imbuhnya.
Data Kementerian ESDM, potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) hidrogen berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang tersebar di Kalimantan Utara, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Papua. Saat ini potensi produksi listrik dari EBT telah mencapai 3.000 gigawatt (GW) dan baru diutilisasi sekira 12,5 GW.
Selain itu, menurut Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM Andriah Feby Misna mengatakan, sektor transportasi akan didorong menggunakan sumber energi pada 2031. Sementara satu dekade setelahnya, energi tersebut diharapkan bisa diutilisasi oleh sektor industri.
ADVERTISEMENT
“Percepatan pengembangan ekosistem hidrogen di sektor industri dan transportasi menuju Net Zero Emission (NZE) 2060 di Indonesia," ujar Feby di Yogyakarta akhir tahun lalu.
Ia berharap, pemanfaatan hidrogen mampu mencapai 5-10 persen untuk sektor transportasi pada tahun 2060. Di samping itu, pemerintah juga mendorong penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai yang diharapkan populasinya mencapai 175 juta sepeda motor listrik dan 65 juta mobil listrik pada tahun yang sama.
Pemerintah optimistis bisa meningkatkan produksi listrik dari sumber EBT hingga 21 GW mengacu Rencana Usaha Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030.
***